Sangat jarang bagi Manchester United memunculkan pemain yang berposisi sebagai striker dari akademi United. Iblis Merah keseringan mengimpor bomber mahal alih-alih mencari dari akademi. Beruntung mereka saat ini mempunyai Marcus Rashford. Jauh melangkah ke 30 tahun yang lalu, Iblis Merah memiliki bomber tajam asli akademi. Dialah Mark Hughes.

Kisah Sparky memang penuh liku-liku di United. Pria yang pada 1 November kemarin genap berusia 54 tahun ini sebenarnya bukanlah pilihan utama bagi United ketika namanya mencuat pada musim 1982/1983. Ia kalah bersaing dengan Norman Whiteshide yang dua tahun lebih muda darinya. Debutnya baru didapat semusim kemudian ketika menghadapi Port Vale.

Perubahan posisi Norman Whiteshide ke sisi sayap membuat Hughes mulai mendapat tempat di lini depan skuad Ron Atkinson. Duetnya bersama Frank Stapleton pun membantunya untuk berkembang menjadi striker yang tajam. Dalam dua musim, ia mencetak 33 gol dan membawa namanya masuk dalam kandidat pemain muda terbaik PFA pada 1985.

Musim berikutnya Mark Hughes merasa bahwa ia tidak bisa berkembang bersama Setan Merah. Ia menuntut kenaikan gaji yang lebih besar plus tim yang berpeluang menjadi juara Liga. Barcelona kemudian datang memberikan penawaran 2 juta pounds yang saat itu terbilang mahal. United memang saat itu tengah terpuruk baik di kompetisi domestik maupun Eropa.

Sayangnya manajer Barca saat itu, Terry Venables juga mengontrak satu striker Britania lain dalam diri Gary Lineker. Hal ini yang membuat permainannya sulit berkembang di tim Catalan. Performanya makin memburuk ketika ia dipinjamkan ke Bayern Munich. Sesuatu yang membuat percaya dirinya menjadi terpuruk.

“Saya adalah pemain yang agresif. Tapi ketika saya meninggalkan Barcelona, saya menjadi pemain yang tidak agresif. Saya merasa diri saya sudah masuk kategori kurang sebagai seorang pemain,” ujarnya pada 2007 lalu.

Beruntung United saat itu sudah ditangani Sir Alex Ferguson. Pada 1988, ia diboyong kembali dengan nilai 1,8 juta pounds (200 ribu lebih murah). Sebuah keputusan yang kemudian tidak disia-siakan Hughes pada kesempatan keduanya berseragam merah.

Musim pertamanya berseragam United (1988/1989) memang tidak berjalan mulus. Mereka hanya mampu finis di posisi ke 11. Namun di akhir musim, pria kelahiran Wrexham ini keluar sebagai pemain terbaik Liga Inggris berkat torehan 16 golnya. Semusim kemudian ia berhasil mengangkat piala pertamanya dalam wujud Piala FA. Kecemerlangah Hughes disebut-sebut menjadi andil dari tidak jadinya Fergie dipecat.

Momen historis Hughes terjadi pada Mei 1991. Ia menjadi aktor dalam keberhasilan Red Devils meraih gelar Eropa pertamanya pasca 1968. Pada final Piala Winners, dua golnya membungkam perlawanan mantan timnya, Barcelona 2-1 di Rotterdam. Salah satunya bahkan dilakukan dengan mengecoh penjaga gawang Charles Busquets, Ayah dari Sergio Busquets.

Setelah meraih satu gelar lagi pada musim berikutnya, United kemudian bersiap dengan memperkuat skuadnya dengan mendatangkan Eric Cantona. Keputusan Fergie ini sempat memunculkan isu bahwa Hughes akan kembali terbuang.

Yang terjadi kemudian adalah keduanya justru bahu membahu dengan membawa United menjadi juara Premier League edisi pertama. Kerja sama keduanya pun berlanjut musim berikutnya dengan membawa United meraih gelar dobel pertamanya yaitu Premier League dan Piala FA.

Sepanjang karirnya, Hughes mencetak 163 gol dari 473 penampilan. Jumlah yang sebenarnya terbilang kurang banyak untuk seorang striker. Akan tetapi hal tersebut terbilang wajar mengingat selain gol, Hughes dibekali kemampuan sebagai pemantul. Sesuatu yang kerap dilakukan bergantian dengan Cantona ketika bertanding.

“Mark Hughes suka menerima bola dengan membelakangi gawang dan memberikannya kembali pada anda. Pola yang sering kami mainkan adalah berikan bola pada Hughes sebagai media pantulan, saya akan menerimanya kembali, dan sebelum bola sampai ke kaki saya, para pemain sayap sudah mulai berlari,” ujar Cantona.

Mark Hughes benar-benar merasa terbuang ketika United merekrut Andy Cole pada 1995. Jumlah golnya juga menurun drastis di angka 12. Hughes kemudian hijrah ke Chelsea pada Juni 1995. Selama tiga tahun bersama The Blues, ia memenangi tiga gelar yaitu Piala Liga, Piala FA, dan Piala Winners. Sebelum pensiun pada Juli 2002, Hughes sempat memperkuat Southampton, Everton, dan Blackbur Rovers.