Pembaca, apakah kalian mengetahui sosok yang bernama Tony Strudwick? Saya bisa memaklumi apabila banyak dari kalian yang tidak mengenal sosok ini. Strudwick bukanlah mantan pemain ataupun mantan manajer Manchester United. Pekerjaannya hanyalah sebagai kepala pelatih kebugaran di akademi Setan Merah. Meski begitu, sosok Strudwick adalah sosok yang loyal terhadap klub pengoleksi 20 gelar Liga Inggris tersebut.

Bayangkan saja, bersama Tony Gill dan Steve McNally, ia adalah staf United yang sudah bekerja sejak era Sir Alex Ferguson masih menangani klub ini. Musim 2018/2019 adalah musim ke-12 bagi lulusan dari Liverpool John Moores University tersebut.

Strudwick didatangkan Sir Alex pada musim 2007. Sebelumnya, ia bekerja untuk Mark Hughes di Blackburn Rovers. Oleh Manchester Evening News, Strudwick adalah rekrutan kelima saat itu setelah Nani, Anderson, Owen Hargreaves, dan Carlos Tevez. Ia masuk untuk menggantikan peran Valter di Salvao yang memutuskan hijrah ke Real Madrid. Saat itu, usia Strudwick baru menginjak 32 tahun.

“Saya ingat hari pertama ketika saya masuk, Sir Alex hanya berkata, ‘Lakukan saja’. Saya bergabung tepat sebelum Community Shield dimulai dan saya berada dalam sekumpulan orang-orang hebat. Mereka baru memenangi liga, Ronaldo dan Rooney masih muda, dan rekrutan kami seperti Tevez, Hargreaves, Nani, dan Anderson adalah rekrutan yang fantastis,” kata Strudwick mengenang kariernya.

Sesuai dengan jabatannya, tugas Strudwick adalah meningkatkan performa fisik para pemain United agar bisa konsisten mengarungi kompetisi selama semusim penuh. Tanpa fisik yang prima, sebuah tim tentu tidak dapat meraih kemenangan. Selain itu, Strudwick juga yang mengatur pemulihan para pemain selepas menjalani pertandingan.

Keberhasilan Manchester United pada musim 2007/2008 tidak lepas dari andil Strudwick. United meraih double winner dengan menjuarai Premier League dan Champions League. Saat itu, peran pemain utama dan pelapis dapat saling melengkapi satu sama lain. Terkadang para pemain pelapis bisa bermain jauh lebih baik dibanding pemain utama yang membuat Sir Alex Ferguson memiliki banyak pilihan untuk timnya.

“Tahun pertama saya berjalan luar biasa. Kami mengawalinya dengan standar tinggi dan itu benar-benar unik. Memenangi Premier League dan Liga Champions, menjadi tolak ukur kami untuk musim-musim berikutnya. Satu-satunya kekecewaan saya adalah tidak bisa melengkapinya dengan Piala FA karena kartu merah yang didapat Kuszczak.”

Banyak kisah yang dialami oleh Strudwick selama 12 tahun bersama Setan Merah. Ada suka yang luar biasa, sekaligus duka yang mendalam. Rasa suka mungkin bisa tercermin dari keberhasilan tim meraih trofi, sementara dukanya adalah ketika United mengalami kegagalan di kompetisi. Tidak hanya itu, Strudwick sempat beberapa kali terlibat masalah kedisiplinan.

Pada tahun 2008, Strudwick, Evra, Danny Welbeck, dan Gary Neville, terlibat pertengkaran dengan salah satu pengurus lapangan Chelsea, Jason Griffin. Griffin menyebut kalau Strudwick mengucapkan kata-kata kotor ketika diminta untuk tidak melakukan pemanasan di kotak penalti. Sebaliknya, Strudwick menuduh Griffin yang bertindak agresif karena mengancamnya dengan garpu rumput.

Saat United kalah dari Manchester City pada semifinal Piala FA, Strudwick dilaporkan merusak dinding ruang ganti stadion Wembley. Ia kesal karena United kalah dan memupus ambisi untuk meraih treble. FA kemudian menghukum United dengan memberikan denda. Kejadian di London tersebut adalah bukti bagaimana loyalitas seorang Tony Strudwick bersama United.

Pengalaman Bersama Lima Pelatih Berbeda

Selain pengalaman melatih fisik pemain, Strudwick juga mendapat pengalaman dari bekerja sama dengan lima manajer yang berbeda selama di Manchester United. Sir Alex Ferguson tentu menjadi manajer yang pernah bermitra cukup lama dengannya yaitu enam musim.

“Gaya kepemimpinan Sir Alex sangat jelas, dia menuntut saya untuk terus menetapkan standar tinggi, tuntutan yang sangat tinggi, dukungan yang diberikan juga sangat tinggi. Lingkungan yang ia ciptakan sangat menyenangkan. Banyak sekali tawa yang muncul di tempat latihan dan itu sangat menyenangkan.”

Terjadi perubahan besar-besaran saat Sir Alex Ferguson memutuskan pensiun dari United. Satu demi satu orang yang dekat dengan Strudwick seperti Mike Phelan, Rene Meulensteen, dan Eric Steele meninggalkan tim. Hal ini sempat membuat Strudwick keluar dari United untuk sementara dan menjadi salah satu staf di tim nasional Inggris. Ia baru kembali lagi ketika Louis Van Gaal masuk pada 2014. Akan tetapi, perannya sudah tidak bersama tim utama melainkan bersama tim akademi.

“David sebenarnya tidak banyak berubah. Peran yang ia bawa mirip seperti Sir Alex. Hubungan saya cukup baik dengan stafnya. Perubahan dinamika staf baru terjadi ketika Louis (van Gaal) datang dan membawa tujuh staf. Dalam sepakbola yang lebih modern, wajar ketika manajer membawa staf yang sudah ia percayai.”

“Louis membawa Tony Strudwicknya sendiri dan aku harus membuat keputuan yang tepat. Apakah aku tetap bersama mereka dan memiliki kontribusi yang rendah atau apakah aku menciptakan peran yang lebih bermakna di dalam akademi? Aku memilih yang terakhir,” ujarnya.

Sementara itu hubungan Strudwick dengan Mourinho tidak terlalu berjalan baik karena Strudwick yang sudah fokus bersama tim akademi. “Saya tidak punya keintiman dengan Mourinho seperti apa yang saya miliki dengan Sir Alex, David (Moyes), dan Louis (Van Gaal).”

Peran Ganda, dan Kembali Bekerja Bersama Legenda

Strudwick tidak memiliki hubungan yang terlalu dekat dengan Mourinho. Namun saat ini, ia mungkin akan kembali bersemangat menjalani hari-harinya di Manchester dikarenakan ia kembali bekerja sama dengan orang-orang yang sudah dikenalinya seperti Mike Phelan dan Ole Gunnar Solskjaer.

Kedatangan Ole Gunnar Solskjaer ke dalam skuad membuat kerja dari Strudwick tidak sia-sia karena beberapa pemain yang ia tempa mulai mendapat kesempatan bersama Ole. Bahkan empat pemain muda dibawa saat mereka melakoni training camp di Dubai.

“Sosok Ole adalah orang yang rajin dan profesional. Ia juga rendah hati, dan pekerja keras. Ia paham konsekuensi apa yang akan terjadi di Manchester United. Ia juga sangat populer dengan staf dan pemain saat itu dan saya yakin dia akan sukses,” tuturnya.

Phelan datang sebagai asisten setahun setelah Strudwick datang. Kedatangan juniornya tersebut ia anggap adalah keputusan tepat yang dilakukan United. “Mick adalah orang yang sangat penting. Ia adalah saluran untuk menjembatani antara pemain dengan manajer. Jadi saya melihat dia adalah sosok yang penting.”

Strudwick memiliki relasi yang dekat dengan Michael Carrick. Mantan pemain Tottenham Hotspur ini adalah orang yang menolongnya saat ia terjatuh dari motor ketika tim menjalani latihan di Arab Saudi. Strudwick menderita luka-luka setelah menabrak dinding. Sebelum bekerja di United, Strudwick bahkan sudah mengenal Carrick ketika ia masih bermain di West Ham.

“Carrick itu orang yang rendah hati. Sifat ramahnya tersebut sudah ada sejak dia berusia 19 tahun. Sejak dulu saya sudah berhubungan baik dengannya. Masa depannya sangat cerah untuk menjadi seorang pelatih hebat. Pujian serupa juga saya berikan kepada Kieran McKeena.”

Saat ini, Strudwick menjalani peran ganda. Selain mengurus Manchester United, khususnya tim akademi, dia juga bekerja sama dengan Ryan Giggs di tim nasional Wales sebagai kepala pelatih fisik. CV nya yang mentereng, serta kedekatan dengan Giggs, menjadi alasan federasi sepakbola mereka menunjuk Strudwick.