Sebagai pesepakbola, tentu dirinya akan selalu menemukan fakta bahwa dirinya kerap dibanding-bandingkan oleh pemain lain. Perbandingan tersebut seringkali dibuati untuk menarik kesimpulan apakah si pemain itu sukses atau tidak di klub barunya. Tidak jarang kalau si pemain akan hidup di bawah bayang-bayang pemain yang akan menjadi perbandingan tersebut.

Penampilan Ronaldo musim ini tentu akan dibayangi dengan performanya pada masa lampau. Sementara itu, Nani akan selalu dibanding-bandingkan dengan penampilan CR7. Di belahan dunia lain, Neymar hijrah dari Barcelona menuju Paris karena tidak mau hidup di bawah bayang-bayang Lionel Messi.

Beberapa dekade lalu, Manchester United memiliki pemain yang karirnya selalu berada di bawah bayang-bayang pemain United lain. Nama pemain tersebut adalah David Herd. Salah satu legenda United yang hidup di bawah bayang-bayang trinitas suci United.

Meski dilahirkan di Skotlandia, David Herd justru tumbuh dan besar di Manchester. David adalah anak dari Alex Herd yang merupakan salah satu pemain Manchester City. David kecil tumbuh dan besar di lingkungan yang sama dengan striker United lainnya yaitu Dennis Viollet. Tetapi, jika Dennis langsung bermain untuk Manchester United sejak muda maka karir sepakbola David dimulai di Stockport County.

Meski karirnya di Stockport hanya berlangsung 15 laga dikarenakan wajib militer, namun penampilannya saat itu mengundang ketertarikan banyak klub. Salah satunya adalah Manchester United. Matt Busby ketika itu tertarik kepada David dan mulai menyiapkan pertukaran dengan salah satu pemain sayapnya Billy McGlen. Akan tetapi, proses barter itu tidak terwujud karena Billy justru membelot ke Lincoln City.

David sendiri akhirnya berlabuh ke Arsenal pada 1954. Bersama Gunners, David sempat tidak berkembang dalam dua musim pertamanya. Barulah pada musim ketiganya, David mulai menapaki karir sebagai salah satu striker berbahaya di kotak penalti. Ia membuat 18 gol pada musim 1956/57. Empat musim berselang, David mencetak 29 gol dan menjadi pemain Arsenal dengan jumlah gol terbanyak dalam semusim setelah Ronnie Rooke.

Meski mencetak 107 gol dari 108 penampilan bersama Meriam London, namun karir David di London terkesan biasa-biasa saja. Wajar, mengingat sepanjang karirnya ia tidak mendapatkan satupun trofi. Hal ini membuat David akhirnya memutuskan untuk hijrah ke Manchester United pada 1961. Busby mengeluarkan 37 ribu paun saat itu demi mencari suksesor Tommy Taylor yang tewas akibat tragedi Munich.

David langsung tampil baik dalam debutnya bersama United dengan mencetak 17 gol. Tidak hanya itu, David juga menjadi pemain United yang bisa mencetak gol dalam debutnya di lima kompetisi berbeda. Musim 1962/1963, Herd menjadi bintang dalam kemenangan United atas Leicester dalam final Piala FA yang merupakan raihan gelar pertama United pasca tragedi Munich.

Dalam tujuh musim memperkuat Setan Merah, David mencetak lebih dari 20 gol dalam empat musim beruntun. Sayangnya, sinar kebintangan Herd saat itu tertutupi oleh Denis Law yang beberapa kali membuat gol lebih banyak dibandingkan dirinya.

Tidak jarang, David menjadi korban dari strategi yang dipakai Busby. Jika ingin memainkan tiga pemain dalam pola 4-3-3 maka David terkadang harus rela menyingkir untuk memberikan kesempatan Trinitas Suci United (Best, Law, dan Charlton) bermain bersama. David layaknya pemeran pembantu sedangkan United Trinity adalah pemeran utamanya. Meski demikian David tidak keberatan apabila berada di bawah bayang-bayang mereka.

“Saya beruntung bisa bermain bersama mereka karena mereka adalah pemain hebat. Charlton banyak merancang gol saya, sementara Law adalah striker hebat, dan Best adalah pemain istimewa. Mereka adalah pemain-pemain fantastis,” ujar David Herd delapan tahun lalu.

United kemudian menjuarai gelar liga pertamanya pada 1965. Saat itu, David membuat 28 gol. Dua musim berselang, ia kembali merasakan gelar liga sekaligus membuat 18 gol. Musim berikutnya, David mulai jarang bermain dalam tim utama. Cedera patah kaki ketika melawan Leicester membuat dirinya hanya bermain 6 kali saja sepanjang musim. Kesempatan untuk bermain di final Piala Champions 1968 pun musnah dan harus direlakan oleh anak 19 tahun bernama Brian Kidd. Pasca meraih trofi Eropa, David kemudian hijrah ke Stoke City.

“Sangat hebat rasanya bisa bermain di tim sekelas United dan meraih berbagai gelar. Sampai kapanpun mereka akan tetap berada di dalam hati saya.”

David meninggalkan warisan di United berupa lima piala ditambah catatan 145 gol dalam 265 penampilan. Setelah pensiun, ia pernah menjadi manajer bagi kesebelasan Lincoln City. Di usia tuanya David adalah seorang pengusaha bengkel dengan nama David Herd Motors. Pada 1 Oktober 2016 lalu, David meninggal dunia pada usia 82 tahun.