Foto: Twitter Manchester United

Angka 13 kerap disebut sebagai angka sial. Sayangnya, dampak dari kutukan angka ke-13 justru menimpa United. Minggu malam kemarin, Setan Merah takluk dari Arsenal dengan skor 2-0 melalui gol Granit Xhaka dan eksekusi penalti Pierre Emerick-Aubameyang. United kalah untuk pertama kalinya di Premier League pada pertandingan Ole yang ke-13.

Kekalahan ini betul-betul merugikan bagi Setan Merah. Untuk ketiga kalinya Manchester United di era kepelatihan Solskjaer tidak bisa memanfaatkan momentum untuk sekadar memperkecil atau bahkan menggusur kesebelasan yang posisinya lebih baik dibanding mereka.

Jika United menang, maka mereka bisa menyamai poin dengan Tottenham Hotspur di urutan ketiga. Keuntungan bahkan sudah memihak mereka setelah Chelsea juga kehilangan poin ketika menghadapi Wolverhampton Wanderers setengah jam sebelum peluit di Emirates dibunyikan. Apes bagi United karena mereka kalah dan justru tergusur di urutan kelima.

Formasi Pemain

Sedikit perubahan  kembali dilakukan oleh Ole Gunnar Solskjaer. Ia memainkan pola 4-4-2 sejajar dengan memainkan Diogo Dalot sebagai gelandang sayap kanan dan menempatkan Paul Pogba di sisi kiri. Yang menarik, Ole dengan berani memainkan Nemanja Matic yang baru sembuh dari cedera untuk disandingkan dengan Fred.

Formasi 4-4-2 digunakan Ole untuk mengantisipasi serangan Arsenal yang cenderung berat di sisi sebelah kiri di setiap penampilannya. Dengan keberadaan Dalot, maka pemain asal Portugal ini akan turun ke garis pertahanan ketika timnya sedang diserang. Strategi ini juga dimainkan Ole ketika menghadapi PSG sebelumnya.

Di kubu Unai Emery, mereka melakukan beberapa perubahan dari susunan pemain dari laga melawan Rennes di Liga Europa. Ainsley Maitland Niles, Aaron Ramsey, Alexander Lacazette, dan Sead Kolasinac, yang tidak bermain di Liga Europa, dimainkan dalam formasi 3-4-1-2 ala Unai. Memainkan kembali Sead Kolasinac di sisi kiri bertujuan untuk mengikis sisi kanan pertahanan United yang dimotori oleh Dalot dan Young sekaligus menahan Nacho Monreal untuk fokus menggalang pertahanan.

Arsenal yang Jeli Memanfaatkan Situasi

Pada praktiknya, Ole sebenarnya sukses mematikan serangan para pemain Arsenal. Setelah ancaman dari Sead Kolasinac pada awal babak pertama, sisi kiri mereka tidak lagi bisa memberikan peluang berbahaya bagi lini pertahanan United. Selain Kolasinac, pergerakan Iwobi yang masuk pada babak kedua pun juga sukses dimatikan.

Namun Arsenal tampak jeli melihat situasi. Sadar sisi kirinya terpojok, mereka menjadikan sisi kanan sebagai tempat mencari peluang. Dua gol mereka hadir ketika permainan sedang dibangun dari sisi tersebut. Sepakan spekulasi Granit Xhaka mengecoh David De Gea. Rashford dan Fred tidak bisa mengcover area sepakan Xhaka yang terlalu luas, sementara gol kedua datang dari penalti setelah pergerakan Alexander Lacazette dari half space kanan dihentikan oleh Fred.

Arsenal juga terbantu dengan rajinnya para pemain mereka yang terus melakukan tekanan kepada pemain United yang kerap tidak bisa berlama-lama menguasai bola. Striker mereka juga rajin untuk menekan David De Gea yang dikenal tidak punya passing range yang cukup bagus.

Arsenal Biasa Saja, Tapi United Lebih Buruk

Setelah kebobolan, respon Ole sebenarnya cukup bagus. Ia mengubah formasinya menjadi 3-4-1-2. Pogba ia naikkan untuk menekan pertahanan Arsenal saat mereka sedang membangun serangan. Dengan formasi 4 di tengah, maka Ole akan mendorong Shaw untuk berani bermain lebih ke depan. Shaw punya kecepatan yang tidak dimiliki Dalot dan Young.

Adaptasi taktik Ole cukup sukses. Dengan menaikkan para fullback menjadi wingback, mereka beberapa kali mengancam gawang Bern Leno. Sepakan Lukaku dan Fred membentur tiang, umpan cut back Dalot tidak bisa diambil Rashford. Lukaku yang sudah berhadapan satu lawan satu dengan Leno pun tidak bisa mencetak gol. Pertahanan Arsenal yang jelek tertutupi dengan lini depan yang tidak efektif.

Setelah Ole mengubah sedikit pendekatannya, United sebenarnya tampil sangat baik. Expected Goal mereka jauh lebih bagus dibanding Arsenal. Apabila tanpa menghitung penalti Aubameyang, angka peluang United untuk membuat gol adalah 2,37 sedangkan Arsenal hanya 0,88. Namun tidak ada satu pun yang menjadi gol. Hal ini menandakan kalau United sebenarnya punya peluang untuk mencetak gol yang jauh lebih besar dibanding tuan rumah.

Angka 2,37 sebenarnya cukup besar untuk tim yang kesulitan memasuki sepertiga akhir pertahanan lawannya. United sebenarnya hanya punya akurasi passing di area lawan sebesar 71% saja. Sementara Arsenal memiliki akurasi umpan hingga 80% di lini belakang United. Para pemain Arsenal begitu jarang mengancam gawang De Gea namun bisa mencetak dua gol sementara United beberapa kali punya peluang bersih namun mentah di tangan Bernd Leno plus penampilan para pemain belakang Meriam London yang cukup solid menghalau serangan pemain United. Kegagalan United menyelesaikan banyaknya peluang inilah yang kemudian oleh Ole Gunnar Solskjaer setelah pertandingan.

“Hari ini saya tidak melihat banyaknya peluang yang dibuat Arsenal. Sebaliknya, kami membuat lima peluang gol. Dua peluang kami membentur mistar. Kadang striker harus bisa mengonversi bola-bola seperti yang kami buat. Kami memulai dengan lamban dan mungkin ini ada kaitannya dengan laga melawan PSG. Sejujurnya kami membuat peluang jauh lebih banyak dibanding pertemuan sebelumnya di ajang piala (FA),” kata Ole.

***

Lupakan soal masalah kelelahan akibat fokus yang terkuras dalam pertandingan melawan PSG. Kalau menjadikan kelelahan sebagai tameng, maka Arsenal seharunya menjadi pihak yang paling lelah karena masa pemulihan mereka lebih singkat dibanding United. Arsenal sebenarnya bermain biasa-biasa saja, namun hal ini tidak bisa dimanfaatkan oleh United.

Hasil ini memang belum menutup peluang United untuk meraih posisi empat bahkan tiga besar. Namun tetap saja, yang namanya kekalahan cukup menyebalkan. Apalagi posisi United belum terlalu aman dari kejaran Chelsea yang masih punya tabungan satu pertandingan.

Kedepannya mereka tidak boleh lagi menyia-nyiakan momentum seperti saat ini. Kalau mereka tetap tidak bisa memanfaatkan pertandingan-pertandingan penting seperti yang terjadi di Emirates hari ini, maka jangan harap melihat Manchester United keluar dari statusnya yang saat ini masih terjebak sebagai tim medioker.