Foto: Twitter MU.

Mental yang sedang bagus ternyata tidak menjamin kalau United juga mendapat hasil bagus. Untuuk keempat kalinya secara beruntun, Manchester United tidak bisa menang melawan Wolverhampton Wanderers.

***

Ambisi Setan Merah untuk mengambil pucuk klasemen sementara Premier League harus kandas setelah mereka hanya bermain imbang 1-1 melawan Wolverhampton Wanderers di Molineux pada Selasa dini hari (20/8). Gol Anthony Martial dibalas oleh sepakan indah Ruben Neves yang membuat kandang mereka kembali memberikan rasa trauma bagi United.

Sebelum pertandingan ini, United menang dengan skor telak 4-0 pada laga pertama melawan Chelsea. Sementara itu, Wolverhampton hanya bermain imbang 0-0 melawan Leicester City. Hal ini membuat para penggemar United yakin timnya bisa memenangkan pertandingan ini meski tidak mengharapkan skor sebesar pekan sebelumnya. Namun mereka seolah lupa kalau yang dihadapi adalah Wolverhampton, kesebelasan yang hobi membuat pusing United sejak musim lalu.

United begitu dominan dengan menguasai bola hingga 69% pada babak pertama. Namun mereka hanya mencatatkan satu tembakan tepat sasaran yaitu ketika Anthony Martial mencetak gol. Gawang David de Gea sendiri tidak pernah mendapat ancaman apa pun dari para pemain tuan rumah dalam rentang tersebut. Namun semuanya berubah pada babak kedua.

Penguasaan bola United masih berada di angka 65%, namun Wolves membuat 6 sepakan dengan dua diantaranya mengarah ke gawang, sementara United hanya bisa menambah satu tembakan tepat sasaran meski lima kali melakukan percobaan.

United Bermain Bagus Pada Babak Pertama, Tapi Tidak Istimewa

Sebelum laga, Solskjaer sudah meminta para pemainnya untuk bermain sabar dan membuat cukup peluang. Permainan Wolves yang menekankan pada blok rendah dan tiga gelandang tengah yang bergerak sesuai alur serangan lawannya membuat Solskjaer melakukan sedikit modifikasi. Ia memainkan Daniel James menggantikan Andreas Pereira.

Dimainkannya James adalah untuk memperbanyak ancaman dari sisi sayap sebelah kanan. Sesuatu yang tidak muncul pada pertandingan sebelumnya. Solskjaer ingin memaksimalkan kecepatan pemain Wales ini mengingat transisi wing back kiri Wolves juga sangat cepat. Keberadaannya juga membuat Jesse Lingard lebih banyak bermain di tengah. Namun James sendiri ternyata tidak bisa membuat perbedaan apa pun. Tidak banyak yang bisa ia lakukan selain menjatuhkan diri pada menit ke-24.

United sendiri sebenarnya sudah menjalankan taktik Solskjaer dengan baik yaitu bermain sabar dan tidak terburu-buru. Penguasaan bola hingga 69% menjadi kunci. Wolves sendiri memilih bermain dengan blok yang rendah dan mencoba mengancam melalui serangan balik. Namun pressing para pemain United sukses merepotkan transisi bertahan ke menyerang Wolves dengan baik sehingga ancaman-ancaman counter attack layaknya dua pertemuan sebelumnya tidak kunjung hadir.

Namun permainan bagus United hanya sebatas ketika merebut bola dan melakukan build-up. Ketika memasuki sepertiga akhir, mereka kembali kebingungan harus memainkan bola seperti apa. Blok rendah tuan rumah memaksa United beberapa kali memindahkan permainan ke sisi sayap untuk memaksimalkan umpan silang. Namun tetap tidak ada yang istimewa dari skema tersebut. 17 kali melakukan umpan silang sepanjang 90 menit, hanya dua yang mencapai target.

United beruntung bisa memanfaatkan satu momen penting mereka yaitu ketika Martial bisa mencetak satu gol memanfaatkan kombinasi umpan antara Shaw, Lingard, dan Rashford. Namun setelah itu, masalah end passing United di sepertiga akhir kembali kambuh dan mereka tidak bisa memberikan ancaman yang berarti.

“Babak pertama kami berjalan baik, namun pada babak kedua kami tampil ceroboh. Kami adalah kesebelasan yang masih banyak belajar. Kami pantas untuk mendapatkan lebih dari satu poin karena kami seharusnya bisa bermain baik pada babak kedua,” tutur Solskjaer setelah pertandingan.

Wolves Bermain Lebih Agresif Pada Babak Kedua

Solskjaer seharusnya tahu kenapa timnya bisa tampil “ceroboh” setelah menurutnya bermain bagus pada babak pertama. Permainan tuan rumah langsung berubah ketika Jon Moss meniup peluit babak kedua dimulai. United masih bisa mendominasi, tetapi permainan mereka sangat kacau pada babak kedua.

Wolves bermain jauh lebih berani ketimbang babak pertama. Mereka mulai meladeni pressing United ketika mereka sedang tidak menguasai bola. Nuno Santo sepertinya sadar kalau para pemain United punya kelemahan yaitu kerap panik ketika di pressing atau tidak bisa keluar dalam situasi overload sehingga membuat mereka beberapa kali melakukan kesalahan dalam mengumpan.

Apalagi ketika bola berada di kaki McTominay. Pemain asal Skotlandia ini tidak bisa meneruskan bola ketika build-up dibangun dari kedua kaki bek tengah mereka. Karakter Tominay yang seorang ball winning tidak dibekali oleh kemampuan mengalirkan bola dengan baik. Lima kali ia kehilangan bola dan menjadi pemain kedua yang paling sering kehilangan bola setelah Martial.

Pada babak kedua, Wolves menekan lebih agresif. Tidak ada permainan menunggu seperti babak pertama, Mereka lebih berani untuk mengambil inisiatif merebut bola. Hal ini ditambah dengan masuknya Adama Traore yang menurut komentator Peter Drury adalah seorang pengubah jalannya laga semalam.

Agresifnya permainan Wolves tidak hanya merusak konsentrasi pemain United, melainkan membuat mereka mendapatkan beberapa kali kesempatan untuk mencetak gol. Kali ini, situasi bola mati yang menjadi senjata mereka mengingat mereka punya Ruben Neves dan Joao Moutinho, dua pemain yang memiliki jangkauan serta akurasi umpan yang bagus. Kombinasi keduanya pula yang membuahkan gol penyeimbang melalui sepakan Neves.

Setelah gol tersebut, United mencoba mengambil kendali laga seperti babak pertama. Namun penyakit mereka yang gampang kehilangan penguasaan bola serta skema serangan yang monoton dan terburu-buru membuat mereka tidak bisa mencetak satu gol tambahan. Bahkan penalti Pogba terbuang sia-sia setelah diblok oleh Rui Patricio.

Pergantian Pemain yang Terlambat

Selain permainan tim, para penggemar United juga mempertanyakan keputusan Solskjaer yang baru mengganti pemain pada menit ke-81. Asumsi mulai muncul diantara Solskjaer yang masih percaya kepada skemanya atau ia tidak percaya dengan kemampuan para pemain cadangannya.

Bahkan Justinus Laksana, pundit di TVRI semalam mempertanyakan keputusan tersebut. Ia beranggapan kalau Solskjaer terlalu nyaman melihat timnya bermain sehingga ia lupa kalau dia masih punya jatah tiga pergantian pemain. Situasi sebenarnya sudah meminta Solskjaer untuk mengganti pemain. Lingard dan James sudah tidak bisa mengimbangi pressing para pemain Wolves.

Masuknya para pemain cadangan juga tidak memberikan kontribusi apa pun. Tidak ada peluang yang dikreasikan oleh Juan Mata. Begitu juga dengan kehadiran Andreas Pereira dan Mason Greenwood yang baru dimainkan pada menit ke-89.

Situasi ini membuat kapasitas taktik Solskjaer kembali dipertanyakan. Ujar-ujar soal tidak adanya rencana B dari Solskjaer kembali muncul. Hasil laga ini juga membuktikan kalau United kekurangan sosok pemain kreatif di atas lapangan. Ketika lini tengah dimatikan, Solskjaer tidak punya pemain yang bisa benar-benar menjadi pembeda. Permintaan untuk kembali membeli Bruno Fernandes atau bahkan James Maddison kembali muncul.

Ini memang baru pertandingan kedua. Kelayakan United menjadi penantang gelar juara atau bahkan penantang empat besar belum bisa dilihat pada tahap ini. Namun Solskjaer harus sadar kalau United tidak hanya butuh permainan yang menghibur melainkan juga butuh pemain yang bisa menjadi pengubah jalannya pertandingan ketika situasi mengalami kebuntuan.

Laga semalam, United bermain bagus hanya pada babak pertama. Namun bagusnya permainan United tidak mengarah ke bentuk yang istimewa seperti yang diinginkan Solskjaer. Pada babak kedua Wolves bermain jauh lebih agresif. Namun Wolves bisa dianggap sebagai “pemenang” karena sukses membuat United kehilangan poin dan menjaga keangkeran stadion Molineux.