Foto: Twitter Manchester United.

Rekor apik dicetak oleh Manuel Pellegrini. Ia menjadi manajer pertama yang sanggup mengalahkan empat manajer Manchester United berbeda pada ajang Premier League. Bersama Manchester City, ia sukses mengalahkan David Moyes dan Louis van Gaal. Musim lalu, ia membuat Jose Mourinho tertunduk malu. Yang terbaru, giliran Ole Gunnar Solskjaer menjadi korban Pellegrini.

Maksud hati ingin mencuri tiga poin dari kandang West Ham, kenyataannya United justru kembali kesulitan bermain di Olympic Stadium. Minggu kemarin, Setan Merah kalah 2-0 atas The Hammers berkat gol masing-masing yang dicetak Andriy Yarmolenko dan tendangan bebas cantik dari Aaron Cresswell.

Sulit rasanya untuk mengelak kalau United memang pantas kalah pada pertandingan kemarin. Penampilan mereka masih seperti sebelum-sebelumnya. Miskin kreasi, tidak memiliki kreativitas, dan yang paling utama tidak bisa mencetak gol ke gawang lawan. Imbasnya, fans United yang lagi-lagi menjadi korban PHP dari tim kesayangannya.

Jalannya laga sebenarnya tidak terlalu berjalan menarik. Terutama pada babak pertama. Namun Manchester United menjadi pihak yang lebih dulu mengambil inisiatif untuk menyerang lini belakang West Ham. Sebaliknya, Filipe Anderson baru akan berusaha menyerang lini pertahanan United ketika mereka sedang melakukan transisi.

United diuntungkan dengan banyaknya pemain bertipikal menyerang yang dimiliki. Untuk mendukung Marcus Rashford, Solskjaer memainkan dua pemain dengan tipe playmaker dalam diri Juan Mata dan Andreas Pereira.

Namun lini belakang West Ham United tidak semudah itu untuk ditembus. Formasi 4-1-4-1 yang dipakai Pellegrini membuat peran seorang Juan Mata sebagai pemain nomor 10 berkurang karena sosok Declan Rice yang berdiri di depan empat bek mereka. Bahkan Rice dibantu oleh pemain dengan mobilitas terbaik dalam diri Mark Noble. Mata juga kerapp terjebak situasi overload jika Pablo Fornals juga memperkuat lini tengah.

Hal ini membuat Andreas Pereira juga tidak bisa bergerak membantu lini depan. Ia yang dibekali kemampuan menusuk melalui dribelnya juga tidak bisa berbuat banyak. Pemain yang disekolahkan dua kali di Spanyol ini hanya membuat satu umpan kunci dan satu dribel sukses.

Seperti yang diucapkan sebelumnya, jalannya pertandingan ini sebenarnya tidak terlalu menarik. Progresi serangan kedua tim ini sama-sama monoton. Build up play West Ham terkesan begitu lambat ketika menguasai bola. Hal ini tidak jarang membuat serangan mereka menjadi mentah karena para pemain United lebih cepat dalam melakukan underlap.

Namun progresi yang dibuat United jauh lebih buruk dibanding West Ham. Mereka terlalu terburu-buru untuk melepaskan bola-bola direct demi memaksimalkan kecepatan Rashford dan Daniel James. Saat mereka menguasai bola di sepertiga akhir, para pemain United kerap melepaskan umpan yang terburu-buru. Saking terburu-burunya, mereka bisa langsung memberikan umpan ke kotak penalti dengan situasi pemain United yang masih berada di belakang. Padahal, United sudah mencoba untuk memainkan skema baru dengan memperbanyak aliran bola dari kaki ke kaki

Meski cenderung monoton, namun West Ham masih sanggup memberikan ancaman yang jauh lebih berbahaya dibanding United. Enam tendangan mereka berhasil menemui sasaran meski hanya melepaskan delapan percobaan. Sebaliknya, United hanya memiliki tiga tendangan tepat sasaran dari sembilan kali melakukan percobaan. Ironisnya, tidak ada satu sepakan pun yang berasal dari kaki Marcus Rashford.

Striker United ini memang tidak banyak bekerja. Satu aksinya yang paling terlihat adalah ketika dia mengeluh sakit pada hamstringnya dan tidak bisa melanjutkan pertandingan. Selama 30 menit, United bermain tanpa seorang penyerang.

***

Kekalahan ini sudah pasti membuat gaduh. Alasan utamanya sudah pasti karena United ternyata belum bisa bangkit dari keterpurukan mereka musim lalu. Kemenangan 4-0 melawan Chelsea menjadi tidak ada arti. Sebaliknya, United melanjutkan tren negatif mereka di laga tandang sejak Maret 2019.

Di luar lapangan, nada-nada sumbang meminta Ole Gunnar Solskjaer dipecat mulai berdatangan. Rio Ferdinand terlibat konflik kecil dengan sekerumun penggemar United yang meminta tanggapan kalau pekerjaan Ole harus berakhir lebih cepat. Pertanyaan yang membuat Rio Ferdinand berang. Mantan bek United ini adalah orang yang paling bersemangat ketika mereka melakukan comeback fantastis saat melawan PSG beberapa bulan lalu. “Manchester United sudah kembali, man,” tuturnya di studio BT Sports.

Di studio Sky Sports, Roy Keane mengaku kaget dan sedih melihat kejatuhan United yang ternyata sangat parah. Ia mengatakan kalau tim ini kekurangan karakter dan pemimpin. Ia bahkan takut kalau klub ini jatuh semakin dalam. Pasangan baru Keane di Sky Sports, Jose Mourinho menyebut kalau United tidak mengalami perkembangan sama sekali sejak posisinya diganti.

Yang paling sedih adalah Patrice Evra. Sebelum pertandingan, ia bercerita betapa kesalnya mengetahui kalau United mulai diremehkan orang. Rasa kesalnya mungkin semakin bertambah melihat kekalahan ini. Ia langsung mengunggah foto dirinya sambil mencium lambang United dengan caption kalau ia siap untuk membantu dewan direksi United menyelesaikan masalah ini. Evra bahkan rela memberikan hidupnya demi klub ini.

Jika melihat situasi yang dialami sekarang plus performa mereka kemarin, maka tidak bisa dibantah kalau klub ini sedang memasuki fase yang mengkhawatirkan jika tidak mau disebut terpuruk.