Foto: Twitter Aaron WAn-Bissaka.

Memiliki penyerang berkualitas tak jadi jaminan kalau sebuah kesebelasan akan memiliki lini depan yang mudah untuk mencetak gol. Tengok saja lini depan Manchester United. Mereka memiliki Marcus Rashford, Daniel James, dan Anthony Martial. Di belakang mereka ada Angel Gomes, Mason Greenwood, dan Tahith Chong. Keenam nama ini memang belum dalam taraf sebagai penyerang kelas dunia, namun banyak yang menyebut kalau keenam orang ini adalah pemain yang berkualitas untuk lini depan United.

Tiga dari enam pemain ini bermain dalam laga pekan kelima melawan Leicester City. Dua di antaranya, Daniel James dan Marcus Rashford, diharapkan bisa menjadi tempat mendulang gol sebanyak-banyaknya. Namun sepanjang 90 menit, mereka hanya sanggup menciptakan sebiji saja melalui titik penalti yang dieksekusi oleh si nomor 10.

Kemenangan tipis atas Si Rubah memang hasil yang patut disyukuri mengingat Setan Merah mengalami krisis kemenangan sejak pekan kedua. Yang lebih penting lagi, kemenangan ini diraih menghadapi lawan yang sebelumnya tidak pernah terkalahkan plus saingan untuk meraih tempat di top enam.

Namun gol Rashford tidak membuktikan kalau permainan United membaik. Beruntung, lawan juga tidak tampil baik pada pertandingan ini. Penalti yang dikonversi menjadi gol tersebut adalah pembeda dari laga antara kedua kesebelasan yang sebenarnya berpotensi menghadirkan gol lebih dari satu.

United memainkan formasi andalannya yaitu 4-3-3 dengan lini depan diisi Daniel James dan Marcus Rashford. Kedua pemain ini disokong oleh pergerakan Andreas Pereira dan Juan Mata dari lini kedua. Dari 10 tembakan yang dilepaskan, sembilan diantaranya datang kaki keempat orang ini. Namun nyatanya, hanya satu yang bisa menjadi gol. Bahkan dari jumlah tembakan tersebut, hanya tiga saja yang dibuat dari dalam kotak penalti dengan satu diantaranya berasal dari kepala Harry Maguire.

Masalah ketajaman sudah menjadi PR bagi Solskjaer dan para pemain-pemainnya. Sejak hasil 4-0 melawan Chelsea, United hanya bisa mencetak satu gol saja setiap pertandingan. Padahal, mereka berada pada posisi lima dalam kesebelasan Premier League dengan tembakan terbanyak musim ini (73 kali). Di sisi lain, City membuat 14 gol (hingga pekan ke-4) dengan jumlah sepakan yang berselisih empat angka saja dari rivalnya tersebut.

Selain bermasalah dengan penyelesaian akhir, United juga kembali bermasalah dengan kreativitas permainan mereka. Selepas mengancam melalui dua peluang dari tendangan bebas Pereira dan penalti Rashford, serangan United langsung tersendat. Tidak ada kesempatan yang hadir melalui skema permainan terbuka sepanjang babak pertama. Sangat disayangkan memang karena mayoritas penguasaan bola mereka pada babak pertama lebih banyak dilakukan di lini pertahanan Leicester

Terhambatnya kreativitas United tidak lepas dari kebiasaan mereka yang selalu mengandalkan sisi kiri untuk membangun serangan. Adanya dua umpan kunci dari Ashley Young menegaskan kalau sisi kiri United lebih banyak bekerja dibanding sisi kanan yang hanya mengandalkan Aaron Wan-Bissaka, yang kemampuan ofensifnya tidak sebaik kemampuannya dalam bertahan.

Serangan textbook ini yang kemudian mudah sekali dibaca oleh Leicester dengan memperbanyak pemain di sektor itu. Mayoritas penguasaan bola United yang hilang juga lebih banyak di sisi kiri ketimbang di sisi satunya dengan Juan Mata dan Andreas Pereira menjadi pemain yang paling sering kehilangan bola. Hal ini yang membuat permainan United terlihat membosankan selepas membuat gol. Peluang hasil dari open play bahkan baru hadir setelah laga melewati menit ke-48.

Masuknya Fred dan Tahith Chong berhasil meningkatkan tempo serangan United menjadi lebih tinggi. Bahkan Fred langsung terlibat dalam peluang yang dibuat Daniel James beberapa saat setelah dirinya masuk ke lapangan. Namun secara keseluruhan, tidak ada dampak berarti yang bisa diberikan oleh dua pemain ini kecuali bertambahnya menit main mereka.

Serangan payah United ini mungkin bisa selesai jika mereka memiliki seorang pemain dengan kriteria sebagai pemain nomor 9 alias striker murni. Dalam hal ini, Anthony Martial bisa menjadi pembeda ketimbang Rashford yang penempatan posisinya tidak selalu mengarah ke gawang. Begitu pun dengan pemain di lini tengah. Tidak ada yang bisa menjadi playmaker sebagia pembeda sekaligus penambah kreativitas demi meningkatkan ketajaman Setan Merah seperti Paul Pogba dan Jesse Lingard. Sayangnya, ketiga pemain ini kadang kerap tampil tidak konsisten sehingga kehadirannya juga belum tentu bisa langsung mengubah permainan United.

***

Kemenangan ini memang patut untuk disyukuri sekaligus menjadi bekal jelang menghadapi Astana. Namun kemenangan ini tidak akan ada artinya jika kedepannya tidak diimbangi dengan peningkatan kualitas terutama dari lini tengah dan lini depan.

Sangat sulit memang untuk mengelak, tapi hingga pekan kelima ini United masih bermasalah dengan dua hal yang sama setiap pekannya yaitu kreativitas dan efektivitas. Saat ini, mereka beruntung karena lawan mereka kemarin juga tidak memiliki ketajaman dan penampilan lini belakang United yang cukup bagus. Namun perlu diingat kalau dalam 33 pertandingan setelahnya, akan ada banyak lawan kuat yang sudah menanti mereka.