Foto: United Focus

Apakah Anda masih ingat foto ketika Eric Cantona, Sir Alex Ferguson, dan Ole Gunnar Solskjaer berdiri bersebelahan dan mengepalkan tangan? Pose itu dibuat ketika United secara mengejutkan menyingikirkan Paris Saint Germain dari perdelapan final Liga Champions yang menjadi salah satu momen terbaik United musim ini.

Namun setelah foto tersebut beredar luas, penampilan United perlahan-lahan menurun. Tiga kekalahan mereka derita dari empat pertandingan setelah malam di Paris. Alih-alih berusaha mengejar peringkat ketiga milik Arsenal, Setan Merah harus berkaca kalau mereka berpeluang kembali ke posisi awal saat Ole mengambil alih kursi kepelatihan yaitu peringkat enam.

Memang tidak ada kaitannya foto Cantona, Fergie, dan Ole dalam kekalahan United dini hari tadi melawan Wolverhampton. Namun yang pasti, senyum mereka bertiga dalam foto tersebut seolah menjadi sebuah sinyal kalau bulan madu itu segera berakhir.

Permainan buruk United melawan Watford membuat Ole Gunnar Solskjaer merombak skuadnya. Enam perubahan langsung ia buat. Yang paling signifikan terjadi di lini tengah dan depan. Scott McTominay dan Fred bermain sebagai poros ganda untuk mendukung Pogba. Di lini depan, Marcus Rashford yang absen karena sakit, digantikan oleh Romelu Lukaku. Dua sisi sayap diisi oleh Jesse Lingard dan Diogo Dalot.

Seolah ada harapan ketika United memulai pertandingan dengan sangat bagus. Fred dan McTominay begitu mobile di tengah. Belum genap semenit, Lingard sudah melakukan akselerasi layaknya Riko Simanjuntak. Lukaku langsung menyundul bola kiriman Dalot. Tiga sajian pembuka yang cukup nikmat untuk disantap pada 10 menit awal.

Gol McTominay menjadi sajian utama. Fred memberi asis yang dimanfaatkan oleh pemain Skotlandia tersebut dengan tembakan jarak jauhnya. Akan tetapi, gol McTominay seolah menjadi pertanda kalau pertandingan sudah berakhir untuk United.

Akun twitter penyedia statistik United, @utdarena, mengatakan kalau hingga menit ke-23 Fred membuat 22 umpan sukses dari 24 percobaan (92%). Tidak hanya itu, ia juga lima kali mengembalikan penguasaan bola bagi klubnya. Sekilas, kalimat ini menunjukkan kalau Fred bermain baik.

Namun pujian tersebut ternyata hanya bertahan dua menit. Fred tidak bisa mengontrol bola goal kick dari David De Gea yang dimanfaatkan para pemain Wolves untuk membangun serangan yang menjadi gol penyeimbang kedudukan. Gol ini juga tidak lepas dari terlambatnya Ashley Young untuk naik yang membuat Jota terbebas dari jebakan offside.

Setelah gol tersebut, permainan jadi milik tuan rumah. Komentator pertandingan menyebut hal yang sama kalau alur permainan menjadi berbeda setelah gol Jota. United yang sebelumnya begitu mudah memasuki sepertiga akhir pertahanan mereka, kini kembali kesulitan untuk membongkar rapatnya pertahanan mereka yang dikuasai oleh trio Moutinho, Neves, dan Dendoncker di lini tengah.

“Tentu saja kami harus bereaksi setelah kebobolan. Kami bermain dengan kesebelasan hebat dan jika Anda mengizinkan situasi layaknya gol pertama kembali terjadi kepada Anda, maka kami akan berada dalam masalah. Sejak kebobolan itu, kami mulai mengontrol pertandingan dengan baik,” kata Nuno Espirito Santo.

Cara yang mereka lakukan untuk meredam agresivitas serangan United sama seperti ketika mereka bertemu di Piala FA yaitu menutup aliran bola ke para pemain depan dengan mengganggu pergerakan Paul Pogba yang menjadi playmaker United. Hal ini kembali berjalan sukses karena meskipun Pogba sukses membuat lima umpan kunci, namun ia menjadi pemain yang paling banyak kehilangan bola. Sulitnya menembus lini belakang Wolves bahkan memaksa Ole untuk menukar tempat Pogba dengan McTominay.

United semakin terpuruk setelah kehilangan Ashley Young yang diusir oleh Mike Dean yang membuat Ole mengubah pola permainannya menjadi 3-5-1. Hal ini sempat membuat United beberapa kali sukses mengirimkan bola ke kotak penalti, namun selalu gagal menjadi peluang karena lini belakang Wolves bermain bagus dan sangat terorganisasi dengan baik.

Selain itu, transisi bertahan maupun menyerang mereka juga sangat bagus. Pressing akan langsung dipakai ketika tidak menguasai bola untuk memperlambat momentum United. Saat menyerang, mereka akan melancarkan serangan balik atau melepas umpan-umpan kejut seperti proses gol kedua. Umpan dari Ruben Vinaggre yang justru disambut Phil Jones dan diteruskan Chris Smalling ke gawang sendiri.

“Cara kami bereaksi dari kebobolan sangat bagus, kami tahu kalau kemasukan menandakan adanya sebuah kesalahan maka ketika Anda melakukannya sekali lagi maka permainan sudah berakhir, Anda tidak bisa kembali lagi ke dalam permainan. Tetap kompak dan terorganisir dengan rapi sangatlah penting, tapi yang lebih penting adalah bagaimana cara kami menyerang yang begitu luar biasa,” kata Nuno Espirito Santo.

Apa yang diucapkan Nuno benar adanya. Setelah kembali melakukan kesalahan, permainan United langsung tidak berkembang. Memasukkan Anthony Martial hanya menambah parah lini depan United yang sejak awal sudah tampil biasa-biasa saja.

Mendapatkan sajian pembuka yang nikmat. Diteruskan dengan makanan utama yang lezat. United justru mendapatkan makanan penutup berupa gol bunuh diri yang menghilangkan kelezatan pada awal-awal pertandingan. Dalam konferensi pers setelah laga, Ole menyebut kalau kekalahan ini disebabkan karena kesalahan pemainnya. Terutama dari dua pemain belakang yang baru saja memperpanjang kontrak.