Foto: Twitter Manchester United

Tidak selamanya kesebelasan yang menguasai pertandingan bisa meraih kemenangan dengan mudah. Ada kalanya, kesebelasan yang mendominasi jalannya pertandingan kesulitan untuk menemui sasaran dan tidak kunjung mendapatkan tujuan yang diinginkan. Sebaliknya, kesebelasan yang berada dalam tekanan, terkadang bisa dengan mudah mencari jalan keluar untuk mencari gol yang mereka inginkan.

Manchester United merasakan itu pada pekan pertama Premier League musim hari Minggu kemarin (11/8). Di luar dugaan, mereka mengalahkan Chelsea di stadion Old Trafford dengan skor yang sangat telak yaitu 4-0. Masing-masing gol Setan Merah dibuat oleh Marcus Rashford (dua gol), Anthony Martial, dan Daniel James. Keempat gol yang hadir karena efektivitas serangan lini depan mereka.

Kesulitan di Babak Pertama

Meski menang telak, namun United hanya unggul 1-0 saja pada babak pertama. Gol hadir melalui penalti dari Marcus Rashford pada menit ke-18. Sepanjang 45 menit pertama, keduanya total membuat 13 tembakan dengan rincian 5 menjadi milik United, dan 8 tembakan dibuat oleh Chelsea. Akan tetapi, dari banyaknya jumlah tembakan tersebut hanya lima saja yang benar-benar menemui sasaran (2 untuk United, 3 untuk Chelsea).

Kedua kesebelasan memang cukup kesulitan untuk membangun serangan dan membuat peluang yang berasal dari skema permainan terbuka. Beberapa kali build-up mereka kerap mentok di lini kedua. Hal ini juga tidak lepas dari permainan kedua kesebelasan yang sama-sama menekan mulai dari sepertiga lini pertahanan lawannya.

Chelsea memainkan pola 4-1-2-1-2 yang bertransformasi menjadi 4-2-3-1. Ketika bola berada dalam penguasaan Kepa, dua bek tengah yang diisi Andreas Christensen dan Kurt Zouma bergerak melebar demi memberi ruang kepada Jorginho. Kedua sisi diisi oleh Cesar Azpilicueta dan Emerson Palmieri. Kovacic dan Mason Mount akan bermain di depan Jorginho. Ross Barkley bergerak di belakan duet striker Tammy Abraham dan Pedro.

Segalanya berjalan lancar bagi tim asuhan Frank Lampard tersebut. Laga belum memasuki menit ke-10, Abraham melepas tendangan yang membentur tiang. Ada dua peluang lain yang tercipta melalui sepakan kaki Ross Barkley dan Emerson Palmieri. Lagi-lagi peluang tersebut mentah oleh kaki De Gea dan mistar gawang.

Meski Chelsea menguasai segala aspek, namun United yang lebih dulu mencetak gol. Serangan cepat yang diperoleh United memaksa Kurt Zouma melakukan pelanggaran kepada Marcus Rashford di kotak penalti. Penalti kemudian dieksekusi sendiri oleh Rashford yang menghasilkan gol pertama.

Namun sejak gol tersebut, United tidak benar-benar bisa menguasai pertandingan. Bola lebih banyak dikuasai oleh Chelsea. Pola permainan 4-2-3-1 United tidak bisa berjalan dengan baik. Para pemain depan mereka terlihat kesulitan menguasai bola sehingga perpindahan posisi yang diinginkan Solskjaer tidak bisa berjalan baik. Jauh berbeda dibanding Chelsea yang sirkulasi bolanya jauh lebih enak dipandang ketimbang ketika pemain United menguasai bola.

United Memanfaatkan Celah yang Ditinggalkan Chelsea

Tiga gol Manchester United dibuat pada babak kedua. Anthony Martial menit ke-65, gol kedua Marcus Rashford menit ke-67, dan Daniel James pada menit ke-81. Yang menarik adalah bagaimana proses ketiga gol tersebut muncul. United benar-benar begitu efektif memanfaatkan sedikitnya peluang yang mereka terima.

Tidak ada strategi yang berubah secara signifikan dari kedua kesebelasan. Namun Chelsea memanfaatkan betul dominasi mereka dengan memainkan Christian Pulisic menggantikan Ross Barkley. Tujuannya sudah pasti untuk merusak lini belakang United yang begitu keteteran menghadapi lini depan mereka.

Sisi kiri United menjadi perhatian para pemain Chelsea. Di sana berdiri Luke Shaw, yang kerap kalah dalam melakukan duel atau sprint melawan para pemain-pemain cepat Chelsea. Meski gol berasal dari sisi kiri pertahanan Chelsea yang diisi Emerson, namun sisi kanan milik Azpilicueta menjadi awal mula dari hadirnya gol kedua. Lagi-lagi United memanfaatkan betul kelebihan mereka yaitu pemain-pemain depan yang memiliki kecepatan.

Kecepatan trio lini depan United yang diisi Martial-Rashford-Lingard menjadi momok bagi lini belakang Chelsea. Ia berlari melewati celah diantara dua bek tengah untuk mencetak gol ketiga. Setelah gol ini, Chelsea kemudian mengendurkan tekanan. Mereka memasukkan Kante untuk membuat lini tengah-belakang menjadi lebih solid dan tidak lagi kemasukan gol. Hal ini kemudian mengurang intensitas peluang yang dibuat oleh Chelsea. Hal ini dimanfaatkan United yang kemudian menutup kemenangan melalui gol Daniel James. Lagi-lagi memanfaatkan kondisi Chelsea yang terlambat melakukan transisi.

“Kami merasa menjadi kesebelasan yang sangat bagus untuk 45 sampai dengan 60 menit namun kami membuat banyak kesalahan. Kami harus membayar kesalahan tersebut dengan empat gol yang bersarang ke gawang kami,” tuturnya.

Lampard memang patut gusar karena timnya membuat 18 tembakan dengan tujuh di antaranya mengarah ke target. Sebaliknya, Manchester United hanya memiliki lima tembakan ke gawang saja dengan empat menjadi gol. United benar-benar efektif memanfaatkan situasi ini. “Kami memiliki momen beruntung pada babak pertama, namun kami menunjukkan penampilan yang jauh lebih baik pada babak kedua,” tutur Maguire.

***

Selain efektif, kemenangan 4-0 United atas Chelsea juga tidak lepas dari andil pemain belakang mereka. Khususnya kepada Harry Maguire. Pemain berusia 26 tahun ini langsung menjadi man of the match. Kehadirannya benar-benar mengubah lini belakang United menjadi jauh lebih solid dibanding sebelumnya. Sepanjang 90 menit, Maguire membuat 7 sapuan, 4 intersep, dan 4 blok. Begitu juga dengan Aaron Wan-Bissaka yang penampilannya sangat bagus meski beberapa kali masih melakukan salah penempatan posisi.

United jelas tidak boleh jemawa mengingat kompetisi baru saja dimulai. Mereka wajib untuk konsisten apabila mereka ingin berprestasi pada musim ini. Selain itu, mereka juga masih dihadapkan dengan ajang-ajang lain yang bisa merusak ritme bagus mereka sewaktu-waktu.

Pekan depan, Setan Merah akan bertandang ke Molineux, markas Wolverhampton yang tidak bisa ditaklukkan pada musim lalu. Wolves adalah kesebelasan yang memiliki pola permainan yang cenderung defensif. Tentu menjadi ujian tersendiri bagi United karena Si Serigala juga sama-sama mengandalkan serangan balik sebagai senjata meraih kemenangan.