Hanya ada 3% peluang United untuk lolos kata Fivethirtyeight. Hal ini menandakan kalau Paris Saint Germain punya peluang yang jauh lebih besar. Namun yang terjadi di Parc Des Princes dini hari tadi justru sebaliknya. United bisa memanfaatkan persentase kecil tersebut dengan baik. United menang 3-1 dengan masing-masing gol bernilai 1%.

Nelangsa menimpa kubu PSG. Untuk ketiga kalinya secara beruntun mereka mentok pada di 16 besar. Sementara Ole menjadi pelatih pertama setelah David Moyes yang sukses membawa Setan Merah ke babak 8 besar sekaligus memecahkan rekor sebagai tim pertama yang bisa lolos ke fase berikutnya meski menelan kekalahan dengan selisih dua gol di kandang.

Formasi Pemain

Ole paham kalau pada leg pertama, timnya takluk karena kalah di lini tengah. Oleh karena itu, dia melakukan sedikit perubahan taktik agar lini tengahnya tidak lagi menjadi bulan-bulanan seperti pertemuan pertama. Ia menurunkan tiga bek tengah yaitu Bailly, Smalling, dan Lindelof. Lini tengah diisi lima pemain dengan McTominay dan Fred menjadi dua gelandang. Ashley Young dan Luke Shaw menjadi bek sayap sementara Andreas bermain di belakang Lukaku dan Rashford.

Sementara itu PSG tidak melakukan perubahan taktik apa pun. Pola 4-1-2-3 digunakan Tuchel. Taktik Tuchel yang menempatkan Dani Alves sebagai penyerang sayap membuat tugas seorang Thilo Kehrer lebih terpusat dalam mengurus lini pertahanan.

Pragmatis Tapi Efektif

Meski Ole terlihat memainkan pola 3-4-1-2, namun skema Ole di atas lapangan menjadi 4-4-2. Hal ini yang membuat Ole memiliki adaptasi taktik yang cukup unik. Bailly bermain sebagai bek kanan, Young sebagai Right Midfielder (RM), dan Andreas Pereira sebagai Left Midfielder (LM). Dengan skema seperti ini, United kemudian mendapat satu gol gratis yang berasal dari kesalahan Thilo Kehrer.

Gol tersebut membuat PSG tersentak yang kemudian diresposn dengan menaikkan garis pertahanan mereka. Hal ini yang membuat United terpojok dan memperlihatkan kalau faktor absennya 10 pemain utama benar-benar mengurangi kekuatan permainan mereka. Dalam 15 menit, PSG menguasai bola hampir 85% yang membuat para pemain United mau tidak mau harus menumpuk pemainnya di sekitar kotak penalti.

Salah satu kelemahan United adalah sisi kanan mereka yang tidak bermain terlalu baik. Beberapa kali Bailly dan Young tidak sanggup menahan gempuran Angel Di Maria melalui bola-bola silang yang mengancam. Bailly pula yang tidak membaca pergerakan Juan Bernat yang menyamakan kedudukan dan membuat PSG kembali berada di jalur yang benar.

Namun yang menarik, United kembali unggul melalui Lukaku. Lagi-lagi efektivitas menjadi kunci. Lukaku merespons bola muntah dari sepakan Rashford yang tidak sempurna ditangkap oleh Gianluigi Buffon. Tiga kali secara beruntung, Lukaku membuat brace. Dalam konferensi pers setelah laga, Lukaku diminta Rashford untuk bisa merespons bola-bola liar dan itu berhasil.

Gol tersebut belum memastikan kelolosan United karena agregat masih 3-2 untuk PSG. Setelah skor menjadi 2-1, PSG tampil digdaya dengan menguasai pertandingan dan melakukan recovery ball yang jauh lebih baik ketimbang United.

Setelah gol, Ole mengubah pendekatannya. Eric Bailly digantikan oleh Diogo Dalot. United kembali bermain dengan empat pemain belakang sementara Dalot bermain sebagai RM dan Andreas LM. Terlepas dari cedera atau tidak, kombinasi Bailly dan Young memang sangat buruk. Bahkan Manchester Evening News memberikan nilai 1 kepadanya. Ketika diduetkan dengan Dalot, penampilan sisi kanan United sedikit membaik. Dilansir dari United Arena, sisi kiri PSG hanya melepaskan 5 umpan silang selama 28 menit ketika Bailly diganti. Bandingkan saat Bailly masih ada di lapangan, dimana PSG membuat 6 crossing hanya dalam waktu 12 menit. Namun hal itu tidak mengurangi kedigdayaan PSG atas United.

Tiga pemain PSG (Mbappe, Di Maria, dan Draxler) akan memaksa empat pemain belakang United bermain rapat. Hal ini yang menimbulkan banyak celah terutama di kedua sisi sayap yang kemudian diisi oleh Bernat dan Dani Alves. Saat bola ada di kaki keduanya, Young dan Shaw akan mencoba melebar yang menimbulkan celah yang bisa dimanfaatkan kecepatan Di Maria dan Mbappe.

Pada babak kedua, Ole semakin menunjukkan pola pragmatisnya. United bermain 5-4-1 dengan Young menjadi Right Center Back (RCB), Dalot menjadi bek kanan, Andreas Pereira menjadi gelandang di sisi sebelah kanan, dan Rashford menjadi pemain di sayap kiri. Ketika menguasai bola, Ole menginginkan bola langsung dikirimkan ke kedua sisi sayap yang diisi oleh para pelari. Meski gol ketiga didapat melalui penalti, namun prosesnya diawali dari sepakan Dalot yang dilepaskan dari half space di sayap kanan.

Solidnya Lini Pertahanan dan Ditentukan oleh VAR

PSG menguasai pertandingan namun dari statistik mereka hanya membuat tiga sepakan ke gawang saja. Jumlah yang setara dengan United. Permainan bola-bola pendek dari kaki ke kaki yang mereka lakukan tidak bisa menembus United yang parkir bus hampir sepanjang pertandingan.

Apresiasi patut diberikan kepada dua bek tengah United yang tampil cukup memukau. Chris Smalling dan Victor Lindelof sama-sama menjadi bintang dan pantas untuk diberikan gelar pemain terbaik pada laga kemarin. Lindelof selalu sukses memenangi tekel dan duel udara menghadapi para pemain PSG. Chris Smalling dikenang ketika melakukan tekel krusial saat Mbappe sukses melewati De Gea. Scott McTominay juga bermain baik sebagai gelandang bertahan. Ia membuat lima tekel sukses dan empat kali melakukan recoveries ball.

Selain berterima kasih kepada para pemainnya, para pendukung United patut berterima kasih kepada VAR dan wasit Damir Skomina. Seandainya tidak ada review dari petugas VAR, maka bola sepakan Dalot hanya menjadi sepak pojok saja.

United juga menutup 90 menit di Paris dengan tradisi yang terus dilestarikan selama 80 tahun beruntun. Ole memainkan Mason Greenwood dan Tahith Chong. Meski hanya tampil beberapa menit, namun permainan mereka cukup positif untuk pemain yang tidak punya pengalaman. Mereka punya andil dari permainan United yang pada malam tadi bermain di luar ekspektasi.