Dalam ajang Football League Trophy, turnamen piala antara kesebelasan League One, Two, dan akademi Premier League, Rochdale secara mengejutkan takluk dari kesebelasan akademi Manchester City dengan skor 0-2 di kandangnya sendiri.
Dua minggu kemudian, tim yang sama berkunjung ke Old Trafford untuk melawan Manchester United dalam babak ketiga Piala Liga. Alih-alih melakukan hal serupa tim akademi rivalnya tersebut, United justru mendapat kejutan yang tidak terbayangkan harus diterima klub sebesar dan sekuat mereka. United hanya sanggup bermain imbang 1-1 selama 90 menit pertandingan. Beruntung, mereka akhirnya mendapat tiket babak keempat setelah menang melalui babak adu penalti.
Beberapa kejutan sudah muncul sebelum pertandingan dimulai. Dalam susunan skuad misalnya, Solskjaer memberikan kesempatan kepada Axel Tuanzebe menjadi kapten kesebelasan. Tidak hanya itu, ia juga dengan berani tampil tanpa Defensive Midfielder (DM). Dalam formasi 4-2-3-1, lini tengah diisi oleh Fred dan Pogba, dua pemain yang memiliki offensive minded jauh lebih tinggi ketimbang defensif.
Di kubu sebelah, Barry-Murphy juga tidak mau kalah dalam menghadirkan kejuta. Pada posisi bek kanan, ia memainkan pemain berusia 16 tahun yaitu Luke Matheson yang pada Kamis pagi harus berangkat ke sekolah karena menghadapi ujian.
Hampir selama 90 menit, bola lebih banyak berada di kaki para penggawa Setan Merah. Hanya sesekali saja bola bisa dikuasai oleh pemain Rochdale yang juga melawan permainan United dengan passing kaki ke kaki. Namun build up play pemain Rochdale tidak terlalu rapi karena terbentur dengan kualitas pemain mereka.
Bermain tanpa DM menimbulkan kesan kalau United akan bermain menyerang dan Itulah yang terjadi. Sayangnya, dominasi mereka tidak sejalan dengan kualitas penyelesaian akhir mereka yang jauh lebih parah dari lawannya.
Setan Merah membuat 31 tembakan ke gawang, dengan delapan diantaranya mengarah ke gawang Robert Sanchez. Namun yang menjadi gol hanya satu alias tiga persen saja dari jumlah tembakan mereka. Rochdale bahkan jauh lebih efektif dengan membuat satu gol dari lima tendangan.
Kita bisa menyebut Sanchez sebagai benalu bagi United, namun perlu dicatat kalau 14 tendangan United datang dari dalam kotak penalti. Jika Sanchez membuat tujuh penyelamatan dan satu kebobolan, maka ada enam peluang lain yang bisa dikonversikan menjadi gol oleh mereka. Sayang, mereka kerap terburu-buru dan membuat peluang tersebut menjadi sia-sia. Dominasi mereka dirusak oleh mereka sendiri.
Mereka hanya mengandalkan Greenwood untuk mengeksekusi peluang. Sayangnya, hal itu tidak didukung lini kedua yang baik. Yang menarik, Rojo menjadi pemain yang paling banyak menendang ke gawang dengan tujuh kali (bersama Greenwood). Catatan yang membuat kita bertanya-tanya mengingat United masih punya Pogba, Fred, dan Lingard yang bisa diandalkan mencetak gol dari lini kedua.
Dengan dominasi penuh selama 90 menit, United bahkan masih bisa kebobolan. Andreas Pereira, pemain yang paling banyak mendapat kritik pada pertandingan ini, telat melakukan underlap sehingga Matheson bisa mencetak gol. Beberapa menit sebelumnya, Rochdale punya satu peluang berbahaya yang bisa membuat mereka unggul terlebih dahulu jika tidak dihalau Aaron Wan-Bissaka.
Tidak berartinya dominasi United pada laga ini membuat mereka mencetak rekor buruk. United tidak bisa membuat gol dari open play pada babak pertama sejak pekan pertama Premier League dimulai. Tidak hanya itu, United membuat 26 umpan kunci dengan enam diantaranya adalah big chances. Namun tidak ada satu pun yang menjadi gol dari banyaknya kesempatan emas tersebut.
Bagi beberapa penggemar United, hasil ini menjadi hasil yang ingin cepat dilupakan oleh mereka. Dua hari sebelum dikalahkan akademi City, Rochdale dibantai Peterborough 6-0. Posisi mereka pun berada di urutan ke-17. Namun klub sekaliber United tidak bisa mengalahkan mereka dengan mudah dan harus menunggu adu penalti.
Bagi Rochdale, kekalahan ini mungkin akan disambut dengan meriah. Hal ini terlihat dari semangat para pendukung mereka yang hadir ketika mengetahui timnya bisa menahan juara 20 kali Liga Inggris tersebut. Mereka kemudian menjadi tim pertama di musim ini yang menyanyikan chant ‘You’re getting sacked in the morning’ untuk Ole Gunnar Solskjaer yang selama 90 menit jarang sekali tersenyum melihat penampilan sia-sia anak asuhnya.
Manchester United have had:
• more shots
• more shots on target
• more chances created
• more big chances
• more possession
• more territory
• higher pass completion
• less turnoversYet, it is 1-1…
— UtdArena. (@utdarena) September 25, 2019
Love Ole, but the fact that we couldn’t beat a side who are 17th in League One over 90 minutes is a sackable offence.
Embarrassing.
— Ryan. 🔴 (@Vintage_Utd) September 25, 2019