Foto: Mirror.co.uk

Musim 2019/2020 akan menjadi musim kelima Marcus Rashford bersama Setan Merah. Namun selama lima musim tersebut, Rashford tidak memiliki statistik yang cukup mentereng. Dalam empat musim sebelumnya, catatan terbaik Rashford hanya mencetak 10 gol di Premier League. Penempatan posisi yang salah disinyalir menjadi alasan kuat Rashford tidak pernah bisa tembus 15 gol dalam satu musim. Ketika itu, Rashford kerap dimainkan bergonta-ganti posisi. Entah itu sebagai penyerang sayap kanan, kiri, hingga penyerang tengah.

Masuknya Ole Gunnar Solskjaer kemudian membawa angin segar bagi Rashford. Ia mulai dilirik untuk menjadi striker utama Setan Merah. Setelah hanya menjadi serep bagi Zlatan Ibrahimovic dan Romelu Lukaku, kini ia bersiap menjalani musim penuh pertamanya sebagai seorang striker utama. Terpilihnya Rashford langsung menggusur status Romelu Lukaku yang dalam dua musim terakhir menjadi top skor United di sektor penyerang.

“Sosok Rashford adalah pemain yang menekankan mobilitas, dia menahan bola, dia berlari pada celah pemain lawan, membuat ancaman dari lini belakang, bergerak melebar, dan kerap menarik perhatian bek sayap. Saat Anda melihat Rashford bermain dengan cara seperti ini, hal ini tentu membuat saya bahagia karena ini merupakan masa depan Inggris dan Manchester United,” tutur Solskjaer pada musim lalu.

Meski begitu, Rashford sendiri menolak kalau posisi yang tepat bagi dirinya adalah sebagai penyerang tengah. Kepada ESPN, ia menyebut kalau dirinya siap bermain di mana saja. Baginya, bermain di posisi mana pun tetap saja dirinya bisa mencetak gol ke gawang lawan.

“Bukan tujuan utama saya untuk menjadi striker nomor sembilan United. Ini semua tentang kemampuan beradaptasi dan bermain di posisi yang berbeda dan menjadi penyerang utama yang dinamis. Saya pikir saya bisa mencetak gol dari semua posisi dan saya pikir gol adalah sesuatu yang bisa dibagi kepada beberapa penyerang,” tuturnya.

“Saya masih bisa mengasah ketajaman saya sedikit lagi. Hal itu normal, ini semua tentang keinginan untuk mendapatkan sesuatu dari apa yang sudah dilakukan. Kebugaran kami sudah meningkat dan pola permainan kami mulai muncul di setiap permainan. Itu yang penting.”

Sepanjang pertandingan pra-musim, Rashford sudah mencetak dua gol yang masing-masing ia buat ke gawang Perth Glory dan Leeds United. Akan tetapi, dalam tiga laga selanjutnya menghadapi Inter, Spurs dan Kristiansund, namanya absen dalam daftar pencetak gol United. Di sisi lain, Mason Greenwood dan Anthony Martial mulai menunjukkan taringnya di lini depan.

Persaingan lini depan United akan semakin ketat pada musim 2019/2020. Meski terancam kehilangan Lukaku, namun United kedatangan Daniel James, dan trio Angel Gomes, Tahith Chong, dan Mason Greenwood, yang datang dari akademi. Bagi Rashford, persaingan seperti ini sangat penting karena gol tidak akan datang dari satu pemain saja.

“Persaingan ini penting. Jika hanya satu orang yang mencetak semua gol tim Anda, maka akan ada perasaan yang berbeda sebagai tim dibandingkan jika semua pemain depan berkontribusi. Saya memiliki perasaan yang bagus, namun masih ada pekerjaan yang harus dilakukan setiap hari. Namun tim semakin lama semakin membaik. Kami konsentrasi pada diri sendiri dan sedang mengambil langkah untuk maju.”

“Kami harus bersatu sebagai sebuah tim untuk menunjukkan kepada orang-orang tentang segala kemampuan kami. Musim ini, kami harus berkonsentrasi kepada diri sendiri dan menikmati sepakbola kami. Posisi kami saat ini sangat bergairah. Ada banyak pemain muda dan ada pemain yang lapar. Semoga momentum bagus ini bisa kita ambil pada musim ini,” tuturnya.

Rashford kerap dicap sebagai striker yang “egois” oleh banyak pihak. Semoga saja pada musim 2019/2020 nanti, Rashford tidak lagi dicap sebagai pemain egois melainkan striker yang efektif. Dengan catatan, ia sanggup memperbaiki kekurangannya. Seperti yang dikatakan Ole Gunnar Solskjaer, para penyerang United kini masih bermasalah dalam hal penyelesaian akhir.