Foto: Manchester Evening News

Kesuksesan Cristiano Ronaldo untuk bisa tampil di top perform hingga usianya yang sekarang tidak lepas dari kehadiran sosok lain di belakang layar yang mendampingi dirinya ketika bertumbuh. Salah satu sosok jenius itu adalah Mick Clegg.

Saat pertama kali datang pada 2003, Ronaldo tentu bukanlah siapa-siapa. Ia hanya seorang bocah berusia 18 tahun yang masih mentah dalam hal sepakbola di level tertinggi. Fisiknya juga masih sangat kurus pada saat itu. Sebagai pelatih fisik dan kondisi Manchester United, Mick punya tugas untuk membantunya.

Ada satu hal yang membuat Mick senang melatih Ronaldo yaitu si pemain benar-benar punya ambisi untuk menjadi yang terbai di dunia. Mick menilai visi Ronaldo begitu luar biasa untuk pemuda yang masih berusia 18 tahun. Dengan kata lain, dia sudah siap untuk belajar menjadi pria dewasa sejak umur tersebut. Inilah yang membuat Mick terpesona.

“Ketika kami bertemu pertama kali, Ronaldo berkata ingin jadi pemain bintang. Jujur, banyak pemain yang punya mimpi seperti dia, tapi Ronaldo adalah kasus yang berbeda. Dia sangat berhasrat untuk bisa ke sana. Jika ada hal yang ia rasa kurang tepat, ia tidak segan untuk bertanya. Saya benar-benar kagum dengan sikapnya,” tutur Mick.

Mick juga menambahkan kalau Ronaldo ini memiliki kejeniusan yang setara atau lebih tinggi dari profesor di universitas. Inilah yang membuatnya menjadikan mantan pemain Sporting CP ini sebagai role model dari pengembangan pemain di lingkungan Manchester United.

“Orang menganggap kalau orang jenius itu adalah profesor di universitas, tetapi orang ini (Ronaldo) jenius karena tanpa pengetahuan dari sekolah, dia mampu mengumpulkan sesuatu yang sempurna untuk kariernya.”

“Konsep yang ia bawa sangat lengkap. Cristiano adalah contoh dari terbaik dari yang terbaik. Itulah sebabnya saya sangat bangga memiliki kesempatan untuk bekerja sama dengannya,” ujarnya menambahkan.

Buah kerja keras Mick bisa dibilang berhasil ketika Ronaldo menjadi pilar utama United meraih tiga gelar Premier League dan satu gelar Liga Champions dari 2007 hingga 2009. Kesuksesan ini diikuti dengan Ronaldo yang meraih Ballon d’Or dan pemain terbaik dunia FIFA 2008.

Setelah 13 tahun kepergiannya, Ronaldo pun akhirnya kembali. Tidak ada yang berubah. Dia masih menjadi yang terbaik. Di tengah rekan setimnya yang amburadul, Ronaldo masih menunjukkan kalau dia masih sangat kompetitif. Rekor 100 gol Premier League adalah catatan terbaru yang ia buat.

Meski begitu, Mick masih punya impian lain kepada anak didiknya yaitu melihatnya menjadi manajer. Dia ingin Ronaldo bisa menggunakan keterampilannya kepada pemain-pemain lain agar bisa mengikuti jejaknya untuk bisa menjadi yang terbaik.

“Dia akan menjadi manajer yang sangat baik. Saya tahu dia punya ide dan pemahaman tentang budaya di sekitar klub. Dia punya lebih banyak pengalaman daripada banyak pemain. Jika dia menjadi pemain-manajer, saya pikir dia cocok untuk United. Dia akan jadi pilihan saya.”

“Sudah waktunya di mana pola yang ia buat bisa digunakan untuk orang lain,” katanya menambahkan.

***

Mick berkarier di United selama 11 tahun sejak kedatangannya pada tahun 2000. Ia saat itu diminta oleh fisioterapis United, Rob Swire untuk memulihkan kondisi Wes Brown dan Roy Keane setelah mengalami cedera.

Kebanggaannya sebagai pelatih fisik United ia tuangkan dalam sebuah buku autobiografinya. Di sana ia menceritakan kalau Gym United akan selalu penuh ketimbang ruang santai yang sebenarnya dibuat khusus di lantai atas tempat latihan mereka. Hal ini juga tidak lepas dari saran Roy Keane yang selalu menyuruh pemain-pemainnya untuk menemui Mick jika ingin menjadi pemain yang hebat.

Saking penuhnya, Mick sempat meminta para pemain yang sedang memiliki masalah performa untuk lari ke psikolog tim. Namun, beberapa pemain menolak dan merasa kalau Mick, sang pelatih fisik, adalah psikolog mereka.

Ada juga beberapa kejadian konyol lain yang lekat dalam ingatan Mick. Salah satunya ketika Fabien Barthez yang datang ke gym hanya untuk membentuk dadanya demi kelihatan bagus di depan pacarnya.

Kehebatan Clegg ini sempat membuat Roy Keane ingin membajaknya saat ia menjadi manajer Sunderland pada 2007. Sayangnya, hal itu ditolak dan Keane akhirnya hanya mendapat putranya yaitu Michael, yang sekarang mengikuti jejak ayahnya yaitu menjadi pelatih fisik United.

Ia juga sempat diminta kembali oleh Ole Gunnar Solskjaer namun permintaan itu juga ditolak karena Mick sedang fokus menjalankan usahanya di bidang yang sama yaitu sebuah perusahaan bernama Seed of Speeds, perusahaan yang menjadi tempat atlet-atlet untuk meningkatkan kebugaran mereka.

Jika melihat cerita di atas, kesuksesan Mick tidak hanya karena kejeniusannya semata melainkan karena didukung oleh para pemain yang juga memiliki dedikasi luar biasa untuk terus menjadi yang terbaik. Sebuah kondisi yang dirindukan suporter United saat ini jika melihat kondisi ruang ganti sekarang.