Tidak habis-habisnya laga Barcelona melawan Manchester United terus dibicarakan oleh banyak orang. Semuanya rata-rata memberikan sorotan kepada satu hal yaitu keropos serta buruknya cara bertahan Manchester United. Yang terbaru, mantan pelatih Manchester United yaitu Jose Mourinho ikut-ikutan memberikan pandangannya terkait laga tersebut.
Hal ini diungkapkan langsung oleh Mourinho kepada Russia Today. The Special One menyebut para pemain belakang United melakukan banyak sekali kesalahan. Padahal menurut pandangannya, United sudah memulai pertandingan dengan perspektif yang berbeda dibandingkan pertandingan pertama di stadion Old Trafford.
“Mereka (pemain United) banyak sekali melakukan kesalahan. Semua golnya lahir dari pertahanan buruk tim terutama pada posisi yang bertumpu dengan kaki bagian dalam. Anda bisa melihat itu dari proses gol Messi dan Coutinho,” tuturnya.
“Pendekatan United sebenarnya berbeda. Pada pertandingan pertama, mereka mencoba menguasai lini tengah karena posisi Messi sudah dimengerti, tetapi tidak mudah memang untuk mengendalikannya. Karena terkadang dia datang dari kanan, lalu tetap berada di tengah, dan kemudian Ivan Rakitic bertahan di sisi kanan yang memungkinkan Messi untuk tetap di tengah di antara lini belakang dan lini tengah United.”
Mourinho juga menilai kalau penampilan United pada leg pertama sudah sangat bagus dari sisi defensif. Hal ini disebabkan United menggunakan pertahanan zona marking yang membuat Messi tidak terlalu memberikan ancaman layaknya pada leg kedua di Camp Nou. Akan tetapi, pertahanan United yang sudah bagus pada leg pertama tidak diimbangi dengan lini depan yang bagus sehingga mereka tidak bisa mencetak gol.
Hal ini yang membuat United mau tidak mau bermain terbuka pada leg kedua karena ingin mengejar defisit ketertinggalan satu gol. Usaha mereka sempat membuahkan hasil ketika Marcus Rashford membuat peluang pada detik ke-30. Namun setelah itu, permainan United mulai kacau yang dimulai dengan kesalahan para pemain belakang hingga menghasilkan dua gol hanya dalam kurun waktu dua menit saja.
“Pada pertandingan pertama, mereka menguasai lini tengah dengan sangat baik secara zona. Jadi ketika dia (Messi) masuk ke dalam, dua sudah menemukan Fred dan Scott McTominay. Dalam pertandingan ini (leg pertama), Manchester United kalah 1-0. Oleh karena itu, mereka mencoba untuk memulai pertandingan (leg kedua) dengan perspektif yang berbeda,” tuturnya menambahkan.
Pada pertandingan tersebut, Ole memang mencoba untuk bermain terbuka meladeni Barca. Ia memasang pola 4-2-3-1 yang kemudian berubah menjadi 4-4-2 sesuai seperti yang ia tulis dalam selembar kertas yang kemudian ia berikan kepada Rashford. Dalam tulisan tersebut, Ole meminta Rashford dan Martial berada sejajar, sementara Lingard dan Pogba bergeser ke sisi sayap.
Akan tetapi, pola tersebut tidak berjalan dengan baik karena United tidak bisa membuat peluang berbahaya dalam kondisi tersebut. Lini tengah mereka kemudian berubah menjadi bentuk diamond sehingga Lingard berada di belakang dua striker, lalu McTominay bergerak melebar ke kanan hingga meninggalkan Fred seorang sebagai gelandang bertahan. Hal ini yang membuat Messi begitu leluasa ketika memegang bola.
“Kemudian Pogba melebar ke kiri dan McTominay lebih banyak bergerak ke kanan dan Lingard bermain sebagai nomor 10. Dan di depan garis pertahanan hanya ada Fred. Pada area itu, merupakan area di mana Messi datang dan menguasai bola.”
Mourinho sendiri punya teknik dalam mematikan Messi yang ia sebut metode sangkar. Caranya adalah dengan membiarkan Messi memegang bola tetapi tidak melakukan penjagaan man to man marking. Usahakan untuk mempersempit ruang geraknya seperti sebuah burung yang tidak bisa leluasa ketika berada di sangkar dan jangan sekali-sekali melakukan penjagaan man to man karena itu sama saja mencari masalah.
“Ketika Messi menguasai bola, satu per satu diantara pemain belakang akan mati. Itulah sebabnya aku tidak pernah menugaskan beberapa individu tertentu untuk melawan Messi. Jangan biarkan Messi leluasa seperti berada di kandang. Anda harus membuat sangkar.”
Cara seperti ini yang membuat Mourinho sukses merebut treble winner bersama Inter Milan pada musi 2009/10. Dalam babak semifinal, mereka menyingkirkan Barcelona dengan agregat 3-2. Kunci keberhasilan mereka ada pada leg kedua ketika bermain selama 60 menit dengan 10 pemain setelah Thiago Motta dikartu merah. Ketika itu, Mourinho memerintahkan anak asuhnya untuk bermain pragmatis dengan mempersempit ruang gerak semua pemainnya termasuk Messi.
Sembilan tahun lalu, Barcelona saat itu menyandang sebagai kesebelasan terbaik di muka bumi. Mereka masih dipimpin oleh Pep Guardiola. Selain itu, susunan pemain mereka jauh lebih mewah dibandingkan sekarang. Saat itu, mereka masih diperkuat Dani Alves, Xavi, Iniesta, Pedro, Thierry Henry, Zlatan Ibrahimovic, dan Lionel Messi.