Foto: Manunited.uk

Ketika Sir Alex Ferguson masih menangani Manchester United, salah satu tugas yang rutin ia lakukan setiap ada kesempatan adalah menyaksikan para pemain akademi bertanding. Hal ini ia lakukan untuk memantau pemain United dan pemain lawan yang ia anggap punya potensi untuk bermain di bawah arahannya.

Phil Jones pun ditemukan oleh Fergie dalam proses scouting yang ia lakukan sendiri. Ketika itu, tim muda United kalah dari Blackburn dengan Jones bermain di dalamnya. Terkesima dengan Jones, ia langsung menghubungi Sam Allardyce (pelatih Blackburn saat itu). “Seminggu kemudian, saya dan Sam membicarakan soal anak itu. Dia bilang, kalau Jones adalah pemain muda terbaik yang pernah ia punya. Sejak saat itu kami berusaha untuk mendapatkannya.”

Hari demi hari, pembicaraan semakin intens. Puncaknya adalah dengan direkrutnya Jones sebagai bagian dari revolusi United pada musim panas 2011. Kontrak 5 tahun diberikan setelah ia berjuang bersama timnas Inggris U-21. United beruntung bisa mendapatkan Jones karena mereka mengalahkan Arsenal, Man City, Liverpool, dan Chelsea yang sama-sama menginginkan jasanya.

“Ini kepindahan yang hanya terjadi sekali seumur hidup. Tawaran dari United adalah salah satu yang tidak bisa saya tolak. Saya siap menantikan tantangan baru,” katanya.

**

Seorang bek tengah tidak bisa dinilai dari jumlah gol yang ia buat. Namun kalau gol tersebut adalah gol bunuh diri, maka hal itu bisa dijadikan parameter penilaian bagus atak tidaknya seorang pemain belakang. Sebagus-bagusnya Richard Dunne, ia akan tercatat sebagai bek dengan catatan gol bunuh diri terbanyak di Premier League. Sebagus-bagusnya Jammie Carragher bermain melawan United, ia tetap akan diolok karena pada tahun 1999, dua dari tiga gol kemenangan United dicetak olehnya.

Hal itu juga yang menimpa Phil Jones. Orang-orang lebih mudah mengingat gol bunuh dirinya ke gawang Newcastle, Benfica, Spurs, dan Valencia, alih-alih mengenang terjangannya kepada Jordan Henderson yang mengawali kartu merah Steven Gerrard. Jones bukannya tidak pernah bermain bagus. Namun mengingat ada peribahasa yang berbunyi “Panas Setahun Dihapus Hujan Sehari”, maka laga-laga terbaik Jones akan hilang dengan penampilan buruknya.

“Jones itu pemain luar biasa. Pemain fantastis. Dia tidak sering bermain sebagai bek tengah pada musim ini, dan itulah penyebab penurunan penampilannya. Bagi saya, dia tampil sangat baik,” kata Ferguson yang membela Phil Jones karena tidak sanggup membendung Sergio Aguero pada 2013.

Semakin meningkatnya tahun, penampilan Jones lebih dihiasi dengan permainan yang tidak konsisten ketimbang menjelma menjadi pemain hebat harapan Ferguson. Lututnya sering kumat, bermain satu bulan hanya untuk cedera dan istirahat selama enam bulan. Direkrutnya Eric Bailly dan Victor Lindelof membuat namanya semakin terpinggirkan.

Pada Desember 2018 lalu, Republik of Mancunia membuat daftar berjudul top 5 Phil Jones moments. Akan tetapi, dari lima daftar tersebut, hanya satu saja yang tergolong positif yaitu tekelnya kepada Jordan Henderson. Sisanya adalah sindiran alih-alih pujian seperti menyundul bola yang berada di bawah, eksekusi penalti yang konyol dalam adu penalti melawan Sunderland, gol bunuh diri ke gawang Valencia, dan yang terakhir adalah perbandingannya dengan para legenda klub yang penuh perdebatan.

**

Ketika datang pertama kali, Jones dianggap sebagai titisan Duncan Edwards dan Franco Baresi. Dua legenda besar dari klub yang memiliki warna kebesaran sama yaitu merah. Namun alih-alih mendekati kedua pemain tersebut, Jones bahkan belum sanggup menyetarakan dirinya dengan Jonny Evans bahkan Wes Brown sekalipun.

Namanya bahkan kerap masuk dalam pemain United yang pantas untuk dijual. Para penggemar United tidak menginginkan bek yang mudah cedera dan inkonsisten. Mereka tidak peduli meski Jones adalah pemain home grown dan punya atribut yang cukup penting bagi sebuah kesebelasan yaitu kemampuannya membangun serangan dari lini belakang alias ball playing defender. Secepat mungkin, Jones harus segera ditendang dari kota Manchester.

Beberapa kali nama Jones sebenarnya nyaris masuk daftar jual. Saat Mourinho membeli Eric Bailly, ia disebut-sebut akan hengkang ke Arsenal. Bahkan sebelum Mourinho masuk, United diberitakan siap melegonya ke Stoke City. Bahkan Hull City juga dikabarkan berminat. Berkaca dari klub-klub yang mengincarnya, bisa ditarik kesimpulan kalau Jones adalah pemain belakang kualitas medioker.

Namun hingga Ole Gunnar Solskjaer memimpin tim, nama Jones tetap nangkring sebagai pemain United dengan nomor punggung 4. Disaat Marouane Fellaini sudah hengkang, Jones masih nyaman untuk dipercaya sebagai pemain utama. Padahal United bisa saja menyingkirkannya dengan menggelontorkan uang untuk Harry Maguire yang permainannya lebih oke dan mulai menggusur posisi Jones sebagai bek tim nasional.

Jones mungkin sadar kalau penampilannya tidak begitu disukai oleh para penggemar United. Meski begitu, dia tidak merengek untuk pindah ke klub lain. Ia masih mempertahankan prinsipnya kalau membela Manchester United adalah kesempatan yang tidak boleh disia-siakan karena hanya akan terjadi sekali seumur hidup. Toh kalaupun dia pindah ke Stoke atau Hull City dan bermain bagus, belum tentu United mau merekrutnya kembali.

Jones memilih untuk bekerja keras dan terus mempertahankan tempatnya sebagai pilihan utama. Tidak masalah kalau dia kembali cedera dan absen panjang. Baginya cedera adalah sandungan yang harus diselesaikan dengan berlatih lebih keras lagi. Setelah sembuh, namanya pasti akan kembali menjadi pilihan seperti yang dilakukan Mourinho pada musim pertamanya menangani klub maupun ketika United sudah ditangani oleh Ole.

“Phil itu orangnya baik. Dia tahu ada beberapa pemain yang menonjol dibandingkan dirinya, tapi ia mampu memanfaatkan kesempatan. Phil selalu bekerja keras dan sangat pantas bermain untuk klub mana pun,” kata pelatihnya semasa masih memperkuat tim muda Blackburn, Gary Bowyer.

**

Sepanjang sejarahnya, United kerap punya pemain yang dianggap biasa saja namun selalu tampil luar biasa ketika dipercaya. Phil Neville, John O’Shea, dan Darren Fletcher adalah beberapa contoh pemain tersebut. Dan jika Jones tidak bisa disetarakan dengan Nemanja Vidic atau Gary Pallister, setidaknya dia bisa mendekati level permainannya dengan ketiga pemain tersebut.

Namun itu semua baru bisa diraih dengan kepercayaan yang tinggi dari klubnya. Dan hal itu sudah didapatkan Jones dari Ole Gunnar Solskjaer. Pemain kelahiran Chorley ini adalah satu dari dua pemain yang selalu dimainkan Ole dalam 10 pertandingan pertamanya. Puncak dari masih percayanya klub kepada Jones adalah dengan kontrak baru yang mengikatnya hingga musim panas 2023.

“Kontrak baru itu tanda jika kami percaya pada kemampuan dan kontribusi seorang pemain. Phil sudah berada cukup lama di klub ini dan ia pernah memenangi Premier League beberapa kali dan trofi bergengsi lainnya. Ia paham apa yang dibutuhkan untuk bermain di sini. Ia paham apa yang perlu dilakukan untk mengangkat tim ini naik di klasemen,” kata Ole.

Sebagai penonton, kita begitu mudah menilai kalau Jones pemain yang tidak cukup bagus untuk bermain di United. Namun Ole seperti membuktikan kalau pandangan para pendukung berbeda dengan pandangan seorang pelatih. Ole mungkin lebih tahu kelayakan seorang Jones sebagai pemain United karena ia selalu bertemu dengannya tanpa terpisah ratusan meter atau bahkan terhalang kotak kaca yang akrab disebut televisi.

Banyak yang menyebut kalau diperpanjangnya kontrak Jones hanyalah upaya United agar bisa menjualnya pada musim depan demi mendapatkan sejumlah uang. Jika hal itu terjadi, United sama saja tidak menghargai pencapaian yang sudah ia lakukan untuk klub ini selama delapan tahun kariernya.

Lantas, jika Ole dan United saja percaya kepada Phil Jones, mengapa para suporternya tidak percaya kalau lini belakang Setan Merah akan aman berada di tangannya?