Pada perdelapan final Liga Champions kemarin, Angel Di Maria mengacak-ngacak pertahanan United untuk mengalahkan mantan timnya. Sementara itu, kubu United dipusingkan dengan belum sehatnya Marcos Rojo. Rekan setim Rojo, Sergio Romero, sudah tidak sabar untuk cepat-cepat ke tanggal 18. Karena pada tanggal tersebut, dirinya akan bermain sebelum nantinya akan kembali absen untuk waktu yang lama.
Tiga kejadian di atas adalah bukti kalau United cukup kesulitan apabila menghadapi serta mengelola pemain yang berasal dari negara pemenang Piala Dunia 1986 tersebut. Padahal, Argentina merupakan salah satu negara yang dipenuhi bakat-bakat hebat di dunia sepakbola. Namun entah kenapa tidak ada satu pun pemain Argentina yang sukses bersama Setan Merah.
Sebenarnya, United pernah memiliki pemain Argentina hebat dalam diri Carlos Tevez. United pernah menjalani masa-masa indah bersama Apache. Satu gelar Liga Champions dan dua gelar Premier League yang diraih United tidak lepas dari andil Tevez. Akan tetapi, keputusannya pindah ke Manchester City sudah membuat fans United kecewa.
Fans United tambah kesal sekaligus berang ketika Tevez mengangkat sebuah papan yang bertuliskan “RIP Fergie” saat membawa City menjuarai liga. Andai saja Tevez bukan pion dari seorang Kia Joorabchian (agen yang menaungi Tevez), maka bukan tidak mungkin ia akan berada di Manchester dalam waktu yang lama.
Pemain Argentina lainnya yang gagal bersama United adalah Gabriel Heinze. Sebenarnya, Heinze tidak terlalu buruk karena ia sempat menjadi pemain utama dalam beberapa musim. Bahkan ia terpilih sebagai pemain terbaik klub pada musim 2004/05.
Namun masuknya Patrice Evra membuat perannya semakin hari semakin tergusur. Tidak hanya itu, Alex Ferguson juga kerap berseteru dengan Heinze karena keinginan si pemain untuk pindah ke Liverpool. Sebuah keputusan yang enggan dituruti oleh Fergie. Meski sampai melibatkan pengacara dan otoritas Premier League, Heinze akhirnya dijual ke Real Madrid pada 2007.
“Saya tidak pernah memiliki mimpi buruk sepanjang karier saya di sepakbola. Namun episode dengan Alex Ferguson adalah salah satu dari mimpi buruk tersebut. Saya berkemauan keras dan tidak matang dalam berpikir. Hal ini membuat saya terlibat dalam masalah yang terjadi saat saya meninggalkan United,” tutur Heinze.
Sebelum Tevez, Di Maria, dan Heinze, United terlebih dahulu memiliki Juan Sebastian Veron. Gelandang botak ini adalah salah satu mega transfer United saat itu bersama Ruud Van Nistelrooy. Beberapa kali Veron menampilkan permainan yang spesial. Dia adalah inspirator dari kesuksesan United comeback dari ketertinggalan 0-3 dari Tottenham. Namun kariernya hanya berlangsung dua musim saja.
Dilansir dari buku autobiografi Sir Alex Ferguson, sang gaffer kesulitan untuk menempatkan Veron di posisi yang tepat. Hal ini yang membuat performanya tidak bisa keluar dengan maksimal. Meski begitu, Fergie beberapa kali melindungi Veron dari kritikan para wartawan dengan menyebut para kuli tinta tersebut sebagai idiot.
Menurut Sir Alex Ferguson dalam buku autobiografinya, para pemain Argentina yang bermain di Inggris tidak pernah mau belajar bahasa Inggris. Hal ini yang kerap menjadi alasan mengapa pemain Argentina begitu sedikit yang sukses di Premier League.
“Para pemain Argentina itu begitu patriotic. Mereka selalu membawa bendera negaranya di sekeliling mereka. Tetapi masalah utamanya adalah mereka tidak berusaha keras untuk berbicara bahasa Inggris,” ujar Ferguson.
Kendala bahasa ini sebenarnya bisa dibantah jika melihat kasus Sergio Aguero. Penyerang Manchester City ini sukses menjadi salah satu pemain terbaik di Premier League meski bahasa Inggrisnya tergolong pas-pasan. Bersinarnya Aguero menjadi bukti kalau selagi si pemain bisa menampilkan performa di level tertinggi, maka masalah komunikasi bisa diatasi.
Sementara menurut Louis Van Gaal, dia tidak terlalu menyukai pemain Argentina (dalam hal ini Angel Di Maria), karena kebiasaan mereka yang gemar melakukan dribel. Sesuatu yang tidak ingin dilihat Van Gaal yang menitik beratkan penguasaan bola dan operan-operan cepat. Hal ini terlihat dari dijualnya Nani dan Rafael, dua pemain yang memiliki kelebihan dari segi dribel.
Apa yang terjadi dengan United sangat berbeda dibanding tim-tim lain. Nicolas Otamendi, Javier Mascherano, Pablo Zabaleta, Manuel Lanzini, Jonas Gutierrez, dan Erik Lamela adalah nama-nama yang bisa berkarier di Inggris dalam jangka waktu yang cukup lama.
Saat ini, United juga kesulitan menggunakan pemain asal Argentina. Marcos Rojo menghabiskan tiga dari empat musim panas yang ia jalani dengan istirahat di ruang rehabilitasi. Sergio Romero mungkin menjadi pemain Argentina yang cukup sukses bersama United sejauh ini. Namun tidak menutup kemungkinan kalau dia akan pindah untuk mencari menit bermain yang banyak. Lantas, apakah United masih bersikukuh mau merekrut Paulo Dybala?