Foto: Manchester Evening News.

Dua musim pertama kepemimpinan Jose Mourinho, Manchester United selalu menjadikan bek tengah baru sebagai rekrutan pertama mereka di bursa transfer. Eric Bailly digaet dari Villarreal pada musim panas 2016. Semusim kemudian, giliran Victor Lindelof yang direkrut dari Benfica. Sama-sama bek tengah, sama-sama rekrutan pertama tiap musimnya, dan sama-sama dipuji sebagai pemain potensial.

“Eric adalah bek muda yang progresnya cukup baik dan memenuhi potensi sebagai pemain belakang terbaik dunia,” kata Mourinho. Sementara untuk Lindelof, Mourinho berkata tidak jauh berbeda. Ia hanya menambahkan kalau Lindelof punya masa depan yang cukup panjang bersama Setan Merah.

Meski mendapat pujian, namun kedua pemain ini justru jarang bermain bersama. Hanya satu kali saja mereka bermain full bersamaan selama 90 menit yaitu ketika mengalahkan CSKA Moscow di Rusia dalam laga Liga Champions. Sisanya, salah satu dari mereka hanyalah menjadi pemain pengganti untuk sebatas mengulur waktu.

Hal tidak jauh berbeda juga terjadi pada musim ini. Saat masih dipegang Jose Mourinho, mereka bermain bersama sebanyak tiga pertandingan saja yaitu pada dua pekan perdana melawan Leicester dan Brighton, serta laga melawan Liverpool yang menjadi pertandingan terakhir sang “juru parkir” dari Setubal tersebut.

Fenomena ini terbilang cukup ironis. Keduanya jarang sekali main bareng di atas lapangan sejak menit pertama. Mourinho lebih senang memasang Chris Smalling yang tingginya memang jauh di atas rata-rata dibanding keduanya. Satu tempat justru menjadi rebutan kedua pemain potensial ini yang seharusnya digadang-gadang sebagai bek tengah utama klub untuk jangka waktu yang panjang.

Angin perubahan itu seharusnya datang saat Jose Mourinho dipecat karena serangkaian hasil buruk. Masuknya Ole Gunnar Solskjaer diharapkan bisa mengubah wajah United terutama dalam pemilihan pemain yang pantas dimainkan sebagai starter.

Chris Smalling, yang sebenarnya tidak begitu disukai penggemar layar kaca United, akhirnya tidak pernah dimainkan lagi terlepas dari alasan cedera. Namun yang menarik, Ole justru memilih Phil Jones sebagai tandem Victor Lindelof yang musim ini sudah menemui konsistensi dalam bermain. Kebetulan, Phil Jones dan Chris Smalling memiliki kesamaan yaitu sama-sama layak dijual jika merunut harapan fans layar kaca.

Akan tetapi, hasil laga melawan Leicester nampaknya mengubah pandangan Ole soal siapa duet terbaiknya yang pantas berdiri di depan David De Gea. Pada pertandingan yang dimenangkan United 1-0 tersebut, Lindelof dan Bailly bermain cukup gemilang hingga mendatangkan pujian dari mulut manajernya. “Eric (Bailly) dan Victol (Lindelof) bermain luar biasa hari ini. Mereka bertahan dengan sangat baik.”

Dalam tulisannya untuk Forbes, Sam Pilger mengungkapkan kalau preferensi bek tengah di timnya adalah Eric Bailly dan bukan Phil Jones. Sayangnya, saat Ole memainkan Bailly, pemain Pantai Gading ini justru mendapat kartu merah karena tekel konyolnya.

Tetapi saat Bailly sudah kembali dari hukuman skorsing yang menimpanya, Ole nampak mulai mempercayakan satu tempat inti kepadanya. Dimulai dari laga melawan Arsenal yang kemudian berlanjut pada pertandingan menghadapi Leicester akhir pekan lalu.

Dari 10 pertandingan yang sudah dimainkan Ole, duet Bailly-Lindelof baru bermain tiga kali saja yaitu menghadapi Bournemouth, Arsenal, dan Leicester. Kombinasi ketiganya memang baru mencatatkan satu clean sheet. Akan tetapi, penampilan kedua pemain ini jauh lebih menjanjikan dibanding Lindelof-Jones maupun Lindelof-Smalling.

Lindelof menawarkan bagaimana seorang bek harus punya konsentrasi yang bagus sepanjang 90 menit. Meski timnya mendapat gempuran, namun dirinya sebisa mungkin harus tenang dan berada dalam posisi yang tepat untuk menghalau ancaman yang datang kepada De Gea.

Sebaliknya, Bailly menampilkan dirinya sebagai sosok bek tengah yang tangguh, punya kecepatan, dan kuat dalam hal fisik. Kemarin, kepalanya baru saja menjadi korban dari tendangan jarak jauh pemain Leicester. Bailly juga jauh lebih tenang ketika sedang menguasai bola meski tidak diimbangi dengan akurasi umpan yang memadai. Entah ada hubungannya atau tidak, namun sejak film dokumenternya dirilis oleh MUTV, penampilannya meningkat secara perlahan.

“Saya berharap bisa bermain dengannya (Lindelof). Mudah-mudahan dia bisa membantu kami karena dia pemain yang bagus. Dia punya kualitas dan pasti akan berhasil jika datang kepada kami. Saya pikir kita akan cocok,” kata Eric Bailly saat menyambut rekan barunya tersebut.

Ole tidak terkejut saat Bailly dirumorkan hijrah ke Arsenal. Hal ini bukan dikarenakan ia memang ingin Bailly dijual, melainkan karena Ole tahu seberapa bagusnya pemain yang pernah bermain bareng Arthur Irawan tersebut hingga dikaitkan dengan salah satu klub hebat di Premier League.

Sebenarnya, duet Bailly dan Lindelof diharapkan sudah bisa dipermanenkan pada musim kedua Jose Mourinho. Akan tetapi, sepanjang musim tersebut dihabiskan Bailly dengan meringkuk di ruang perawatan. Sedangkan pada musim ini, Bailly terkendala dengan krisis kepercayaan diri yang sempat ia alami saat tim kalah dari Brighton. Ketika itu, United kalah karena koordinasi antara Bailly dengan Lindelof tidak terjalin dengan rapi di lini belakang.

Memang masih ada kekurangan dari kedua pemain ini terutama soal pengambilan keputusan yang kadang masih terkesan sembrono. Namun melihat dua pertandingan terakhir saat keduanya dipasangkan, Ole wajib untuk memberikan kesempatan lebih banyak lagi kepada dua pasangan yang muda serta berbahaya ini.