Pada Desember 2018, posisi Manchester United berada di urutan keenam dan tertinggal 11 poin dari posisi empat besar. Tapi, semenjak dipegang oleh Ole Gunnar Solskjaer, ketertinggalan tersebut dipangkas hanya dalam waktu kurang dari dua bulan. Pekan ini, Setan Merah masuk ke dalam empat besar untuk pertama kalinya sejak awal musim.
Pencapaian tersebut meningkatkan kepercayaan diri United. Bahkan Pep Guardiola merasa kalau mereka masih bisa diperhitungkan menjadi juara liga. Entah klise atau tidak, namun ucapan tersebut menandakan kalau United sudah ditakuti kembali berkat torehan 10 kemenangan dan satu hasil imbang dari 11 pertandingan di bawah kepemimpinan Ole.
United sedang dalam posisi ngebut untuk memenuhi segala ambisi mereka. Sasaran terbaru mereka sekarang adalah Paris Saint Germain dalam babak 16 besar Liga Champions tengah pekan ini. Mengingat United akan menjadi tuan rumah terlebih dahulu, maka kemenangan menjadi harga mati. Tidak hanya menang, sebisa mungkin United harus menjaga diri mencetak gol setidaknya lebih dari satu dan tidak kebobolan.
“Kami punya ambisi untuk bisa meraih Liga Champions di musim ini. Dari ambisi inilah kami melihat kualitas kami,” tutur Solskjaer seperti dilansir Guardian.
“Salah satu malam terbesar saya adalah malam Liga Champions. Tentu saja ketika Anda sampai di tahap ini, dengan lampu sorot yang menyala, maka ini menjadi pertandingan yang paling Anda nantikan. Anthem Liga Champions adalah lagu yang istimewa dan keistimewaan itu terjadi jika dilakukan di Old Trafford,” tuturnya.
Wajar jika Ole percaya diri. 10 kemenangan dan satu hasil imbang adalah buktinya. Dua ujian yang (katanya) berat menghadapi Spurs dan Arsenal dilewati dengan kemenangan. Namun Ole harus ingat kalau ujian kali ini terasa jauh lebih berat karena ada PSG, tim yang memenangi enam dari tujuh musim terakhir Liga Prancis.
Tamu Kritis
Banyak yang merasa kalau United akan menang dalam pertandingan nanti. Penyebabnya adalah lawan yang kehilangan banyak sekali pemain inti sehingga menurunkan setengah dari kekuatan Le Parisiens. Tercatat ada Neymar, Thomas Munier, Lassana Diarra, dan Marco Verratti, yang terancam absen karena cedera. Daftar itu kemudian bertambah saat Edinson Cavani juga divonis absen karena hal serupa.
“Rencana B itu banyak. Namun tanpa Neymar, Verratti, dan Cavani, kami harus memakai rencana D. Sulit jika Anda kehilangan beberapa pemain karena tantangannya akan semakin besar. Tapi kami tetap siap pada pertandingan di hari Selasa,” kata Tuchel.
Rencana D tersebut sebenarnya sudah terlihat dari pertandingan terakhir melawan Bordeaux. Tuchel memainkan skema yang cukup menarik untuk dilihat ketika nanti menghadapi United. Ia memainkan Marquinhos dan Dani Alves sebagai dua poros ganda di lini tengah. Sebenarnya, kehilangan pemain tengah masih bisa diatasi dengan memainkan Adrien Rabiot. Sayangnya pemain Prancis ini bermasalah dengan Tuchel hingga namanya tidak ada di skuad dalam enam pertandingan Ligue 1 terakhir.
Mengingat posisi Alves dan Marquinhos adalah pemain bertahan, maka keduanya bisa menjadi sasaran empuk trio Matic, Herrera dan Pogba untuk mengirimkan aliran bola matang kepada trio striker yang ada di depan.
Kehilangan banyak pemain depan berdampak signifikan pada ketajaman PSG. Dua laga terakhir, produktivitas mereka melemah. Pertandingan terakhir melawan Bordeaux pun, PSG hanya membuat tiga tembakan ke gawang dan memenangi laga melalui penalti Cavani. Bahkan pada pertandingan Piala Prancis melawan klub divisi tiga FC Villefranche, mereka baru mencetak gol pada babak perpanjangan waktu.
Meski begitu, Tuchel tetap percaya diri bisa mengalahkan United. “Tidak bisa dibantah kalau semua orang memikirkan Manchester, dan itu normal. Tentu ini bukan periode terbaik kami tapi ini bukan waktunya untuk hilang kepercayaan diri. Kami tidak boleh ragu dan harus menemukan solusi,” ujarnya.
Beruntung Tuchel hanya kehilangan Cavani dan Neymar. Seandainya Kylian Mbappe juga absen, maka PSG hanya bisa menurunkan Eric Maxim Choupo Moting atau Mossa Diaby yang kualitasnya jauh dibawah trio maut mereka. Mbappe masih mendapat dukungan ekstra dari Angel Di Maria dan Julian Draxler yang musim ini membuat delapan dan lima asis di Ligue 1.
Duel Wonderkid dan Duel Kiper Hebat
Pertandingan nanti akan mempertemukan dua pemain muda terbaik yaitu Rashford dan Mbappe. Mbappe adalah pemenang Golden Boy Award 2017 mengalahkan Rashford yang gagal masuk tiga besar. Saat ini, Mbappe memiliki prestasi yang jauh lebih baik dibanding Rashford. Menarik untuk melihat siapa yang akan lebih baik dari keduanya. Hal ini juga tergantung dari bagusnya suplai dari lini kedua yang diemban Di Maria-Draxler dan Paul Pogba-Anthony Martial.
Selain Rashford dan Mbappe, pertandingan nanti akan mempertemukan David De Gea melawan Gianluigi Buffon. Keduanya adalah kiper terbaik di dunia saat ini. Meski Gigi kerap dirotasi dengan Alphonse Areola, namun dalam tiga laga Champions League terakhir, Buffon adalah pilihan utama Tuchel.
Kedua penjaga gawang ini sama-sama punya bekal bagus. Meski baru bermain 16 kali pada musim ini, namun Buffon sudah delapan kali menjaga gawangnya tetap bersih dari kebobolan. Sementara De Gea, baru saja mengumpulkan clean sheet keempatnya bersama Ole.
Perkiraan Formasi
MANCHESTER UNITED:
David De Gea, Ashley Young, Victor Lindelof, Eric Bailly, Luke Shaw, Nemanja Matic, Ander Herrera, Paul Pogba, Jesse Lingard, Anthony Martial, Marcus Rashford
PARIS SAINT GERMAIN:
Gianluigi Buffon, Thilo Kehrer, Thiago Silva, Presnel Kimpembe, Juan Bernat, Christopher Nkunku, Marquinhos, Daniel Alves, Julian Draxler, Angel Di Maria, Kylian Mbappe