Foto: Manchester Evening News

Mohamed Salah berlari, membuka jersey, dan merayakan golnya yang memastikan kemenangan. Perayaan Salah diikuti dengan Alisson yang keluar dari gawang untuk menghampiri penyerang Mesir tersebut. Di sisi lain, beberapa pemain dengan jersey warna cokelat hanya bisa tertunduk menerima fakta kalau kekalahan ini menjadi kekalahan kedua mereka pada pembuka tahun.

Itulah gambaran kali terakhir pertemuan Liverpool melawan Manchester United di Anfield hampir setahun yang lalu. Setan Merah ketika itu kalah dengan skor 2-0 dan membuat Liverpool semakin tidak terbendung di atas klasemen. Kurang dari setahun kemudian, mereka kembali bertemu lagi di tempat yang sama dengan situasi yang bisa dibilang sedikit berbeda.

Kekalahan di Anfield setahun yang lalu menjadi kekalahan terakhir Manchester United di laga tandang. Setelah itu, mereka tidak terkalahkan tiap kali bertamu ke rumah klub-klub Premier League lainnya. 15 pertandingan away setelahnya, United berhasil memenangkan 12 pertandingan dan hanya menderita tiga hasil imbang.

Posisi kedua tim juga berbalik. Jika musim lalu Liverpool yang berada di puncak, maka sekarang United lah yang sementara berstatus penguasa. Meski begitu, United hanya unggul tiga poin. Inilah yang membuat pertandingan klasik ini semakin menarik. Jika United setidaknya mencuri poin atau bahkan menang, mereka bisa unggul enam poin dan mempertahankan puncak. Sebaliknya, Liverpool akan kembali ke atas jika bisa mengalahkan United mengingat selisih gol mereka unggul dibanding United.

“Mereka tim yang bagus, punya pemain hebat, dan manajer serta tim pelatih yang bagus. Sekarang mereka kembali di puncak dan tidak bisa lagi disebut underdog. Tapi kami bermain di Anfield jadi kami harus bermain dominan. Selain itu, mereka terkadang mengubah sistem tiap kali bertemu kami dan itulah United saat ini. Mungkin ada 10  kali mereka bermain dengan empat bek, lalu bisa lima bek. Mungkin mereka akan mengubah sistemnya ketika melawan kami. Itu yang harus dipikirkan dan bukan siapa yang lebih favorit,” ujar Klopp.

Klopp paham betul betapa United seringkali bermain dengan sistem dan gaya yang berbeda tiap kali bertemu mereka. Mourinho pernah membuat tim ini bermain bertahan full selama 90 menit demi hasil imbang. Sedangkan musim lalu Ole selalu menggunakan lima pemain belakang dan bermain reaktif. Bukan tidak mungkin Ole akan mengubah pendekatannya mengingat kali ini mereka memiliki pemain yang sudah jauh lebih baik dibanding musim lalu.

Mengalahkan Liverpool merupakan misteri yang belum bisa dipecahkan oleh Ole Gunnar Solskjaer. Juara Liga Champions 2018/2019 ini adalah satu dari dua tim yang belum bisa ia kalahkan selama melatih United selain Arsenal di Premier League. Empat kali bertanding, dua seri hanya menjadi hasil terbaiknya. Selain kalah 2-0 musim lalu, kekalahan lainnya adalah 6-3 ketika Ole masih menjadi manajer Cardiff.

“Jujur saja saya lebih suka mendapat status sebagai pengejar ketimbang dikejar (di papan klasemen). Musim ini masih panjang dan status kami masih penantang karena Liverpool adalah juara bertahan. Jika kami menang, maka tandanya itu bukan berarti ada pergeseran kekuatan. Begitu juga sebaliknya ketika kami kalah. Pertandingan nanti adalah ujian sekaligus pengingat di mana level kami berada,” kata Ole.

Kondisi Liverpool yang kurang ideal bisa menjadi senjata bagi Ole untuk mencari kemenangan pertamanya. Setelah menang 7-0 atas Crystal Palace, mereka hanya meraih dua hasil imbang dan satu kalah dalam tiga pertandingan berikutnya. Bahkan hanya satu gol yang bisa mereka cetak pada tiga laga tersebut.

Selain itu, trio Firmino, Mane, dan Salah juga kerap tidak berkutik ketika bertemu United. Firmino misalnya, ia hanya punya satu gol dari 12 pertandingan melawan mereka. Itupun dibuat di Liga Europa. Mane juga hanya punya satu gol ke gawang United dari sembilan laga yang dicetak ketika masih berseragam Southampton. Sedangkan gol Salah musim lalu adalah yang pertama dalam lima pertemuan.

Namun dengan kondisi lini belakang United yang rentan kebobolan, bukan tidak mungkin ketiganya akan menjadi sosok berbahaya di depan gawang De Gea malam nanti. Clean sheet pada laga melawan Burnley adalah yang pertama di laga tandang sejak laga melawan Leicester pada 26 Juli 2020 lalu. Selain itu, angka kebobolan yang sudah 24 kali membuat United menjadi tim dengan lini belakang terburuk diantara tim peringkat pertama hingga peringkat ke-11. Bahkan Fulham yang berada di peringkat 18 memiliki jumlah kebobolan yang sama dengan United.