Laga Huddersfield kontra Manchester United sudah memasuki menit ke-23, saat Phil Jones meminta ditarik keluar karena mengalami cedera (lagi). Jose Mourinho kemudian memasukkan Victor Lindelof, bek tengah yang tersisa di bangku cadangan. Bek Swedia ini selalu tampil apik ketika diberi kesempatan bermain di Piala Liga dan Liga Champions.

Kesempatan yang ia dapat sekarang jelas tidak boleh disia-siakan. Apalagi ia akan tampil selama 67 menit, jauh lebih lama ketimbang debutnya ketika melawan Liverpool. Akan ada banyak kesempatan bagi dirinya untuk memperlihatkan aksinya di depan sang manajer. Sayangnya perkenalan Lindelof langsung rusak hanya dalam waktu 10 menit.

Lima menit pertama Aaron Mooy memberikan bola kepada Tom Ince sesaat ia mencuri bola dari Juan Mata. Lindelof yang menutup ruang gerak Tom Ince justru terpedaya dengan gerakan anak legenda United tersebut. Sepakan yang melewati sela-sela kakinya bisa ditahan oleh De Gea sebelum disambar Mooy menjadi gol.

Lima menit kedua justru lebih parah. Drop Ball Jonas Loesll langsung mengarah ke posisi berdiri Lindelof. Bukannya mengambil ancang-ancang untuk menanduk. Pria 23 tahun ini justru menunduk yang membuat bola dengan gampangnya dikonversi menjadi gol oleh Laurent Depoitre.

Sontak kejadian ini langsung menjadikan Lindelof sebagai biang keladi kekalahan United. Beberapa orang mulai meragukan kemampuannya. Beberapa mantan pemain United mempertanyakan kualitas permainannya. Yang lebih parah, label pembelian gagal bahkan langsung diberikan olehnya.

September lalu Graeme Souness, legenda Liverpool sekaligus pundit Sky Sports berkata bahwa hadirnya Lindelof tidak akan berpengaruh banyak bagi skuad United. Ia bahkan ragu jika Lindelof akan menjadi aset bagi United di kemudian hari.

Lindelof sendiri bukanlah pemain yang buruk. Ia dikenal sebagai ball playing defender atau pemain belakang yang mampu mengumpan dengan baik. Kelebihannya ini setara dengan apa yang dimiliki John Stones dan Nicolas Otamendi, dua pemain yang pernah menjadi incaran United.

Laga melawan Huddersfield memberikan pelajaran berharga bahwa tidak boleh ada kesalahan kecil ketika bermain untuk klub sekelas Manchester United. Selain itu, Lindelof juga bisa mencontoh dua legenda United, Nemanja Vidic dan Patrice Evra bagaimana tampil lebih baik setelah menjalani pertandingan yang berat.

Persis seperti Lindelof, baik Vidic maupun Evra sama-sama memulai karirnya di United dengan sebuah kesalahan. Vidic misalnya, kedatangannya saat itu mengejutkan banyak pihak mengingat posturnya sangat kurus untuk seorang bek tengah. Dalam kolomnya di Independent, Paul Scholes seringkali melihat Vidic begitu mudahnya kehilangan bola ketika ditekan.

Musim pertamanya pun tidak berjalan baik. Kultur liga serta cuaca yang berbeda membuat Vidic kesulitan beradaptasi. Ia hanya turun di 15 pertandingan saja dimana mayoritas penampilannya masih dalam taraf yang biasa-biasa saja.

Akan tetapi segalanya berubah di musim kedua. Ia sudah fasih beradaptasi dengan Rio Ferdinand sebagai bek tengah utama Iblis Merah. Ia menggusur Mikel Silvestre dan Wes Brown ke bangku cadangan. Tidak ada ketakutan lagi bagi dirinya untuk melancarkan tekel dan membiarkan tubuhnya luka-luka. Terbukti namanya kemudian melegenda sebagai batu karang terbaik yang pernah dimiliki United.

Hal yang sama juga menimpa Patrice Evra. Ia hadir lima hari setelah United mendatangkan Vidic. Berbeda dengan Vida, nama Evra sudah dikenal banyak kalangan mengingat prestasinya ketika membawa Monaco ke final Liga Champions 2004.

Debut Evra bahkan terbilang berat dibanding Lindelof. Ia menjadi penyebab kalahnya United 3-1 atas Manchester City yang saat itu hanya mengandalkan pemain tua macam Trevor Sinclair dan Robbie Fowler. Ia bahkan hanya bermain selama 45 menit sebelum digantikan pada babak kedua. Fergie bahkan ketika itu menyebut bahwa memainkan Evra ketika itu adalah sebuah kesalahan. Kejadian yang menimpa keduanya tersebut sempat menimbulkan keraguan bagi keduanya apakah mereka sukses bersama United.

“Bagi kami liga (Inggris) begitu cepat. Seperti mesin cuci. Para pemainnya sangat kuat dan minggu-minggu awal bagi kami sangatlah berat. Saya ingat Patrice (Evra) berkata ‘dapatkah kita berdua sukses disini? Mungkin baik bagi kami untuk kembali ke tempat kita memulai. Setelah itu, kami berlatih keras dan kemudian berhasil,” ujar Vidic.

Setelah kejadian tersebut, keduanya kemudian perlahan memperbaiki penampilannya. Dan lambat laun performa mereka meningkat setiap musim. Keduanya kemudian menjadi salah satu pilar penting keberhasilan United meraih dua gelar di musim 2007/2008.

Apa yang diucapkan Vidic bisa saja terbersit dalam benak Lindelof.  Namun perlu diingat bahwa laga melawan Huddersfield bukanlah akhir bagi karir Lindelof di United. Bukan tidak mungkin kesalahannya di laga tersebut justru menempa seorang Lindelof untuk menjadi pemain yang lebih baik lagi dan menjadi pemain hebat di masa yang akan datang.