Foto: Eurosport

Arena Fonte Nova, 14 Juni 2014. Sebuah gol cantik tercipta yang diiringi dengan perayaan gol sepasang dua insan yang nantinya akan bekerja sama di klub barunya. Sayangnya, hubungan keduanya justru tidak terjalin indah selepas menjalankan tugas negara.

Robin van Persie mungkin menjadi salah satu pemain yang begitu beruntung ketika bermain untuk Manchester United. Tidak perlu menunggu lama, ia langsung meraih gelar Premier League pertama pada musim pertamanya. Meski begitu, ia juga bisa dikatakan menjadi pemain yang mengalami nasib sial bersama Setan Merah.

Niat hati ingin dilatih lama oleh Sir Alex Ferguson, Van Persie kenyataannya hanya satu musim bekerja sama dengan manajer asal Skotlandia tersebut. Fergie pensiun setelah mengangkat piala ke-38 sepanjang sejarahnya bersama United.

Kariernya juga tidak secemerlang musim pertamanya ketika United berganti manajer dari Fergie ke David Moyes. Puncak kesialan Van Persie terjadi ketika Louis van Gaal masuk menggantikan Moyes yang diakhiri dengan perginya si pemain pada musim panas 2015.

Kepergian Van Persie saat itu terbilang mengejutkan mengingat dirinya merupakan pujaan publik Old Trafford. Ditambah dengan cara Van Gaal yang langsung terang-terangan menyuruhnya pergi yang membut penggemar United semakin marah. Dalam podcast High Performance, Van Persie menjelaskan kronologi ketika dia “diusir” oleh Van Gaal dengan kalimat yang cukup menyakitkan.

“Saya berbicara dengan Louis van Gaal dan dia bilang ke saya:’Oke, Robin, kita akan berpisah. Saya adalah pelatih dan kamu pemainnya. Waktumu sudah habis dan kamu harus pergi’,” ujarnya dalam Podcast tersebut.

“Saya bereaksi: ‘Ya, tapi bukannya saya masih punya kontrak?’ Dia jawab: ‘Saya tak peduli’. Menjelang akhir karier saya, saya merasa akan ada yang terjadi, tetapi tidak sekejam ini. Apalagi cara dia mengeluarkan kalimatnya. Saya kemudian berdiri, menyalaminya, dan pergi,” tandas Van Persie.

Situasi saat itu memang tidak memungkinkan lagi bagi Van Persie untuk bertahan. Saat latihan pra-musim di Carrington, dia tidak diizinkan bermain dalam pertandingan 11 vs 11. Oleh Van Gaal, Van Persie diasingkan dan disuruh latihan sendiri. Hal ini yang membuat Van Persie mengemas barang-barangnya untuk terbang ke Turki menuju Fenerbahce.

Mesra Bersama Belanda

Terlihat jelas bagaimana hubungan kedua orang Belanda ini tidak terjalin dengan baik ketika di Manchester. Menjadi sebuah ironi mengingat Van Persie dan Van Gaal bekerja sama dengan sangat baik untuk membawa Belanda meraih posisi tiga pada Piala Dunia 2014 setelah babak belur dua tahun sebelumnya Euro di Polandia dan Ukraina.

Satu momen manis dari kedua orang ini terlihat saat Van Persie mencetak gol cantik ketika Belanda menang telak 5-1 atas Spanyol. Dia langsung berlari ke arah Van Gaal yang sudah berdiri menunggunya dan melakukan tos. Momen yang memberikan gambaran kalau mereka akan terus mengalami momen seperti ini ketika berganti seragam menjadi merah khas United.

“Saya ingin merayakan gol tersebut dengan istri dan anak-anak. Tapi sebelum ke sana, saya mendekati Van Gaal terlebih dahulu. Saya ingin merayakan dengan semua orang termasuk dia.”

“Gol yang saat itu tidak sebatas mimpi yang menjadi nyata, tapi juga mengubah banyak hal setelah Piala Dunia nanti. Itu menjadi cara yang hebat untuk memperkenalkan diri sebagai bos baru Manchester United,” tuturnya.

Gol itu tampak seperti jawaban Van Persie kepada Van Gaal yang ragu untuk membawanya ke Brasil saat itu. Delapan pekan sebelumnya, Van Persie dilanda keraguan apakah namanya akan dibawa ke ajang empat tahunan tersebut mengingat penampilannya bersama United berantakan karena mengalami cedera.

“Saya tiba di Rio de Janeiro dengan khawatir. Saya sudah delapan pekan absen sampai akhir musim. Pelatih minta agar saya meningkatkan kebugaran mengingat selama tiga bulan saya tidak pernah bermain lagi selama 70 menit,” kata Van Persie.

Van Gaal tampak percaya betul kepada Van Persie kalau pemainnya tersebut bisa sembuh tepat waktu. Hal ini mungkin disebabkan karena status Van Persie saat itu yang merupakan kapten sehingga kehadirannya diharapkan bisa menambah motivasi pemain-pemain lain yang banyak dari mereka usianya masih sangat muda.

“Dia adalah kapten saya. Dia adalah top skor saya selama satu setengah tahun ini saat dia bermain di era kepelatihan saya. Dia akan jadi pencetak gol terbanyak sepanjang masa timnas Belanda. Dia bermain luar biasa meski dia baru kembali dari cedera buruknya. Dia adalah pemain fantastis dan pencetak gol yang luar biasa,” kata Van Gaal.

Kepercayaan yang dijawab dengan baik oleh Van Persie. Ia sembuh tepat waktu dan bermain sangat baik sepanjang turnamen. Ia mencetak dua gol dalam laga melawan Spanyol dan menutup turnamen dengan catatan empat gol. Sekali lagi, Belanda mempertahankan pencapaian mereka yang setidaknya masuk semifinal dua kali beruntun. Jika pada 2010 mereka menjadi runner-up, maka pada 2014 mereka menempati posisi tiga.