Pertandingan melawan Norwich City kemarin menjadi pertandingan yang spesial bagi Marcus Rashford. Pemain berusia 24 tahun ini mencatatkan penampilan ke-300 bersama Setan Merah di semua ajang. Ia menjadi pemain termuda ketiga yang bisa mencatatkan jumlah tersebut atau hanya kalah dari George Best (23 tahun 149 hari) dan Ryan Giggs (24 tahun 22 hari).
“Selalu ada perasaan yang istimewa ketika memakai baju ini. Terima kasih Manchester United,” kata Rashford pada akun Twitternya sebagai balasan dari ucapan selamat yang diberikan United.
Sayangnya, catatan 300 penampilan ini tidak diikuti dengan penampilan yang baik juga dari sang pemain. Bermain selama 15 menit melawan Norwich dengan maksud untuk meningkatkan daya serang klub, nyatanya tidak ada kontribusi berarti yang diberikan si nomor 10. Sebaliknya, ia kembali menunjukkan hal-hal yang tidak perlu seperti usaha melewati lawan yang gagal, serta crossing-crossing yang tidak jelas arahnya ke mana.
𝗢𝗻𝗲 𝗼𝗳 𝗼𝘂𝗿 𝗼𝘄𝗻 🔴
Saturday's outing brought up a landmark appearance for @MarcusRashford 👏#MUFC | #MUNNOR pic.twitter.com/KzGJ9dPSRW
— Manchester United (@ManUtd) April 17, 2022
Pada penampilan ke-300 nya ini, karier Rashford justru diliputi dengan segudang pertanyaan apakah dia memang masih layak untuk memakai jersey merah ini di tengah banyaknya keraguan yang di dapat. Untuk pemain yang sudah memasuki caps ke-300 inkonsistensi jelas haram hukumnya. Sayangnya, hal ini masih saja dialami olehnya.
“Saya mendapatkan fakta bahwa pada saat ini dia mulai kehilangan tempatnya. Penampilannya buruk dan kepercayaan dirinya jauh berkurang. Tidak ada yang tahu apa yang terjadi kepadanya, tapi dia terlihat tidak nyaman dan bahagia di atas lapangan,” kata Gary Neville.
“Ketika dia masuk dan bermain melawan Atletico, dia berbeda. Saya pikir dia hanya harus menyelesaikan musim ini sebaik mungkin lalu berkumpul lagi dengan tim dan memulainya dari awal.”
Rashford jelas bukan pemain yang buruk. Tidak ada pemain yang pada usia ke-24 bisa membuat 93 gol serta 57 assist di semua kompetisi alias hampir selalu ada kontribusi dalam setengah pertandingannya. Hanya, inkonsistensi Rashford memang bisa dibilang cukup parah.
Musim ini dia baru membuat lima gol dan dua assists di semua kompetisi dalam 29 penampilan. Ia bukannya tidak mendapatkan kepercayaan. Beberapa kali, Rashy diberi kesempatan baik oleh Solskjaer maupun Rangnick untuk bermain sejak menit awal.
Sayangnya, hal itu juga tidak dimanfaatkan dengan baik. Alih-alih menjadi pembeda agar bisa terus diandalkan, Rashford justru membuat strategi manajernya hanya sekadar menumpuk banyak pemain depan di kotak penalti tanpa ancaman berarti. Inilah yang membuat banyak pihak semakin ragu dengan kapasitas seorang Rashford.
Laga melawan Leicester beberapa waktu lalu bisa menjadi contoh. Saat itu, Rangnick memilih memainkan Bruno sebagai false nine ketimbang memainkan Rashford sejak menit awal. Rangnick pun dicibir banyak pihak, tapi ia sendiri memiliki alasan.
“Bukan rahasia lagi kalau dia tidak percaya diri dalam beberapa pekan terakhir. Di sesi latihan dia memang terlihat baik tapi ini soal Paul (Pogba) dan Marcus. Kami akhirnya memilih untuk memberi stabilitas di lini tengah,” kata Rangnick.
Sebuah jawaban yang cukup logis. Rangnick juga tidak punya alasan untuk memainkan pemain yang dalam beberapa laga sebelumnya juga sudah tidak memberi kontribusi apa-apa selain keterpaksaan.
Memasuki jumlah penampilan yang ke-300, Rashford justru lebih banyak diliputi permasalahan. Performa di atas lapangan tidak kunjung meningkat, ditambah dengan beberapa kali ia mendapat serangan verbal dari suporternya di media sosial. Masih belum lepas dari ingatan bagaimana Rashford sampai harus memberi klarifikasi soal tuduhan dia mengacungkan jari tengah ke suporternya sendiri.
Rashford sendiri diramalkan akan berubah warna musim depan. Ada peluang dia akan berganti seragam dari merah Manchester menjadi warna lain. Masih ada beberapa suporter yang yakin kalau dia masih bisa berkembang mengingat usianya belum memasuki angka 30.
Tapi banyak juga yang merasa yakin kalau karier Rashford sepertinya mulai mentok dan tidak akan mengalami banyak perubahan. Mereka yang masuk dalam kategori ini adalah mereka yang tidak mau lagi terbuai saat si pemain mencetak gol.
Apakah Rashford bisa kembali gacor musim depan? Hanya Rashford sendiri yang bisa memberi pembuktian kepada mereka yang mulai meragukannya.