Pergerakan Scott McTominay membuat James Madisson kehilangan penguasaan bola di lini tengah. Mendapat bantuan dari Nemanja Matic, ia mengirimkan bola kepada Aaron Wan-Bissaka yang kemudian diteruskan kepada Andreas Pereira. Pemain asal Brasil tersebut kemudian melepas umpan cut-back yang memaksa Caglar Soyuncu menjatuhkan Marcus Rashford di kotak penalti. Si nomor 10 kemudian berhasil mengeksekusi penalti tersebut dengan baik sekaligus memberikan tiga poin bagi Setan Merah.

Itu adalah sekelumit dari apiknya penampilan seorang Scott McTominay pekan lalu. Keberhasilan menjaga lini tengah timnya membuat pemain asal Skotlandia ini diganjar gelar Man of the Match oleh para penggemar. Ia menjadi salah satu individu yang tampil bagus di mata Ole Gunnar Solskjaer meski timnya tampil di bawah standar saat itu.

“Saya merasa McTominay tampil sangat baik. Dia memang kehilangan bola beberapa kali, tetapi itu bisa terjadi karena dia masih dalam taraf belajar. Dia terlibat dalam beberapa tekel dan dia adalah pemimpin. Saya melihat dia melakukan pekerjaan sempurna hari ini,” tutur Solskjaer.

Tidak hanya manajernya, orang-orang di luar United pun juga memuji kualitasnya. Alan Shearer termasuk diantaranya. Meski dia lebih memuji Harry Maguire, namun sebelumnya dia berucap kalau McTominay juga tampil sangat baik.

Bahkan pujian juga datang dari manajer Liverpool, Jurgen Klopp. Pria asal Jerman ini memasukan nama McTominay sebagai satu dari empat pemain super yang berada di Skotlandia bersama Andy Robertson, John McGinn, dan Robert Snodgrass.

Musim ini menjadi musim yang berbeda sekaligus spesial bagi pemain berusia 22 tahun tersebut. Jika sebelumnya, McTominay hanya menjadi pemain pelengkap yang turun di ajang-ajang piala atau laga yang tidak menentukan, kini ia dipandang sebagai anggota tim utama yang wajib turun di setiap pertandingan.

Sosoknya sebagai petarung yang kerap menunjukkan kengototan dalam merebut bola, membuatnya mengisi peran yang musim lalu dimainkan oleh Ander Herrera tersebut. Permainannya lambat laun kini semakin berkembang. Meski terkadang ada satu sampai dua kesalahan, namun seperti apa yang dituturkan Solskjaer kalau McTominay juga masih dalam taraf belajar sebagai pemain yang baru kali ini rutin menjadi starter.

Tanda-tanda McTominay akan menjadi pemain utama United musim ini mulai terlihat justru saat tim hancur lebur pada musim lalu. Di saat rekan setimnya tampil buruk dan inkonsisten, ia hadir sebagai pelepas dahaga para penggemar United yang ingin melihat adanya pemain yang tampil konsisten pada saat itu. Saat itu juga McTominay mendapatkan apa yang dia impikan yaitu mencetak gol.

“Dia adalah yang terbaik dari mereka yang terburuk pada akhir 2018/19 lalu. Ia memiliki pra-musim yang baik, berbicara dengan baik dalam sesi wawancara dan mendapatkan kepercayan dari manajernya ketika ia memulai laga lebih sering ketimbang Nemanja Matic. Bahwa dia tidak dijatuhkan oleh penggemarnya sendiri menunjukkan betapa pemain ini sudah semakin meningkat,” tutur Andy Mitten.

Warisan Mourinho, Dipoles Solskjaer

Ketika masih menangani Manchester United, Jose Mourinho kerap mengeluh soal warisan pemain yang ia rasa bukan pemain dengan kriteria yang ia inginkan. Ia pun berjanji saat itu untuk memberikan warisan baru dalam wujud beberapa pemain yang ia rekrut dan ia orbitkan. Salah satunya adalah Scott McTominay.

Nyali pemuda yang lahir dari keluarga kaya ini membuat Mourinho jatuh hati sehingga ia langsung memberikannya debut jelang musim 2016/17 berakhir. Intensitas pertandingan kemudian ditingkatkan lagi semusim berikutnya yang berujung dengan raihan gelar pemain terbaik versi Mourinho. Sebuah penghargaan yang dibuat mendadak pada saat itu.

“Dalam dua penghargaan pemain muda sebelumnya, tidak ada nama McTominay. Saya tidak bisa terima hal itu. Bocah ini harus pulang dengan membawa piala, jadi dia mendapatkannya,” tutur Mourinho saat itu.

Satu hal yang menjadi faktor utama meningkatnya penampilan McTominay adalah kepercayaan para manajernya terutama dalam pertandingan-pertandingan besar. Dari 52 laga yang sudah dijalani, ia sudah pernah bermain melawan Barcelona, PSG, Liverpool, Chelsea, Arsenal, dan Manchester City. Hal ini jelas berguna untuk mengasah mental bertanding sekaligus meningkatkan pengalamannya.

“Mourinho benar ketika ia menyebut kalau McTominay pemain penting. United butuh lebih banyak orang seperti dia yaitu kunci dari United yang sedang membangun identitas baru bersama Solskjaer. Dia adalah pemain sepakbola yang baik. Pemain yang bisa memberikan keseimbangan yang mantap,” tutur Mitten menambahkan.

McTominay memang bukan jenis pemain yang bisa memukau penontonnya macam Modric, Scholes, atau Andrea Pirlo. Bahkan soal tekel menekel saja, Ngolo Kante masih lebih bagus dari pemain ini. Namun kesederhanaan pemain ini yang menjadi kunci betapa orang-orang seperti Mourinho, Solskjaer, hingga Ferguson begitu menyukainya.

Ia hanya menjadi pemain yang menjalankan tugas dan fungsinya sesuai apa yang diinstruksikan pelatihnya dari pinggir lapangan. Mencari celah, memberikan bola kepada pemain yang berada di depannya. Jika penguasaan bola timnya hilang, maka ia akan menjadi orang pertama yang akan merebutnya lalu mengulangi tugasnya dari awal.

Kesederhanaan McTominay kini membuahkan hasil berupa satu tempat di tim utama. Tugasnya kini hanya satu yaitu mempertahankan tempatnya tersebut dengan tampil konsisten setiap kali mendapat kesempatan. Jika ia terus mempertahankan level permainan terbaiknya, maka dia bisa menjadi legenda baru Setan Merah meski sinarnya saat ini belum seterang Marcus Rashford atau Jesse Lingard. Ya, semoga saja nasib McTominay juga tidak sesial seniornya dulu yaitu Tom Cleverley.