Foto: Standard.co.uk

Penampilan Anthony Martial terlihat sangat menonjol dalam pertandingan melawan Everton Minggu kemarin. Ia membuat satu gol dengan cantik melalui sepakan jarak jauh ke gawang Jordan Pickford dan berkontribusi terhadap satu penalti yang diraih pada babak pertama. Penampilan apiknya tersebut membuat dirinya diganjar gelar Man of the Match oleh para pendukung United.

Satu golnya pada pekan ke-10 tersebut meneruskan kiprah positif mantan striker AS Monaco tersebut. Dalam tiga pertandingan terakhirnya, Martial membuat empat gol. Jumlah ini bahkan setara dengan torehan Romelu Lukaku yang mengumpulkan menit bermain lebih banyak ketimbang Martial. Ia-bersama Paul Pogba-merupakan top skor klub di seluruh kompetisi dengan lima gol. Total, Martial sudah membuat 41 gol dalam 147 pertandingan. Angka ini adalah yang terbanyak, bersama Juan Mata, dibanding dengan seluruh pemain lainnya.

“Dia telah menunjukkan apa yang dia bisa karena dia adalah pemain berbakat. Dia sudah menunjukkan talentanya tersebut beberapa musim lalu bersama AS Monaco. Dia juga telah menampilkan permainan yang terbaik bersama United,” tutur Mourinho. “Hari ini dia kembali menunjukkan penampilan solid dengan gol indahnya. Semakin lama penampilannya semakin baik.”

Martial datang pada musim panas 2015 dengan status sebagai salah satu remaja termahal di Eropa. Meski penampilannya pada musim pertama cukup mengesankan, namun pada musim kedua dan ketiga Martial justru mengalami penurunan. Beberapa faktor eksternal seperti perceraian dengan sang istri dan anggapan kalau dia adalah pemain yang malas membuat penampilannya kerap mendapat kritikan. Bahkan, penampilan Martial sempat berada pada titik terendah setelah United mendatangkan Alexis Sanchez.

Merindukan Tajamnya Lini Depan United

Sudah lama Manchester United tidak memiliki pencetak gol yang begitu konsisten meneror gawang lawan di setiap pertandingan. Musim ini saja, empat striker United (Lukaku, Sanchez, Rashford, dan Martial) baru mengumpulkan 10 gol. Jumlah ini masih kalah dengan kombinasi Salah-Mane-Firmino (13 gol), atau Lacazette-Aubameyang (11 gol). Bahkan lini depan Bournemouth yang diisi duet Callum Wilson-Joshua King sanggup mencetak sembilan gol.

Setelah Wayne Rooney dan Robin van Persie rutin mencetak gol pada 2012 dan 2013, lini depan United tampak sulit memiliki bomber yang tajam sekaligus konsisten mencetak gol di setiap musimnya. Banyak nama yang sudah didatangkan namun penampilannya tidak ada yang memuaskan.

RVP bermasalah dengan cedera dalam dua musim berikutnya, yang membuat ia dijual ke Fenerbahce pada 2015. Hal serupa juga dialami Hernandez yang penampilannya terus merosot meski sanggup mencetak 20 gol pada musim debutnya. Radamel Falcao, Danny Welbeck dianggap tidak cukup cakap memperkuat United.

Di era kepelatihan Jose Mourinho, United mempunyai dua pencetak gol terbaik dalam diri Zlatan Ibrahimovic dan Romelu Lukaku. Nama pertama sukses membuat 28 gol pada musim pertamanya dan mencatat rekor sebagai pemain pertama United yang bisa membuat lebih dari 20 gol setelah Robin van Persia. Seandainya tidak mengalami cedera, mungkin saja Ibrahimovic sudah mencetak lebih dari 50 gol bersama United.

Romelu Lukaku juga sama. Musim pertamanya berjalan dengan baik karena sukses menyarangkan 27 gol di semua kompetisi. Akan tetapi, penampilannya tiba-tiba merosot sejak awal musim 2018/2019. Setelah mencetak gol ke gawang Watford, kini ia sudah mandul dalam sembilan pertandingan.

Penurunan ketajaman yang paling jelas tentu saja terletak dalam sosok Marcus Rashford. Musim ini, ia baru mencetak satu gol meski sudah bermain dalam 10 pertandingan. Meski sudah ditempatkan sebagai striker, tetap saja penampilannya belum memuaskan. Patut diingat kalau musim ini Rashford menggunakan nomor punggung 10, nomor yang ikonik dengan Wayne Rooney, pencetak gol terbanyak klub sepanjang sejarah.

“Marcus baru berusia 21 tahun, dan banyak pemain di usia mereka yang belum mendapat tempat di tim senior. Mereka hanya akan tampil beberapa menit saja sepanjang musim. Sekarang, Marcus adalah pemain yang sudah berpengalaman dalam dua musim terakhir. Bermain di Euro, Piala Dunia, Liga Champions, Piala FA, final Piala Liga, dan final Liga Europa. Tidak banyak pemain yang memliki kesempatan main seperti Marcus di sini.”

Konsistensi yang Harus Dipertahankan Martial

Seiring berjalannya waktu, Martial nampak menemukan kembali kepercayaan dirinya. Kekasih baru, posisi sebagai pemain inti, serta dirinya yang mulai rajin turun ke lini belakang, membuat rasa percaya para penggemar kepadanya kembali meningkat.

“Saya sangat senang. Saya berada dalam performa terbaik saat ini, jadi saya akan terus berlatih keras dan melanjutkan peran saya untuk membantu tim,” tuturnya.

Sekarang, Martial dituntut untuk menjaga konsistensi yang sudah ia lakukan dalam tiga pertandingan terakhir. Seandainya ia mampu melakukannya, bukan tidak mungkin sodoran kontrak baru akan datang lebih cepat untuk mengikatnya di Manchester lebih lama lagi.