Butuh perjuangan dan keberanian yang luar biasa untuk bisa meningkatkan kembali kepercayaan diri seorang Mary Earps. Dari sosoknya yang dulu terlupakan, kini ia menjadi salah satu pilar penting Manchester United dan tim nasional.

Kecintaan Mary Earps kepada sepakbola lahir dari sebuah peristiwa yang cukup sederhana. Ia saat itu hanya melihat adik laki-laki dan ayahnya bermain bola di taman. Sejak saat itu, rasa cinta terhadap si kulit bundar mulai muncul.

Namun, lahir dalam lingkungan penyuka sepakbola nyatanya tidak serta-merta membuat jalan Mary Earps lapang untuk mewujudkan mimpinya tersebut. Wajar, karena dia adalah seorang perempuan. Di lingkungan tempat tinggalnya, nyaris tidak ada satu pun perempuan yang bermain sepakbola di taman atau pun di jalan tempatnya menetap.

“Ketika saya tumbuh, anak perempuan tidak benar-benar bermain sepakbola di manapun. Jadi, kami hanya bisa bermain-main di taman dan ketika kami cukup dewasa kami akhirnya bisa pergi ke taman sendiri,” kata Mary dalam situs England Football.

Beruntung, ia memiliki keluarga yang suportif. Tahu ketika adik laki-lakinya bergabung dalam sebuah klub lokal, Mary pun diizinkan untuk ikut berlatih. Sayangnya, ia masih menemui kendala. Ia tidak diizinkan untuk ikut pertandingan dan hanya sesekali saja berlatih.

Beruntung, itu semua tidak menghancurkan mimpi seorang Mary. Sederet perjuangan itu kemudian membawanya masuk ke Leicester City pada usia 14 tahun. Sejak saat itu, ia mulai menganggap sepakbola dengan serius.

Sayangnya, perjuangan Mary tidak berakhir di sini. Saat masuk ke tim utama Leicester City ia tidak bermain sama sekali. Begitu juga ketika ia bermain untuk Nottingham Forest. Ia merasa kalau dirinya tidak akan berkembang jika bermain untuk klub kampung halamannya tersebut.

“Saya tidak mendapatkan pelatihan teknis yang bagus di sana. Saya memang mendapat menit bermain, tapi saya merasa kalau saya tidak berkembang seperti keterampilan dan cara bermain karena tidak ada dukungan untuk sektor penjaga gawang,” ujarnya kepada ESPN.

Apa yang diinginkan Mary sebenarnya ia dapatkan di Doncaster Rovers Belles. Ia mendapatkan menit main yang cukup. Dukungan di sektor penjaga gawang membuatnya terus berkembang terutama dari segi permainan. Namun sejak saat itu, Mary punya ambisi lain yang lebih tinggi dari sebelumnya yaitu bermain untuk klub besar.

Perjalanannya tidak mudah. Ia sempat singgah sejenak di Birmingham City, Bristol Academy, dan Reading. Namun proses itu belum membuahkan hasil. Ia bahkan harus terdegradasi ketika bermain untuk Bristol.

Mary sebenarnya bisa saja langsung bergabung ke klub besar. Tapi ia tidak mau hanya menjadi penghangat bangku cadangan. Ia ingin permainannya matang terlebih dahulu sebelum kemudian ia siap untuk melangkah ke tahapan yang lebih jauh.

Sebelumnya, ia merasa perkembangannya terganggu oleh beberapa hal. Salah satunya adalah karena dia harus menjalani karier sepakbolanya bersamaan dengan dunia perkuliahan. Saat masih bermain untuk Reading, ia harus melakoni tiga jam perjalanan ke kampusnya di Loughborough untuk bisa mengejar jam kuliah yang dimulai pukul sembilan pagi.

Diselamatkan Manchester United

Setelah lulus dari kuliah Manajemen Informasi dan Studi Bisnis, Mary akhirnya bisa benar-benar fokus ke sepakbola. Saat itulah ia merasa kalau dirinya bisa menjadi pemain sepakbola profesional. Setidaknya, dia masih punya gelar sarjana yang nantinya bisa dipakai untuk bekerja apabila karier sepakbolanya mandek.

Pikiran itu sempat muncul ketika ia gagal bermain bersama VFL Wolfsburg. Berbeda dibanding tim prianya, tim perempuan Wolfsburg adalah tim yang sarat akan prestasi. Secara tidak langsung, impiannya untuk bermain di tim besar pun tercapai. Sayangnya, Mary hanya enam kali bermain untuk mereka dan sempat diasingkan ke tim cadangan.

Lalu datanglah Manchester United meminang Mary pada 2019. Saat itu, United bukan tim besar di sektor perempuan. Apalagi mereka berstatus tim promosi. Namun prospek tim yang saat itu diisi pemain-pemain dengan kualitas bagus serta nama Manchester United yang begitu besar membuat Mary tidak berpikir dua kali menerima tawaran itu. Apalagi United juga krisis kiper sepeninggal Siobhan Chamberlain.

“Mary punya kekuatan yang bagus untuk membawa kami bersaing di Women Super League,” kata manajer tim perempuan United saat itu, Casey Stoney.

Dari sinilah perjalanan mulus karier Mary Earps dimulai. Ia langsung menjadi andalan United sejak saat itu. Berkat keberadaannya di bawah mistar, Setan Merah kerap menjadi salah satu tim dengan catatan kebobolan paling sedikit. Hal ini yang membuat mereka bisa bersaing dengan Chelsea, Man City, serta Arsenal, tiga tim terkuat di sepakbola perempuan Inggris.

Musim ini bisa dibilang sebagai salah satu musim terbaik seorang Mary. United untuk sementara ada di puncak klasemen Liga Super Wanita. Tidak hanya itu, gawangnya juga baru kebobolan tujuh gol. Jika konsisten, bukan tidak mungkin anak asuh Marc Skinner yang angkat piala akhir musim nanti.

Tidak hanya bersinar di United, ia juga bisa mendapat kesempatan lagi bermain untuk tim nasional setelah menanti selama dua tahun. Ia pun kemudian menjadi pilihan bagi tim Sarina Wiegman pada ajang Women’s Euro 2022. Inggris menjadi juara saat itu dan Mary tampil di semua pertandingan yang dimainkan dan meraih empat kali clean sheet.

Puncak dari segala kerja keras seorang Mary kemudian terbayar pada Senin malam atau Selasa dini hari (28/2). Dengan langkah yang elegan, ia menerima penghargaan sebagai penjaga gawang terbaik dunia. Dengan 26 poin yang ia punya, ia berhasil mengalahkan Christiane Endler dan Ann-Katrin Berger.

Ada rasa tidak percaya dari raut wajah seorang Mary. Namun setelahnya yang ada hanyalah perasaan bangga. Segala kerja keras yang dia lakukan nyatanya tidak mengkhianati hasil. Ia tidak menyerah meski sinar Mary bisa dibilang datang di waktu yang cenderung lambat mengingat usianya yang sudah mendekati 30 tahun.

“Terima kasih kepada semua yang memilih saya. Terima kasih kepada semua orang yang membantu saya dari titik terendha hingga sampai di tempat berdiri sekarang ini,” katanya.

“Siapa pun yang pernah berada di tempat gelar, ketahuilah bahwa akan selalu ada cahaya di ujung terowongan. Teruskan saja apa yang ingin Anda capai karena Anda bisa melakukan itu. Terkadang kesuksesan bisa dilihat dari seperti ini yaitu meraih trofi atau sekadar bangun tidur dan berada satu langkah di depan yang lain. Hanya ada satu dari diri Anda di dunia ini dan itu lebih dari cukup. Jangan pernah menyesal untuk apa yang pernah kalian lakukan untuk diri Anda sendiri,” terangnya.