Beberapa kejutan terjadi dalam pertandingan babak ketiga antara Manchester United melawan Rochdale. Selain skor akhir pertandingan yang berkesudahan 1-1 (United menang adu penalti 5-3), dan diberikannya kesempatan main kepada Brandon Williams, manajer Ole Gunnar Solskjaer membuat satu kejutan lain dengan memberikan kesempatan kepada Axel Tuanzebe untuk menjadi kapten kesebelasan.
Keputusan memberi ban kapten kepada Axel jelas sangat mengejutkan. Pasalnya, masih ada beberapa pemain senior yang bisa dikatakan jauh lebih layak memegang peran tersebut. Sebut saja Sergio Romero, Marcos Rojo, atau Paul Pogba. Namun Solskjaer tetap kukuh menjadikan Axel sebagai kapten pada pertandingan tersebut.
“Axel adalah kapten dan sedang menjalani proses untuk ke sana (kapten tetap). Dia seorang pemimpin. Mengapa tidak memberikan peran tersebut kepada pemain muda? Kami tahu kami bisa memberikannya kepada Romero atau Pogba, namun itu tidak masalah dan mereka sudah menjadi kapten sebelumnya. Sekarang, giliran Axel dan kita lihat bagaimana di menanganinya?” tutur Solskjaer.
Beruntung perjudian Solskjaer membuahkan hasil yang positif. Pemain yang musim lalu bermain apik bersama Aston Villa ini tampil begitu baik menjaga lini belakang United. Disaat rekan-rekan setimnya hanya mendapat nilai 3 atau 6, ia oleh Manchester Evening News (MEN) diberikan nilai 7. Kedua tertinggi setelah Mason Greenwood yang mendapat nilai 8.
“Pantas menjadi kapten United dan berhasil mengungguli rekan setimnya yang lain. Selalu bermain bagus dan ada nyala api di sana setiap kali diberikan kesempatan,” tulis MEN.
Selain tampil baik sebagai pemain belakang, Axel juga tampil cukup tenang. Terlihat perkembangannya sudah semakin meningkat sejak ia disekolahkan oleh Jose Mourinho dua musim terakhir. Beberapa kali ia terlihat memberikan motivasi dan semangat untuk rekan-rekannya.
“Menjadi kapten adalah mimpi yang menjadi kenyataan. Aku merinding ketika berjalan keluar lorong. Itu adalah sesuatu yang telah saya kerjakan untuk waktu yang sangat lama dan akhirnya tiba saatnya. Saya hanya berterima kasih kepada manajer dan berterima kasih kepada klub dan para pemain yang berbagi momen ini bersama saya,” tutur pemain kelahiran Bunia ini.
Penunjukkan Axel sebagai kapten memang bersifat mendadak. Hingga satu jam sebelum sepak mula, United ternyata belum menentukan siapa yang akan berdiri di barisan paling depan. Saat itu, Axel sedang melakukan pemanasan. Lalu, Mike Phelan memanggilnya.
“Itu adalah kejutan yang menyenangkan. Saya sedang bersiap-siap melakukan peregangan. Lalu Mike Phelan datang kepada saya dan berkata, ‘apa Anda mau datang dan menemui wasit?’ Aku berkata, ‘Apa maksudmu?’ Dan dia berkata, ‘Ayolah, kamu akan menjadi kapten.’ Jadi saya bilang, ‘baiklah, mari kita lakukan.”
“Situasi ini begitu terasa manis karena ada banyak teman dan keluarga yang datang menonton saya bertanding. Jadi bisa bermain dan menjadi kapten di hadapan mereka benar-benar perasaan yang luar biasa,” tuturnya.
Langganan Kapten Sejak Dulu
Sebenarnya, para penggemar United tidak perlu terkejut ketika melihat Axel keluar dengan menyandang ban kapten di lengannya. Peran ini sudah sering ia emban ketika masih menjadi pemain junior di tim U-18 Manchester United. Gaya kepemimpinannya saat itu memukau manajer tim U-18, Paul McGuiness.
“Saya tidak melihat pemimpin sebaik Axel Tuanzebe. Terakhir kali orang yang saya lihat di akademi yang jiwa kepemimpinannya begitu luar biasa adalah Gary Neville. Ia melakukan pekerjaan yang sangat bagus baik di dalam maupun di luar lapangan,” tutur Paul.
Ditunjuknya Axel sebagai kapten bisa jadi dikarenakan lawan yang dihadapi adalah Rochdale. Rochdale adalah tempat dirinya dibesarkan dan merupakan alumni dari sekolah di St Cuthbert’s RC High School. Ia adalah kapten tim sekolahnya saat masih menginjak kelas 7 dalam kejuaraan nasional di Stamford Bridge pada tahun 2009. Pada tahun yang sama, ia dianugerahi gelar Sports Boy of the Year yang penghargaannya diberikan langsung oleh wali kota Rochdale.
Pengalaman inilah yang membuat dirinya tidak lagi canggung ketika diberikan tugas sebagai kapten tim utama. Ia mulai terbiasa dengan tekanan level tertinggi mengingat sebelumnya, ia juga sudah merasakannya bersama Aston Villa. Hal ini menunjukkan kalau dia adalah salah satu pemain cerdas yang dimiliki oleh klub. Ia kini tinggal mempertahankan konsistensinya saja agar terus mendapat kepercayan dari Ole Gunnar Solskjaer.