Foto: Sportingnews

Tahun lalu menjadi tahun yang luar biasa bagi sepakbola Denmark. Pada ajang Euro 2020 (diselenggarakan 2021), tim Dinamit sukses melangkah ke semifinal. Meski langkah mereka dihentikan oleh timnas Inggris dalam laga dramatis di stadion Wembley, namun catatan ini menjadi prestasi terbaik yang pernah mereka raih sejak menjadi juara Euro 1992.

Sayangnya, tidak semua pemain bisa merasakan prestasi ini. Salah satunya adalah Christian Eriksen. Ketika momen penting itu terjadi, dia masih memulihkan diri dari masalah kesehatan yang ia dapat pada laga pertama fase grup melawan Finlandia. Sebuah kejadian yang hampir merenggut nyawanya.

Jantung Eriksen mendadak berhenti. Napasnya terputus dan tinggal beberapa jengkal menuju kematian. Beruntung bagi dirinya, pertolongan yang sigap dari beberapa petugas medis saat itu berhasil membuat jantungnya kembali berdegup.

Nyaris meninggal ternyata tidak membuat Eriksen kapok. Dia yang sebelumnya diprediksi akan mengakhiri karier sepakbolanya, nyatanya masih bermain di level tertinggi. Sempat memulihkan diri bersama Brentford, kini ia menjadi pilar krusial di lini tengah Manchester United musim ini.

Tidak hanya di level klub, Eriksen juga kembali ke panggung internasional. Pada Piala Dunia kali ini, namanya terdaftar dalam 26 nama yang dibawah oleh Kasper Hjulmand ke Qatar nanti. Ini akan menjadi Piala Dunia ketiga dalam karier sepakbolanya. Ia pun memiliki haraapan bisa membawa Denmark mengulangi prestasi di Euro lalu yaitu mencapai semifinal.

“Tujuan awal sudah jelas adalah melewati fase grup. Dari sana, kami akan mencoba untuk melangkah sejauh mungkin. Namun, itu juga tergantung dari keberuntungan. Kami harus beruntung dan memainkan beberapa pertandingan bagus. Tujuan kami untuk Piala Dunia akan lebih luas lagi setelah Anda mencapai semifinal kejuaraan Eropa,” ujarnya.

Eriksen tentu berharap turnamen Piala Dunia kali ini berjalan jauh lebih baik bagi dirinya. Dibandingkan di level klub, atau di Piala Eropa, Eriksen kerap tidak beruntung ketika bermain untuk Denmark pada hajatan besar milik FIFA tersebut.

2010 menjadi kali pertama Eriksen turun pada turnamen internasional. Ia adalah anggota termuda dalam skuad saat itu. Sayangnya, Denmark gagal melaju dari penyisihan grup setelah kalah dari Belanda dan Jepang.

Absen pada 2014, Denmark kemudian kembali ke Piala Dunia empat tahun setelahnya di Rusia. Sempat menang melawan Peru dan mencetak gol melawan Australia, langkah Eriksen dkk harus terhenti pada 16 besar menghadapi Kroasia.

Pada pertandingan yang harus diakhiri dengan drama adu penalti tersebut, Eriksen menjadi salah satu eksekutor yang gagal dari timnas Denmark. Mantan pemain Spurs ini sempat berujar kalau dia merasa kecewa atas kegagalannya tersebut. Ia bahkan merasa bersalah kepada kiper mereka, Kasper Schmeichel yang tampil luar biasa dalam menahan tiga penalti Kroasia (satu pada waktu normal, dua pada adu penalti).

“Kami mengecewakan Kasper. Saat ada pemain yang bisa menahan dua tendangan dalam adu penalti, maka kami harus menang.”

“Saya akan selalu mengingat Piala Dunia 2018 karena saya gagal menendang penalti itu. Saya akan terbayang tendangan itu berkali-kali dan tidak akan mudah untuk melupakannya,” tutur pemilik enam assists bersama United musim ini.