13 Mei 2012 menjadi tanggal yang tidak ingin diingat oleh para penggemar Manchester United. Saat itu, harapan mereka untuk meraih gelar juara liga pada musim 2011/2012 sirna hanya dalam hitungan menit saja.
Premier League musim 2011/2012 menjadi musim yang paling dramatis sepanjang sejarah kompetisi ini. Persaingan saat itu mengarah kepada dua kesebelasan asal Manchester yaitu United dan City. Dengan pengalamannya, United ingin mempertahankan gelar yang mereka raih tahun sebelumnya. Di sisi lain, City ingin menghancurkan dominasi United yang begitu merajai Manchester.
Sinyal itu sebenarnya sudah diberikan seiring berjalannya kompetisi. Setan Merah tidak bisa mengalahkan City dalam dua pertemuan. Di Old Trafford, United tumbang 1-6. Sementara Vincent Kompany menjadi pahlawan saat keduanya berjumpa di Etihad Stadium.
Ketika Premier League tinggal menyisakan satu laga, baik United dan City sama-sama mengantungi 86 poin. Pada pekan terakhir, Setan Merah harus bertandang ke Stadium of Light, markas dari Sunderland. Sementara Man City menjamu QPR di Etihad Stadium. Keuntungan saat itu sedang dipegang anak asuh Roberto Mancini yang memiliki selisih gol 64. Delapan gol lebih baik dari milik Manchester United.
Manchester City langsung mengambil inisiatif serangan. Akan tetapi, mereka kesulitan mencetak gol. Di sisi lain, United ternyata langsung unggul melalui kepala Wayne Rooney pada menit ke-12. Gol tersebut disambut sorak-sorai para pendukung United yang hadir. Akan tetapi, suasana kembali hening saat Pablo Zabaleta membuka keunggulan sepuluh menit jelang babak pertama usai.
Awal-awal babak kedua, gemuruh hadir dari tribun para pendukung MU. Djibril Cisse mencetak gol memanfaatkan kesalahan Joleon Lescott. Namun QPR justru mempersulit diri mereka sendiri setelah Joey Barton diusir karena permainan kasarnya. Meski unggul jumlah pemain, namun City justru kembali kebobolan. Armand Traore yang menyisir sisi kanan pertahanan City melepaskan umpan lambung yang disambut dengan sundulan Jamie Mackie. Gemuruh para pendukung United semakin besar setelah mengetahui gol Mackie. Sementara United masih unggul 1-0. Mereka kesulitan menambah keunggulan meski menciptakan banyak sekali peluang.
Tertinggal 1-2, suporter City mulai menunjukkan rasa frustrasinya. Ada yang memegang kepala, menangis, membanting syal, hingga ada beberapa yang memukul kursi penonton. Ambisi mereka untuk meraih gelar Premier League pertama terancam sirna.
Edin Dzeko memberikan harapan pada menit ke-90. Namun skor 2-2 jelas belum cukup karena City harus menang. Di sisi lain, laga City kontra QPR mendapatkan tambahan waktu lima menit, sementara Stadium of Light hanya memberikan tiga menit saja.
Pertandingan United melawan Sunderland berakhir lebih dulu. Para suporter mereka yang siap berteriak mendadak diam karena masih harus menunggu hasil pertandingan antara City melawan QPR. Namun di saat para pemain United, dan Sir Alex Ferguson berada di pinggir lapangan, seketika mereka mendapatkan mimpi buruk.
Akselerasi Sergio Aguero sukses mengacak-ngacak pertahanan QPR. Ia melakukan umpan satu-dua dengan Mario Balotelli. Dengan satu kali tipuan, pemain yang saat itu menjalani musim pertamanya di Premier League, melepaskan tembakan yang membalikkan keadaan menjadi 3-2 sekaligus memastikan diri mereka menjadi juara liga sejak 1968.
Gol Aguero pada menit 93 detik 20 membuat suasana di tribun pendukung United menjadi sunyi. Ketika para penonton melihat papan skor elektronik dan menyaksikan City berbalik unggul, seketika para pendukung langsung terdiam. Perasaan campur aduk terlihat dari ekspresi Wayne Rooney. Park Ji Sung bahkan terheran-heran melihat apa yang baru saja dirasakan timnya.
Lucunya, kejadian ini ternyata sudah diprediksi oleh Sir Alex Ferguson akan terjadi. Saat ia memantau Shinji Kagawa pada final DFB Pokal, Ferguson bercerita kepada Mick Phelan kalau mereka akan kalah apabila City mencetak gol pada menit akhir.
“Saya katakan kepada Mick, kalau City akan mengalahkan kami jika bisa membuat gol pada menit akhir. City pasti akan kesulitan melawan QPR. Saya tidak kaget apabila QPR mendapat poin, namun jika City mencetak gol pada menit akhir, maka kita akan kalah,” ujar Fergie dalam buku autobiografinya.
Sudah kalah pada detik-detik terakhir, United kena olok pula oleh para pendukung Sunderland. Mengetahui Aguero mencetak gol, mereka melakukan pozhnan (berteriak sambil memunggungi) yang menjadi ciri khas para pendukung City. Tingkahnya ini sempat mendapat tanggapan dari Fergie saat acara penganugerahan pemain terbaik.
“Kepada para penggemar Sunderland yang bersorak untuk City, ingatlah hari itu. Kami tidak akan melupakan hari tersebut. Usaha pemain patut diapresiasi. Mereka akan baik-baik saja. Jangan khawatirkan mentalitas mereka. Ucapkan selamat pada anak-anak karena mereka pantas mendapatkannya,” kata Fergie.
Sebenarnya, Manchester United tidak perlu mengalami nasib pahit jika mereka bisa memaksimalkan keunggulan yang mereka punya pada bulan April. Ketika pertandingan masih menyisakan enam laga, Setan Merah unggul delapan poin dari Cityzens. Hasil minor melawan Wigan, Everton, dan Manchester City menjadi penyebab keunggulan mereka terkejar.