Foto: Independent.co.uk

Pertengahan 60-an merupakan masa-masa terbaik Matt Busby sebagai manajer Manchester United. Ketika itu, ia berhasil meraih empat gelar prestisius berupa dua gelar Liga Inggris, satu Piala FA, dan satu Piala Champions. Keberhasilan mereka saat itu disebabkan karena keberadaan tiga trinitas maut mereka yang berisi Denis Law, George Best, dan Bobby Charlton. Akan tetapi, ada satu nama lagi yang luput dari pengamatan meski bermain luar biasa di lini depan. Namanya adalah David Herd.

Herd laksana ‘anak bawang’ di tengah kepungan tiga rekan setimnya tersebut. Padahal, ia bermain di area yang sama dengan mereka yaitu di lini tengah sampai ke lini depan. Namun entah kenapa sinarnya memang tidak terlalu berkilau dibanding Law, Best, dan Charlton.

Statistiknya juga luar biasa. Ia adalah pencetak gol terbanyak United urutan ke-13 dengan catatan 145 gol dari 265 penampilan. Hampir ia selalu mencetak satu gol dari dua laga yang dimainkan Setan Merah.

Herd juga memegang rekor sebagai satu-satunya pemain yang bisa mencetak 100 gol atau lebih bersama Arsenal dan Manchester United. Catatan ini hanya didekati oleh striker legendaris lainnya, Frank Stapleton. Jumlah golnya di London jauh lebih sedikit dibanding di United yaitu 108 gol. Akan tetapi, jumlah itu ia buat hanya dari 180 laga dengan rasio gol yang jauh lebih baik lagi.

Ketajaman Herd inilah yang membuat Matt Busby berani mendekatinya kembali pada 1961. Sembilan tahun sebelumnya, Busby sudah mengincar Herd yang kala itu masih bermain untuk Stockport County yang bermain untuk Divisi Tiga. Ia siap menjadi bahan barter bagi Billy McGlen. Sayangnya, Billy justru berbelok arah menuju Lincoln City dan meski Busby siap membayar Herd dengan uang tunai, kesepakatan tetap tidak bisa berjalan dengan baik.

Tidak disangka-sangka kalau lamaran kedua United diterima Herd dan ia datang dengan banderol 35 ribu paun. Uang yang sangat layak dikeluarkan untuk pemain bagus dan subur seperti Herd saat itu karena ia adalah striker yang komplet. Ia punya kemampuan mencetak gol dari jarak jauh dan memiliki power tendangan yang keras.

Betapa mengerikannya Herd bisa dilihat dari julukannya yaitu ‘sang penembak jitu’. Saat itu, ia disebut-sebut sebagai pemilik kaki kanan terkuat di Inggris karena ia bisa menembak bola hingga kecepatan 72,5 kilometer per jam. Bahkan pada 26 November 1966, ia menjadi pemain United satu-satunya yang bisa mengalahkan tiga kiper berbeda dalam satu pertandingan yaitu ketika United menang 5-0 melawan Sunderland.

“Dia punya tembakan paling kuat dan mencetak banyak gol dari luar kotak penalti. Dengan pemain seperti Charlton, Best, Law, dan Herd di depan, tugas-tugas saya di belakang menjadi lebih ringan karena mereka akan terus mencetak gol,” kata rekan setim Herd di United, Paddy Crerand.

Namun di awal kedatangannya, Herd bukannya tanpa masalah. Ia sempat kesulitan beradaptasi dengan taktik Matt Busby. Di Arsenal, Herd adalah seorang striker murni. Tugasnya hanya satu yaitu mencetak gol dan pergerakannya lebih banyak berada di dalam kotak penalti. Di United, Busby menekankan pentingnya pertukaran pemain saat membangun serangan. Meskipun begitu, tetap saja ketajaman Herd tidak berkurang dan ia bisa membuat 17 gol pada musim pertamanya.

Herd adalah pahlawan bagi Busby. Trio Best, Law, dan Charlton boleh-boleh saja lebih dikenal di kalangan penggemar United baik itu generasi dulu maupun sekarang. Namun tanpa Herd, Busby mungkin akan puasa gelar jauh lebih lama. Ketika itu, United kesulitan meraih prestasi setelah kekuatan timnya berkurang akibat tragedi Munich. Hingga musim 1962/1963, United lebih banyak berkutat di papan tengah bahkan nyaris terdegradasi pada musim tersebut.

Beruntung bagi mereka karena suporter United punya sesuatu yang dibanggakan berupa trofi Piala FA. Pada laga final, mereka menang 3-1 melawan Leicester City dengan dua gol yang dicetak oleh Herd. Perlu diketahui kalau pada musim itu Herd sukses membuat 21 gol.

Segalanya berjalan lancar bagi pria kelahiran 15 April ini. Ia adalah pemain yang bisa mencetak gol dalam debutnya di Piala FA, Piala Liga, dan tiga kompetisi Eropa yang pernah ia mainkan yaitu Piala Champions, Piala Super Eropa, dan Piala UEFA. Kombinasi dengan Law di lini depan juga sangat baik. Telegraph menulis kalau Law akan menjadi pemain yang beruntung jika bola sepakan Herd bisa digagalkan kiper karena bola rebound pasti akan jatuh ke kaki dia.

United benar-benar beruntung bisa memiliki Herd dalam timnya. Ketajaman Herd selalu meningkat dalam lima musim pertama kariernya di Manchester United. 17, 21, 21, 27, 28, dan 33 gol adalah catatan hebatnya. Musim terakhir United menjadi juara liga, golnya menurun menjadi 18. Meski begitu, catatan tersebut tetap menunjukkan betapa konsistennya Herd dalam urusan mengoyak jala lawan karena masih sanggup mencetak dua digit gol.

Pada saat ia mencetak 18 gol tersebut, kondisi fisik Herd sebenarnya sudah tidak sebaik sebelumnya. Pada November 1966, ia mengalami cedera patah kaki. Sejak saat itu, ia sudah kesulitan menjadi pemain inti dalam skuat Busby. Meski memiliki medali juara Piala Champions, namun Herd tidak mendapatkannya dengan berkeringat. Ia tidak bermain dalam final di Wembley tersebut karena cedera tersebut. Posisinya digantikan oleh Brian Kidd.

Cedera ini seolah menjadi sinyal kalau kariernya di Manchester harus berakhir. Pada 1968, ia memutuskan untuk pindah ke Stoke City sebelum mengakhiri karier bersama Waterford United.

Satu hal yang menarik dari jalan karier Herd adalah aktivitasnya setelah dia pensiun. Jika pemain sepakbola lain kebanyakan menjadi pelatih atau pandit, maka Herd memilih jalan lain. Ia membangun usaha bengkel bernama David Herd Motors yang sudah ia bangun sejak ia masih bermain di United yaitu pada 1965 dan masih berdiri hingga sekarang.

Foto: David Herd Motors

Herd meninggal dunia pada 1 Oktober 2016 lalu. Sebagai tanda berkabung, United menggunakan pita hitam ketika mereka menjamu mantan klub Herd lainnya yaitu Stoke City sehari berselang. Kepergiannya saat itu meninggalkan kesedihan yang mendalam bagi seluruh keluarga besar United. Meski ia cenderung diremehkan dan sinarnya tertutup oleh kehebatan Best, Law, dan Charlton, namun Herd tetaplah salah satu pemain terbaik yang pernah membela Manchester United.

“Saya beruntung bisa bermain di era Best, Law, dan Charlton. Saya sudah yakin kalau Best akan menjadi pemain hebat sejak saya melihatnya pada usia remaja. Bobby Charlton adalah orang yang banyak merancang gol untuk saya dan Denis Law adalah striker terbaik yang pernah bermain untuk saya,” kenang Herd.