Foto: ManUtd.com

Sepanjang kariernya menangani Manchester United, Sir Alex Ferguson tidak hanya dikelilingi oleh para pemain hebat, namun juga oleh para asisten yang bekerja bersamanya di pinggir lapangan. Sebut saja Brian Kidd, Mike Phelan, hingga Steve McClaren. Tiga nama ini akan selalu siap pasang badan apabila sewaktu-waktu diminta untuk mengurus tim utama menggantikan peran sang gaffer.

Beberapa waktu lalu, Steve McClaren menceritakan kepada situs resmi klub pengalamannya saat diminta menjadi pengganti Sir Alex. Tidak main-main, ia langsung diminta menjadi “manajer” sementara dalam laga Derby Manchester.

Derby Manchester saat itu tidak sebesar sekarang. City saat itu adalah tim promosi, sedangkan United masih menjadi tim yang disegani di Eropa maupun dunia. Namun, Derby tetaplah Derby yang akan selalu dibumbui rivalitas panas. Apalagi, saat itu adalah duel antar tim Manchester untuk pertama kalinya sejak empat musim sebelumnya.

Sir Alex saat itu tidak bisa menangani tim karena putranya, Jason, sedang mempersiapkan diri untuk melangsungkan pernikahannya di Afrika Selatan. Mendengar permintaan dari bosnya, Steve tentu tidak bisa menolak.

“Dia punya kekuatan yang besar, salah satunya adalah kepercayaan kepada stafnya. Saya tidak yakin ada manajer yang berani meminta asistennya untuk bertanggung jawab, terutama di partai besar,” tuturnya.

Steve tentu merasa tegang mendengar permintaan itu. Karier kepelatihannya belum banyak. Sebelumnya, ia hanya asisten Jim Smith di Derby County yang sudah pasti tekanannya berbeda.

Namun di sisi lain, Steve beruntung. United saat itu diisi pemain yang berkualitas di semua sektor sehingga ia tidak akan bekerja dengan sulit. Para pemain yang memiliki mental pemenang. Sir Alex bahkan berkata kepadanya untuk tenang karena dia akan dilindungi oleh pemain-pemain itu.

“Saya beruntung, tapi saya pasti akan membuat keputusan. Lalu anda masuk ke ruang ganti sebelum pertandingan Anda bukan Ferguson. Anda adalah Anda. Anda tidak bisa memberikan hair dryer treatment seperti nya, tapi yang penting adalah kemenangan tim. Saya punya tim yang bisa memenangkan pertandingan.”

“Dia tidak mendiskusikan apa pun dengan panjang lebar. Dia tidak membebani saya dengan urusan taktik. Sisanya hanya mempertimbangkan makanan apa yang harus dimakan sebelum pertandingan seperti itu. Meski begitu, tetap saja saya tidak bisa tidur nyenyak,” katanya menambahkan.

Satu keberuntungan lain yang didapat Steve adalah dia juga menjadi asisten manajer Peter Taylor di timnas Inggris. Dan saat nama-nama seperti Beckham, Butt, Neville, dan Scholes dipanggil ke tim nasional, dia akan selalu berada di dekat mereka dan melihat permainan mereka jauh lebih detail lagi dari sebelumnya. Hal ini untuk memudahkan persiapannya ketika berada di pinggir lapangan nanti.

Steve sebenarnya sudah punya pengalaman menjadi Sir Alex Ferguson dalam sebuah pertandingan. Akan tetapi, laga itu hanya laga pra-musim pada 1999. Atensi dan atmosfernya jelas berbeda dibanding saat dia akan memimpin laga melawan City.

“Saya pribadi merasakan tekanan yang besar. Tanggung jawab yang juga besar. Itulah perasaan saya ketika bersiap untuk berdiri di pinggir lapangan dan menjadi pria sejati di depan mereka,” ujarnya.

Pada akhirnya ketegangan tersebut tidak dirasakan oleh Steve sepanjang pertandingan. United sudah unggul cepat melalui tendangan bebas David Beckham dari jarak jauh pada menit ke-2. Keunggulan tersebut pada akhirnya bisa dipertahankan hingga akhir pertandingan. Akan tetapi, Steve mengaku laga itu bukan pertandingan yang bagus. Benar saja, sebuah pesan dari Sir Alex sampai ke telinganya.

“Pertandingan itu bukan tontonan yang bagus. Kami memasuki babak pertama saat unggul 1-0 dan Albert Morgan (Kitman) mendapat pesan dari bos. Benar saja, dia menonton laga ini dari afrika Selatan dan memberikan Hair Dryer Treatment untuk Yorkie (Dwight Yorke).”

“Secara keseluruhan itu bukan laga yang bagus tapi tendangan bebas menjadi perbedaan dan bos senang bisa menikmati pernikahan putranya,” katanya lagi.

Yang menarik, menurut Steve tidak ada perayaan yang berlebihan setelah pertandingan itu. Para pemain United ini hanya menganggap laga ini adalah tugas yang harus diselesaikan dan setelahnya fokus kepada pertandingan lain. Sungguh sebuah mental yang luar biasa.

Di sisi lain, Steve pada akhirnya bisa tidur nyenyak dan tidak akan mendapat omelan dari Ferguson. Bahkan, momen lebih dari dua dekade ini yang menjadikan Steve sebagai salah satu pelatih sepakbola yang cukup diperhitungkan namanya di Inggris.