Foto: United in Focus

Tidak selamanya Manchester United sempurna dalam segala hal. Pada era kejayaannya sekalipun, tim ini kerap membeli pemain yang akhirnya tidak memberi kesan apa-apa untuk mereka. Manucho adalah salah satunya.

Sir Alex Ferguson akan selalu dipandang sebagai sosok yang sempurna dalam perjalanan Manchester United menuju kejayaan. Alih-alih berkata mencari manajer seperti Ernest Mangnall atau Sir Matt Busby, nama Sir Alex akan muncul jika suporter United ditanya ingin manajer baru yang seperti apa. Mereka akan menjawab manajer baru yang punya DNA seperti Fergie.

Di era kepelatihannya, United berada dalam trek yang sesuai keinginannya. Stabil, terstruktur, dan mempunyai filosofi yang kokoh dalam hal apa pun seperti keuangan, permainan, hingga yang paling krusial yaitu perekrutan.

Ferguson tidak akan merekrut pemain secara sembarangan. Ia akan melihat apakah pemain tersebut bisa cocok dengan caranya melatih terlepas dari statusnya bintang atau tidak. Inilah yang membuat perekrutan di era Ferguson kerap terkesan mind-blowing. Merekrut Ole Gunnar Solskjaer alih-alih Alan Shearer, hingga mengambil Cristiano Ronaldo ketimbang Ronaldinho.

Namun, selayaknya manusia biasa Ferguson juga pernah mengalami fase ketika rekrutannya berakhir dengan kegagalan. Ada banyak nama ketika Ferguson melihat pemainnya ini justru menjadi nothing ketimbang something.

Dalam lembaran masa lalu itu, tercatat beberapa nama yang ia beli untuk United kelak tidak menjadi apa-apa dan masuk dalam sejarah sebagai rekrutan gagal: Alex Buttner, Shinji Kagawa, Dong Fangzhuo, hingga mutiara dari Afrika Manucho Goncalves.

***

Ada satu pemain yang begitu diinginkan Sir Alex Ferguson pada Desember 2007. Pemain itu adalah Dimitar Berbatov. Meski United saat itu sudah punya banyak striker dalam diri Rooney, Ronaldo, dan Tevez, namun Ferguson masih menginginkan daya tembak di lini serang. Setidaknya untuk mengurangi tekanan pada tiga pemain bintangnya tersebut.

Sayangnya, Berbatov tidak dijual oleh Spurs. Selain itu, Ferguson juga enggan melakukan pembelian pada bursa transfer Januari. Tentu tidak memungkinkan mendatangkan Berbatov yang pasti membutuhkan negosiasi yang begitu alot.

Meski begitu, kebutuhan akan pemain depan tampak sudah sangat mendesak. Mencari pemain dari belahan negara lain kemudian menjadi prioritas. Lalu teringatlah Ferguson dan asistennya Carlos Queiroz kepada satu nama yang pernah melakukan trial di sana bernama Manucho.

“Kami punya Manucho yang melakukan trial selama tiga minggu dan kami terkesan untuk memberikan kontrak tiga tahun,” kata Ferguson.

Sayangnya, Manucho terkendala izin kerja. Hal ini tidak lepas dari kurangnya caps internasional yang ia punya. Mau tidak mau, Manucho harus menahan hasratnya dan memanfaatkan betul kesempatan main di timnas Angola pada Piala Afrika 2008.

Dengan tawaran tersebut, motivasi Manucho begitu membumbung. Ia tampil apik sepanjang turnamen. Meski Angola mentok pada babak 8 besar, namun namanya masuk dalam Best XI mengalahkan Samuel Eto’o sang peraih sepatu emas, dan Didier Drogba. United tampak tidak salah membeli pemain.

Sayangnya, Manucho masih harus menunggu izin kerja tersebut keluar. Ia pun akhirnya dipinjamkan terlebih dahulu ke Panathinaikos. Lagipula, ketakutan Ferguson akan tiga strikernya yang terus diperas pun tidak terjadi. Baik Rooney, Ronaldo, dan Tevez begitu fit sampai musim berakhir.

***

Harapan besar yang sebelumnya hadir untuk Manucho juga pelan-pelan mulai sirna. Saat United merayakan kesuksesan meraih gelar ganda, ia justru jarang mendapat menit main di Panathinaikos. Beruntung, Manucho masih mendapat jaminan kalau ia akan mendapat tempat di musim depan.

“Semuanya berjalan baik berkat Carlos Queiroz. Saya tidak pernah berpikir untuk memakai kaus lain selain United dan saya sudah tidak sabar untuk bermain di Liga Champions,” kata Manucho.

Pujian demi pujian terus diungkapkan untuk Manucho agar bisa kembali termotivasi. David Gill menyebut kalau dia akan menjadi pembeda bagi tim dan merupakan prospek yang bagus. Sayangnya, ucapan tersebut hanya sekadar lip service karena realitanya berbanding terbalik dengan harapan dan pujian tersebut.

Manucho cedera saat pra-musim. Sementara itu, Queiroz, orang yang membantunya seketika ia tiba di United memilih melatih timnas Portugal. Belum lagi dengan klub yang mengorbitkan Fraizer Campbell yang otomatis membuat persaingan semakin ketat.

Puncak dari nasib apes Manucho adalah ketika United akhirnya merekrut Dimitar Berbatov sang incaran utama. Dan seketika ia kembali dari cederanya, Manucho berhadapan dengan empat nama luar biasa yaitu Rooney, Ronaldo, Tevez, dan Berbatov, plus dua nama akademi yaitu Campbell dan Danny Welbeck.

Modal bersama timnas Angola tampak tidak berhasil membuatnya mendapat menit main yang cukup. Manucho hanya bermain dalam tiga pertandingan dengan total 42 menit saja. Kontribusi yang berkesan hanyalah satu assist kepada Welbeck saat United menang telak 5-0 atas Stoke City.

Nasib sial seolah tidak mau berhenti ketika namanya juga tidak ada dalam daftar tim yang dibawa ke Jepang untuk bermain di Piala Dunia Antarklub. Bahkan ketika Ronaldo dan Tevez hengkang, Manucho juga tidak mendapat kesempatan dan klub memilih merekrut Michael Owen. Manucho semakin terusir di Old Trafford sebelum kariernya bisa sedikit ia tata lagi ketika bermain untuk Valladolid dan menjadi top skor Piala Afrika pada 2012.

Pada akhirnya Manucho akan dikenang sebagai salah satu rekrutan terburuk yang pernah dibuat oleh Sir Alex Ferguson. Seandainya saja izin kerja itu bisa ia dapat dengan cepat, bukan tidak mungkin nasib dan peruntungannya berubah. Apa daya, takdir justru mempertemukan Manucho dengan kemalangan seketika dia memutuskan berkarier di sepakbola Eropa.