Foto: Bob Thomas

Odion Ighalo kembali mencatatkan namanya di papan skor ketika Manchester United menang telak 5-0 melawan LASK pada pertandingan terakhir mereka sebelum kompetisi diliburkan sementara karena virus Corona. Satu golnya tersebut membuat namanya kini sudah mencetak empat gol dari delapan laga yang sudah ia mainkan.

Hal ini membuat banyak penggemar klub, termasuk saya, yang menginginkan penggawa Nigeria ini dikontrak permanen. Penampilan apik Ighalo yang bisa diandalkan sejauh ini, terutama di kompetisi piala, membuatnya layak untuk diikat lebih lama. Torehan golnya kini sudah melebihi pencapaian Henrik Larsson ketika ia dipinjam tiga bulan pada awal tahun 2007.

Membicarakan pemain pinjaman terbaik yang pernah dimiliki United, Ighalo kini berada di barisan terdepan melampaui Larsson. Hal ini tidak lepas dari catatan gol dan kontribusinya sejauh ini. Carlos Tevez mungkin jauh lebih berkontribusi dari Ighalo, namun keputusan hijrah ke Manchester City membuatnya tidak bisa dimaafkan oleh penggemar United.

Namun, sebenarnya ada beberapa nama lain yang juga bermain baik ketika berstatus sebagai pemain pinjaman Setan Merah. Salah satunya adalah Les Sealey. Seorang penjaga gawang yang kehadirannya membantu United menyelamatkan karier seorang Sir Alex Ferguson.

Lee Martin mungkin dianggap sebagai pahlawan karena berkat golnya ke gawang Crystal Palace, United berhasil menjadi juara Piala FA 1990. Trofi pertama bagi Sir Alex Ferguson sebagai manajer United sekaligus menyelamatkan dirinya dari pemecatan. Akan tetapi, kemenangan tersebut juga tidak akan terjadi apabila Les Sealey tidak melakukan beberapa penyelamatan gemilang di bawah mistar gawang.

Ferguson sebenarnya tidak memiliki rencana untuk meminjam pemain. Namun pada Desember 1989, ia memutuskan untuk meminjam Les Sealey yang saat itu bermain bersama Luton Town. Situs resmi United menulis kalau durasi pinjaman Sealey saat itu tergolong singkat yaitu hanya satu bulan. Namun peminjaman singkat itu diharapkan bisa memberi dampak yang positif.

“Les (Sealey) adalah orang pendiam dan sederhana. Tapi dia adalah sosok pekerja keras dan memiliki selera humor tinggi. Dia sadar kalau bermain untuk United adalah sesuatu yang luar biasa dan dia memanfaatkannya sebaik-baiknya,” kata Brian McClair menilai rekan setimnya.

Durasi satu bulan jelas terasa sangat singkat. Meski tidak ada kesempatan yang diberikan kepada Sealey pada peminjaman pertama, namun Fergie sudah menyukai etos kerja Sealey. Hal ini yang kemudian membuat Fergie kembali meminjam Sealey pada bulan Maret. Barulah pada pertengahan April, Sealey mendapat kesempatan bermain ketika United menang melawan QPR dan Aston Villa.

Namun, dua kesempatan itu tidak membuatnya bisa melesat menjadi kiper utama. Posisi nomor satu United saat itu masih dikuasai oleh Jim Leighton. Penjaga gawang timnas Skotlandia itu sudah tiga tahun menjadi kiper utama United dan tidak ada yang bisa mengganggunya. Itulah yang terjadi setelahnya. Hingga akhir kompetisi, Jim masih menjadi kiper utama United. Bahkan ketika mereka memastikan diri ke langkah final Piala FA, Sealey tidak pernah lagi berdiri di bawah mistar.

Perjudian Sir Alex Ferguson

Final Piala FA 1989/1990 menjadi final pertama Sir Alex Ferguson sejak ia datang ke Manchester pada November 1986. Akan tetapi, jalannya pertandingan saat itu tidak sesuai dengan keinginannya. United bermain imbang 3-3 melawan Crystal Palace dengan dua gol Palace terjadi karena kesalahan antisipasi seorang Leighton. Tidak adanya babak adu penalti, membuat laga harus dimainkan kembali lima hari kemudian.

Jika United menang atau kalah pada pertandingan pertama, maka peminjaman Sealey resmi berakhir karena itu adalah pertandingan terakhir pada musim 1989/1990. Namun karena ada laga replay, maka peminjaman Sealey diperpanjang otomatis.

Pada momen inilah Ferguson melakukan perjudian besar. Leighton diistirahatkan pada perrtandingan ulang. Posisinya diberikan kepada Sealey yang hanya dua kali bermain di liga. “Saya berjudi dengan mengganti Jim Leighton dengan Les. Tapi saya tahu karakter dan kepribadian dia untuk bermain pada laga seperti ini,” tutur Ferguson dengan singkat.

“Setelah final pertama, saya melihat Leighton memegangi kepalanya dan terasa seperti dikalahkan. Saya mendekatinya dan memberikannya tepukan, tapi ia tidak menanggapinya. Ia terlihat sebagai orang yang sudah dikalahkan oleh saya,” tutur Fergie menambahkan.

Secara mengejutkan perjudian Fergie berhasil. Sealey tampil solid pada laga ulang ini. Mungkin dia sadar karena inilah kesempatan terakhir bagi United untuk bisa mendapatkan piala. Oleh karena itu, dia harus tampil bagus. Beberapa penyelamatan gemilang ia lakukan. Salah satunya adalah blok dia menggunakan kaki saat mengantisipasi sepakan bebas Andy Gray setelah ia berteriak kepada pagar betis kalau dia tidak bisa melihat.

United menang 1-0. Les Sealey membuat gawang United aman sepanjang 90 menit. John Motson, komentator pertandingan saat itu, menyebut kalau final Piala FA saat itu adalah ‘finalnya Les Sealey’.

“Para pemain Palace berusaha mengganggu saya di terowongan. Beberapa dari mereka memanggil saya b******n jelek, idiot, dan lain-lain. Palace mencoba menjatuhkan saya sekeras yang saya bisa, tapi mereka tidak sadar kalau saya bermain untuk karier saya sendiri,” tuturnya.

Di sisi lain, kekecewaan menyerang Leighton. Ia tidak bisa mendapat medali kejuaraan karena yang berhak mendapatkannya adalah yang bermain saja. Sealey mengambil inisiatif untuk memberikan medali juaranya kepada Leighton karena Leighton adalah orang yang membawa United bisa sampai ke final. Leighton sendiri menangis ketika tahu kalau ia tidak mendapat medali juara. Akan tetapi, permintaan itu ditolak.

“Saya merasakan apa yang ia rasakan kalau hasil imbang 3-3 melukai perasaannya yang kemudian mengganggu pikiran saya. Ia melakukan kesalahan dan itu bisa menghancurkan kariernya dan membuat kami kehilangan trofi,” kata Ferguson dalam otobiografinya, Managing My Life.

Sealey memaksa Leighton menerima medalinya, namun Leighton memasukan medali tersebut kembali ke jas Sealey. Sealey menemukannya kembali dan memberikannya kepada Bobby Charlton untuk memberikannya kepada Leighton yang kembali ditolak oleh si pemain.

Beruntung, FA kemudian memberikan medali kepada kedua pemain yang kemudian menjadi sahabat sejak kejadian itu. Atas kontribusinya pada final Piala FA tersebut, Sealey kemudian dikontrak secara permanen selama semusim oleh United.

“Les itu menjalani hari-harinya di United seperti hari ulang tahun. Dia selalu berkata kalau ia senang di sini. Kepribadiannya membuat ia bisa menyesuaikan diri dengan cepat. Dia tahu kapan harus santai, marah, lucu, atau kadang-kadang merasa sakit,” kata Mike Phelan.