Foto: Independent

Ketika hari sudah memasuki tanggal 22 Maret, Steven Gerrard mungkin akan mematikan akun media sosialnya selama 24 jam. Karena pada tanggal tersebut, akan muncul gambar dirinya ketika berjalan lesu keluar stadion Anfield setelah dirinya melakukan sebuah aksi konyol pada pertandingan North West Derby terakhirnya.

Babak pertama pertandingan Liverpool melawan Manchester United sudah berakhir dengan keunggulan 0-1 bagi tim tamu. Juan Mata mencetak gol setelah menerima bola Ander Herrera. Brendan Rodgers merasa kalau lini tengahnya tidak sanggup menahan kokohnya duet Marouane Fellaini dan Ander Herrera. Oleh karena itu, Gerrard dimasukkan untuk menggantikan Adam Lallana.

Gerrard adalah biang kerok Setan Merah. Sembilan golnya ke gawang United menjadikan dirinya sebagai top skor Liverpool di North West Derby. Musim sebelumnya, ia tiga kali menendang penalti ke gawang De Gea. Belum lagi melihat aksinya yang selalu mencium kamera setiap mencetak gol di Old Trafford. Tambah menyebalkan bukan?

Segalanya berjalan dengan lancar. Gerrard beberapa kali diminta untuk melakukan build up serangan oleh rekan-rekannya. Kesan ngotot langsung diperlihatkan ketika ia menerjang Juan Mata yang tubuhnya jauh lebih kecil dibanding dirinya. Aksinya saat itu menimbulkan gemuruh dari seluruh Anfield. Namun enam detik kemudian, gemuruh tersebut berubah menjadi teriakan penuh rasa tidak percaya.

Menerima bola dari Mamadou Sakho, Gerrard memberikan umpan ke Jordan Henderson. Disaat ia memberikan umpan, ada kaki Ander Herrera yang mencoba melakukan tekel. Tekel tersebut bisa dikendalikan Herrera, namun kaki Gerrard gatal untuk tidak berkenalan dengan tulang kering pemain Spanyol tersebut. Injakkan tidak bisa dielakkan.

Martin Atkinson adalah salah satu wasit terbaik Premier League. Ia melihat aksi tersebut dan jebret, seketika kartu merah diberikan kepada Gerrard. “Itu mengejutkan..sangat mengejutkan” kata Peter Drury yang menjadi komentator pertandingan. Gerrard hanya berada di lapangan selama 38 detik saja yang membuatnya mendapat sindiran dari mantan rekan setimnya.

“Steven Gerrard adalah pemain yang emosional. Terkadang ia bermain tidak menggunakan otak, tapi dengan perasaan. Dalam beberapa laga besar ia kerap tidak bermain dengan kepala dingin, tidak bermain dengan penuh perhitungan,”

“Itulah yang terjadi pada pertandingan melawan United. Ia terkena kartu merah karena bermain tidak dengan otaknya. Ia bermain dengan perasaan. Tidak hanya pertandingan melawan United saja, tetapi juga Everton. Melawan tim yang ia benci, ada perasaan benci yang akan muncul, meski sedikit, yang ia bawa ke dalam pertandingan,” tutur Carragher.

Gerrard pasrah. Ban kapten yang sudah ia pegang kembali dilempar ke Jordan Henderson. Aksi ini seperti tanda kalau Gerrard sebenarnya tidak usah main pada laga itu. Ia hanya bisa menggeleng mengingat apa yang sudah terjadi selama 38 detik.

“Segala sesuatu tentang pertandingan di hari itu adalah persoalan pribadi yang sangat menyakitkan. Saya seharusnya keluar dengan penuh amarah tetapi justru patuh dan amarah berubah menjadi keputusasaan. Para pendukung Manchester United berbahagia di atas penderitaan saya,” kata Gerrard dalam autobiografinya.

Yang menarik, permainan Liverpool justru membaik. Sebuah isyarat kalau Gerrard memang tidak usah bermain pada pertandingan tersebut. Sempat tertinggal 2-0, Liverpool bisa memperkecil kedudukan melalui Daniel Sturridge. Pada akhirnya, United tetap keluar sebagai pemenang. Namun narasi utama dari pertandingan tersebut adalah kartu merah kilat bagi Steven Gerrard.

Perjalanan Gerrard pada musim 2014/15 memang begitu dramatis mengingat musim itu menjadi musim terakhirnya bersama Si Merah. Dikartu merah dalam derby North-West terakhirnya, kalah dalam pertandingan kandang terakhirnya, dan dibantai Stoke pada laga terakhirnya sebagai penggawa Liverpool.

Meski begitu, nama Gerrard akan selalu dikenang sebagai pemain hebat oleh para pendukung Liverpool. Momen dramatis melawan Olympiacos, malam ajaib di Istanbul, dan aksi heroik di Cardiff pada final Piala FA 2006 akan selalu mendapat tempat di hati mereka.

Akan tetapi, Gerrard akan selalu dikenang sebagai pemain yang penuh dengan cerita sedih oleh para penggemar United. Tidak punya gelar Premier League, terpeleset, kartu merah kilat, dan ciuman ke kamera adalah beberapa adegan yang membuat kisah Steven Gerrard di Premier League patut dikemas dalam sebuah film. Seperti yang dikatakan Gerrard dalam buku autobiografinya, para penggemar United akan selalu bahagia jika membahas soal Stevie G.