Sukses di Portugal membuat nama Bobby Robson diincar klub-klub besar. Pada April 1996, Barcelona mulai mendekati Robson untuk menjadi pelatih mereka berikutnya. Saking percayanya pada Mourinho, Robson bahkan harus meminta saran pria Setubal tersebut sebelum akhirnya menyetujui tawaran El Barca.

Robson takut kehilangan Mourinho, makanya dia meminta saran dari sahabat terbaiknya tersebut. Dilansir dari The Times, Blaugrana hanya meminta Robson untuk datang sendiri tanpa membawa asisten. Presiden mereka, Josep Nunez, sudah menawarkan sosok Jose Ramon Alexanco sebagai asisten Robson. Kebiasaan Mourinho yang nyolot di depan media ditakutkan akan membuat ruang ganti Barca menjadi tidak stabil mengingat ia juga bisa bahasa Catalan.

Tidak mau kehilangan sahabatnya, Robson kemudian meminta Barcelona mengubah tawarannya. Ia bersedia menjadi pelatih Barcelona asalkan Mourinho tetap ikut bersamanya. Permintaan itu akhirnya disetujui sebulan berselang.

“Dia membawa saya ke salah satu klub terbaik dunia. Saya berutang banyak kepadanya karena saya bukanlah siapa-siapa di sepakbola saat dia pertama kali di Portugal,” tutur Mourinho.

Bersama klub Catalan tersebut, Mourinho tidak hanya sebatas penterjemah Robson sebagai jembatan antara manajemen dan media. Lebih dari itu, dia mulai menjalani peran sebagai asisten pelatih dan mulai menjalani peran yang lebih teknis ketimbang sebelumnya.

“Ketika dia datang, status dia penerjemah. Tetapi dia juga menjadi asisten pelatih. Dua peran tersebut tidak sesuai dan baru terlihat dalam dua hingga tiga pertandingan kalau tugasnya sebagai asisten jauh lebih banyak ketimbang penerjemah,” tutur salah satu orang dalam Barcelona.

Laga melawan Athletic Bilbao dalam lanjutan La Liga 1996/1997 menjadi penegas bagaimana status Mourinho sudah tidak cocok lagi disebut penerjemah Robson. Dalam laga di San Mames tersebut, terjadi konfrontasi yang melibatkan pelatih Bilbao, Luis Fernandez.

Akan tetapi, Robson tidak ingin terlibat. Sebaliknya, Mourinho yang pasang badan. Dia begitu berani menantang Fernandez yang pengalaman melatihnya jauh dibanding Mourinho. Apa yang diucapkan Fernandez selalu dibantah. Saling dorong bahkan tidak bisa dihindari. Sesuatu yang membuktikan kalau Mourinho sudah cocok menjadi pelatih.

Tidak hanya menjadi penerjemah sekaligus asisten, Mourinho juga dituntut untuk selalu dekat dengan para pemain Barcelona. Kebalikan dengan Robson yang seolah menjaga jarak demi profesionalitas. Hubungan baiknya dengan beberapa pemain membawa hasil yang positif.

Bersinarnya Ronaldo Luiz Nazario de Lima disebut-sebut ada andil dari Mourinho. Mourinho yang memiliki bahasa ibu yang sama dengan Ronaldo membuat pemain tersebut bisa mencetak 47 gol dari 49 pertandingan. Selain itu, beberapa pemain lain pun didekati oleh Mourinho termasuk Pep Guardiola dan Luis Enrique. Mereka bertiga seringkali pergi ke klub malam bersama Mourinho.

“Kami berbicara banyak hal dan kalau kami memiliki keraguan atau pertanyaan tentang sesuatu, maka kami akan bertukar ide. Tetapi saya tidak tahu apakah hal itu bisa disebut sebagai pertemanan atau tidak karena dia adalah asisten Robson sementara saya adalah pemain,” tutur Guardiola.

Sementara Mourinho berkata, “Anda tak bisa membantu, tapi bisa belajar tentang hubungan antar manusia. Pemain di level tersebut tak mau mendengar apa yang dia katakan hanya karena alasan autoritas. Anda harus membuktikan apa yang Anda katakan benar. Cerita tentang ‘siapa yang paling tua itu yang benar’ tidak bisa diterapkan di klub ini. Pelatih adalah pembimbing sementara saya membimbing dan sama-sama belajar.”

Robson dan Mourinho membawa Barcelona meraih tiga trofi dengan salah satunya adalah Piala Winners. Namun, kegagalan di liga membuat Robson kembali kehilangan jabatannya. Menurut Mourinho, kegagalan Robson disebabkan karena sahabatnya tersebut lebih memikirkan lini depannya ketimbang lini belakang.

“Bobby Robson tidak begitu tertarik dengan apa yang disebut sebagai sistem. Dia terlalu gemar dengan permainan menyerang. Bila kami membagi gim dalam tiga area yaitu belakang, tengah, dan depan, maka dia selalu fokus ke sektor yang ketiga. Tugas saya adalah membuat bagaimana dua lini sisanya bisa membuat sistem ini menjadi seimbang.”

Kembali kehilangan pekerjaan membuat Robson memutuskan untuk beristirahat sementara dari sepakbola. Barca pun akhirnya menunjuk Louis van Gaal sebagai pengganti. Hanya bekerja sendirian membuat Mourinho memikirkan untuk ikut beristirahat. Namun, Robson meminta Mourinho untuk tetap bertahan yang akhirnya disetujui olehnya. “Dia anak muda yang arogan yang tidak terlalu respek terhadap kepemimpinan seseorang, tetapi itulah yang saya suka darinya,” tutur Van Gaal.

Akan tetapi, hubungan keduanya tidak terjalin dengan baik. Van Gaal tidak mau Mourinho ada di dekatnya. Konsep serta pendekatan pemain yang dilakukan pun berbeda. Yang paling terlihat, Mourinho sudah tidak diizinkan untuk duduk di sebelah Van Gaal melainkan harus duduk di tribun.

“Di tribun, dia akan bertugas melihat lawan yang dihadapi Barca. Pada jeda babak pertama, dia akan ke ruang ganti dan memberi laporan kepada Van Gaal yang nantinya akan diteruskan kepada anggota tim,” tutur salah satu staf Barcelona.

Segala perbedaan di antara keduanya membuat Mourinho jengah. Kegagalan Barcelona memenangi Liga Champions di ulang tahunnya yang ke-100 membuat Van Gaal hanya bertahan selama dua musim saja. Mengetahui Van Gaal sudah tidak lagi berada di Camp Nou, Mourinho pun ikut-ikutan keluar dan mulai berpikir untuk merintis karier sebagai pelatih utama.

Meski cerita sebagai penterjemah dan asisten pelatih tidak berakhir bahagia, namun kesempatan Mourinho merasakan kursi pelatih hadir berkat bantuan Van Gaal. Dalam beberapa laga uji coba, Mourinho kerap memimpin tim dari pinggir lapangan. Barcelona B bahkan pernah ia pimpin dan membawa mereka menjuarai Copa Catalunya.

Sumber: The Times, FourFourTwo, Guardian, Telegraph