Foto: Pundit Arena

Pemain yang sebelumnya diharapkan bisa menjadi penerus Paul Scholes, kini terdampar di kompetisi divisi keempat (League Two) bersama Salford City.

Apakah Anda masih ingat dengan pemain yang namanya Darron Thomas Daniel Gibson atau yang akrab dengan nama Darron Gibson? Pemain yang bisa dibilang menjadi salah satu jebolan akademi United terbaik era 2010-an mengejutkan banyak pihak setelah memutuskan untuk membela klub League Two, Salford City.

Sepekan setelah kedatangan James Wilson, yang juga mantan pemain Setan Merah, Salford meresmikan pemain kelahiran Derry ini dengan kontrak jangka pendek selama enam bulan atau hingga akhir musim 2019/2020 mendatang.

Karena statusnya yang sedang tanpa klub, maka pemain berusia 32 tahun ini bisa didatangkan sewaktu-waktu. Datangnya tawaran dari Salford ini jelas tidak ingin ia lewatkan mengingat sudah delapan bulan ia tidak bermain sepakbola setelah dilepas oleh Wigan Athletic pada akhir musim 2018/2019 lalu.

“Ini tantangan yang saya nantikan. Tantangan baru. Saya suka kemana klub ini menuju, mencoba untuk promosi dan saya berharap bisa banyak terlibat. Saya tidak bermain selama beberapa waktu dan saya berharap bisa kembali bermain dengan baik. Saya suka dengan ide-ide dari manajer dan saya siap untuk bermain,” ujarnya.

Diresmikannya Darron Gibson oleh Salford City memang tergolong mengejutkan. Di usianya yang baru 32 tahun, ia sudah terdampar di kompetisi League Two yang merupakan kompetisi level keempat dalam struktur piramida sepakbola Inggris.

Jika melihat dari usianya, maka Gibson masih jauh dari kata pensiun. Bahkan bermain di klub-klub papan bawah Premier League masih sangat cocok. Kalaupun harus terdepak, kompetisi Championship bisa menjadi wadah untuk tempatnya berkarier alih-alih nyasar hingga divisi keempat. Sayangnya, realita itu yang harus dijalani oleh pemain yang pernah dipinjamkan ke Wolverhampton tersebut.

Sering Mencetak Gol-Gol Penting

Sangat disayangkan memang melihat pemain seperti Darron Gibson harus bermain untuk kesebelasan League Two. Kita tentu masih ingat betapa hebatnya ia saat namanya pertama kali masuk dalam tim utama Manchester United. Betapa bagusnya ia mengawal lini tengah timnya dan memiliki visi layaknya seorang playmaker.

Yang paling menonjol adalah kelebihannya yaitu memiliki tendangan keras. Hal ini membuat bisa mencetak gol dari luar kotak penalti. Enam dari 10 golnya bersama United dibuat dari luar kotak. Bahkan, ia juga beberapa kali mencetak gol-gol penting.

Ia pernah melakukan itu ke gawang Hull City pada pekan terakhir Premier League 2008/2009. Dua kali Tottenham Hotspur ia kalahkan dari luar kotak penalti. Yang paling spesial sudah pasti golnya ke gawang Bayern Munich pada perempat final Liga Champions 2009/2010 dan golnya ke gawang Schalke pada leg kedua semifinal Liga Champions 2010/2011 yang membawa Setan Merah melaju ke final.

“Anda bisa lihat penampilan Gibson melawan Bayern. Itu adalah gol yang tidak bisa diabaikan. Ini kontribusi yang biasa kami dapatkan dari Paul Scholes. Dia sering memberikan saya 12 sampai 14 gol dari lini tengah sepanjang waktu dan sekarang kami memiliki pemain seperti itu untuk sementara waktu,” kata Sir Alex Ferguson.

Namun, karier Gibson di Manchester United lebih banyak menjadi pemeran pembantu ketimbang pemeran utama. Ia sama sekali tidak bisa menggeser nama-nama seperti Michael Carrick atau Paul Scholes. Bahkan Fergie lebih memilih untuk memainkan Tom Cleverley alih-alih dirinya ketika Scholes sudah pensiun. Pada pertengahan musim 2011/2012, ia kemudian dilepas ke Everton. Sebuah keputusan berat yang pernah dilakukan Ferguson.

“Darron Gibson adalah contoh pemain yang membuat kita berada di persimpangan apakah dia menjadi pemain utama atau tidak. Dia punya kualitas yang berbeda dari pemain tengah lainnya. Keputusannya berat diantara dia dengan Tom Cleverley. Fisik Cleverley tidak bagus, tapi ia berani dan tampil seperti singa dan kakinya juga bagus untuk mencetak gol. Saya akhirnya memilih Cleverley,” ujar Fergie dalam otobiografinya.

Riwayat Cedera dan Sikap Tidak Disiplin

Setelah hijrah ke Everton, karier seorang Darron Gibson perlahan-lahan meredup karena cedera. Pada musim ketiga bersama Everton, ia menderita cedera ligamen yang membuatnya absen sangat panjang. Sayangnya, cedera Gibson juga diikuti dengan sikap tidak disiplinnya di luar lapangan. Sebuah kombinasi yang lengkap untuk membuat karier sepakbolanya menjadi terhambat.

Ia pernah menjadi tersangka tabrak lari dan menerima hukuman larangan menyetir selama 20 bulan karena menabrak tiga pengemudi sepeda akibat mengendarai mobil di bawah pengaruh alkohol pada tahun 2015. Hal ini kemudian membuatnya kehilangan tempat di skuat Everton asuhan Ronald Koeman dan bahkan sempat terdampar di tim cadangan.

Beruntung karier sepakbolanya diselamatkan oleh David Moyes yang saat itu melatih Sunderland. Moyes pula yang merekerut Gibson dari United ketika ia masih menjadi manajer di Everton. Namun, pemain yang sekarang berusia 32 tahun ini kembali berulah. Pada pra-musim melawan Celtic, ia menyebut kalau timnya ‘f***ing s**t’ karena menderita kekalahan.

Pada Maret 2018, ia diskorsing oleh klubnya karena didakwa mengemudi dengan kondisi mabuk yang mengakibatkan kecelakaan hingga mobil Mercedes yang ia kendarai rusak parah. Pada akhir musim kompetisi 2017/2018, ia dilepas oleh The Black Cats. Ia juga pernah terlibat adu mulut dengan suporter Sunderland dalam kondisi mabuk setelah timnya dipastikan terdegradasi semusim sebelumnya. Ia kemudian memperkuat Wigan Athletic, namun kariernya hanya bertahan satu musim sebelum kemudian menganggur selama enam bulan hingga ia dikontrak oleh Salford.

Sikap tidak disiplinnya Gibson sebenarnya sudah tercium saat masih membela Manchester United. Pada laga terakhir bulan Desember 2011, tepat di hari ulang tahun Sir Alex Ferguson, Gibson tidak dimainkan pada laga melawan Blackburn meski ia sebenarnya tidak mengalami cedera apa pun dan lini tengah United sedang mengalami masalah.

Setelah diselidiki, ternyata Gibson keluyuran pada malam sebelum laga dan berpesta sampai mabuk bersama Jonny Evans. Beberapa media Inggris berspekulasi kalau Wayne Rooney juga terlibat meski kemudian dibantah langsung oleh Sir Alex Ferguson.

Gibson bukannya pemain yang buruk. Sebaliknya, dia punya talenta yang seharusnya bisa membawanya berada sejajar dengan pemain-pemain elite dunia. Sayangnya, bakat itu tidak diimbangi dengan sikap disiplin di dalam maupun di luar lapangan yang membuat nasibnya kerap penuh dengan ketidak jelasan.