Beberapa waktu lalu, Manchester United kembali kalah dari kesebelasan asal Spanyol pada turnamen kejuaraan Eropa. Hal ini menandakan betapa sulitnya United ketika menghadapi kesebelasan dari negara penyuka adu banteng tersebut.
Meski begitu, ada beberapa pertandingan dimana United tampil sangat heroik ketika bermain melawan wakil Spanyol. Salah satunya adalah yang terjadi pada tanggal hari ini 38 tahun lalu ketika United membalikkan keadaan setelah tertinggal pada leg kedua perempat final Piala Winners Eropa.
Datang dengan defisit dua gol sebenarnya tidak terlalu sulit bagi United. Akan tetapi situasinya saat itu adalah United sudah bukan tim terkuat lagi di Inggris. Sedangkan Barcelona, meski situasinya sama seperti United, mereka tetap dianggap kesebelasan kuat karena memiliki superstar dalam diri seorang Diego Maradona.
Belum lagi Barcelona dipimpin pelatih kharismatik, Cesar Luis Menotti. Pria yang hobi merokok ini adalah otak di balik keberhasilan Argentina menjuarai Piala Dunia 1978. Ia dikenal sebagai pelatih yang memiliki taktik menyerang.
Dipimpin wasit asal Italia Paolo Casarin, United yang memainkan skuad terbaiknya langsung menekan sejak awal pertandingan. Kubu Catalan tidak bisa leluasa menguasai bola karena setiap kali Maradona menguasai bola, Remi Moses serta Graeme Hogg langsung menutup pergerakan si nomor 10. Moses bahkan saat itu tidak segan-segan untuk menghentikan langkah pemain Barca dengan melanggarnya.
“Maradona mengelilingi lapangan seperti dia yang mempunyai Old Trafford. Ia bahkan mencetak gol saat latihan dan berlari mengelilingi lapangan seperti mengejek para penonton yang hadir,” kata Andy McMinn, salah satu pendukung United yang hadir saat itu.
Setan Merah kemudian unggul di menit 22 setelah sepak pojok Ray Wilkins yang disundul Graeme Hogg dapat diteruskan oleh si kapten marvel Bryan Robson dengan melakukan sundulan sambil menjatuhkan diri. Skor 1-0 bertahan hingga akhir babak pertama. Enam menit babak kedua dimulai, Robson kembali mencetak gol kedua United setelah memanfaatkan bola Rebound tendangan Ray Wilkins. Pemain yang mengantongi 99 gol bersama setan merah ini melakukan selebrasi dengan mengangkat kedua tangan dan memicu keriuhan di Stretford End.
Agregat kemudian menjadi milik United setelah Frank Stapleton memanfaatkan header pass dari Norman Whiteshide dua menit setelah gol Robson. Keunggulan 3-0 (agregat 3-2) membuat suporter yang memadati Old Trafford menjadi riuh. Martyn Tyler komentator pada pertandingan tersebut mengatakan, “dua gol dalam dua menit. Malam yang luar biasa bagi Manchester United.” Skor ini bertahan hingga akhir pertandingan.
Manchester United memang bersemangat sekali untuk menambah keunggulan. Bahkan ketika wasit sudah meniup peluit panjang, Kevin Moran, bek tengah United, masih menggiring bola hingga tengah lapangan. Ia baru sadar kalau pertandingan sudah berakhir ketika melihat para pendukung United masuk ke lapangan.
Mereka merangsek ke lapangan untuk memberikan selamat kepada para punggawa setan merah. Mereka kemudian mengerubungi Bryan Robson yang dianggap sebagai pahlawan. Para penonton itu mengangkat tinggi-tinggi pemain yang memakai nomor punggung tujuh tersebut. Pengoleksi dua titel liga Inggris tersebut mengungkapkan bahwa saat itu merupakan malam yang gila di Old Trafford.
“Itu merupakan malam yang sangat gila. Saya berada cukup jauh dari terowongan ruang ganti jadi saya tidak punya kesempatan untuk masuk kesana. Nama saya dinyanyikan berulang-ulang dan mereka menepuk-nepuk punggung saya sampai saya merasa kesakitan. Tapi malam itu adalah malam yang pantas anda kenang. Sekaligus malam yang terbaik bagi saya selama 13 tahun berada di Manchester.” Ungkap Robbo (panggilan akrab Robson) tiga tahun lalu.
Selain penampilan apik Manchester United saat itu, atmosfer dan gairah dari para pendukung setan merah yang hadir di Old Trafford juga mendapat sorotan. Beberapa suporter yang hadir bahkan disebut-sebut sangat beruntung karena bisa menjadi saksi kehebatan dari kesebelasan Manchester United yang dapat memperbalikkan ketertinggalan agregat.
“Tribun itu tampak seperti kawanan lebah. Keriuhan itu bahkan membuat saya tidak bisa mendengar bunyi peluit. Saya kasihan sebenarnya pada Robson karena ada sekitar 1000an orang yang berlari menghampirinya. Saya pulang ke rumah dengan suara saya yang serak. Saya bahkan tidak bisa bicara apa-apa di sekolah karena serak. Begitupun teman saya yang juga penggemar United.” Ujar Andrew Shortman pendukung United yang kala itu masih berusia 15 tahun.
Jika Andrew bermasalah dengan suaranya, lain lagi apa yang dialami Mark Hutton. Mark yang juga masih berusia 15 tahun saat itu justru bermasalah dengan pendengaran setelah pertandingan kelar. Ia mengatakan, “Kuping saya berdengung sampai saya pulang ke rumah. Tapi atmosfer tersebut tidak ada tandingannya. Hingga saat ini saya bangga bisa mengatakan bahwa saya beruntung berada di situ (Old Trafford) bersama 58.000 orang lainnya.
Sayangnya langkah United terhenti di semifinal setelah kalah agregat 3-2 dari Juventus. Si nyonya besar menang 2-1 di turin setelah di leg I mereka menahan imbang 1-1 United. Meski langkah setan merah terhenti, namun pertandingan ini tak akan lekang oleh waktu. Dan malam itu juga membuktikan bahwa Old Trafford akan selalu hadir dan selalu mendukung setan merah dengan kebisingan-kebisingan di setiap pertandingannya. Kita berharap kebisingan itu akan hadir pada 9 April nanti. Semoga.
Manchester United:
Bailey, Duxbury, Moran, Hogg, Albiston, Muhren, Wilkins, Robson, Moses, Stapleton, Whiteside
Barcelona
Urrutti, Gerardo, Julio Alberto, Alexanko, Moratalla, Alonso, Victor, Schuster, Rojo, Marcos, Maradona