Foto: Independent

Jika Anthony Martial tidak mengalami cedera pada saat itu, belum tentu Marcus Rashford berhasil mengukir sejarah yang kemudian membawanya menjadi andalan Manchester United hingga saat ini.

Siapa di dunia ini yang mau mendapat bencana? Nyaris seluruh umat manusia tidak ingin mendapat bencana dalam kehidupannya. Akan tetapi, manusia sulit memprediksi kapan bencana itu akan muncul. Jika sudah terjadi, maka yang bisa dilakukan manusia adalah berserah diri dan sabar dalam menghadapi cobaan tersebut.

Bencana menjadi sesuatu yang harus diterima oleh Louis van Gaal pada 25 Februari 2016 (26 Februari 2016 waktu Indonesia). 30 menit sebelum Manchester United memulai kick-off melawan Midtjylland, Anthony Martial mengalami cedera hamstring di kaki kanannya dan langsung menuju ruang ganti. Naas, Martial tidak bisa bermain pada pertandingan tersebut.

Peran Martial saat itu memang sangat krusial. Dia adalah andalan Setan Merah sepanjang musim yang penuh gejolak tersebut. Nyaris semua golnya memiliki nilai yang berarti bagi perjalanan United. Kehilangannya saat itu jelas merugikan karena United sedang tertinggal 2-1 dari wakil Denmark tersebut.

Van Gaal tidak punya pilihan lain. Dituntut untuk harus menang, ia akhirnya menurunkan penyerang berusia 18 tahun dengan nomor punggung 39 bernama Marcus Rashford. Layaknya pemain akademi yang pertama kali naik ke tim utama, nyaris tidak ada ekspektasi tinggi yang diberikan selain nikmatilah pertandingan sebaik-baiknya.

Namun, selalu ada berkah dibalik sebuah musibah. Inilah yang membuat mengapa musibah atau bencana itu tidak perlu diratapi berlarut-larut. Sosok Rashford justru menjadi bintang lapangan yang membuat United kemudian berbalik unggul secara agregat.

Tertinggal melalui gol Pione Sisto, United kemudian menyamakan kedudukan melalui gol bunuh diri Bodurov. Sempat berpeluang unggul pada akhir babak pertama, namun sepakan penalti Juan Mata gampang dibaca penjaga gawang Midtjylland dan skor 1-1 (tim tamu unggul agregat 3-2) bertahan hingga babak pertama selesai.

Pada menit ke-63, Juan Mata berhasil memberi umpan cut back sebelum bola keluar lapangan. Umpan tersebut berhasil diselesaikan Rashford yang membuat agregat menjadi sama 3-3. Ketika laga tinggal menyisakan 15 menit, ia membuat gol keduanya memanfaatkan asis Guilermo Varela. United berbalik unggul agregat 4-3. Dua gol kemudian berhasil ditambah Setan Merah melalui Ander Herrera dan Memphis Depay untuk melengkapi kemenangan menjadi 5-1 (agregat 6-3).

United menang dengan telak, dan malam itu menjadi malam yang jelas tidak bisa dilupakan oleh seorang Rashford. Tidak diprediksi bakal bermain, ia justru menjadi bintang lapangan dengan dua golnya. Dua gol yang dibuat melalui penempatan posisi yang apik dari si pemain sesuai arahan yang diberikan Van Gaal pada jeda babak pertama.

“Pada babak pertama, saya bermain baik tapi tidak mencetak gol dan saya ingat manajer berkata kalau saya bermain bagus dan saya harus berdiri di tengah agar gol datang, dan itulah yang terjadi. Dua gol yang datang di waktu yang tepat.”

“Sulit untuk menggambarkan emosi dari pertandingan tersebut karena Anda tidak akan tahu apa yang akan terjadi selain menikmati pertandingannya. Jujur, saya tidak bisa tidur pada saat itu meski besoknya saya harus sekolah. Dari laga melawan mereka hingga laga melawan Arsenal, tidur saya tidak bisa nyenyak,” kata Rashford kepada Inside United.

Dua gol Rashford membuat namanya menjadi pencetak gol termuda United di kompetisi Eropa menggusur George Best. Rekor ini kemudian patah pada 2019 lalu saat Mason Greenwood mencetak gol ke gawang Astana. Namun yang paling penting, dua gol tersebut menandakan kalau United akan kedatangan bintang baru. Pemain muda yang membuat pilihan Van Gaal di lini depan menjadi bervariasi di tengah Martial yang cedera dan Wayne Rooney yang mulai menurun.

Sensasi pemain jebolan Fletcher Moss Rangers ini tidak mau berhenti. Tiga hari kemudian, ia kembali mencetak dua gol dalam debut Premier League melawan Arsenal. Yang menarik, Van Gaal sempat menyebut kalau Rashford tidak akan bermain pada laga melawan Gunners. Sebuah jawaban yang mengejutkan sebelum Van Gaal meralat ucapannya kalau dia mengira wartawan bertanya tentang Marcos (Rojo) dan bukan Marcus. Pada 20 Maret, ia mencetak gol tunggal kemenangan United melawan Manchester City dan menjadi pencetak gol termuda dalam partai derby pada era Premier League.

Delapan gol dibuat oleh Rashford hingga musim 2015/2016 berakhir. Sebuah pencapaian yang luar biasa untuk pemain yang hanya bermain 18 pertandingan. United kemudian bergerak cepat dengan mengikat Rashford hingga musim panas 2020 sebelum diperpanjang lagi hingga 2023.

Sudah menjadi tabiat media Inggris untuk gempar jika ada pemain muda yang membuat sensasi. Begitu pula yang terjadi kepada Rashford. Perhatian besar mulai mengarah kepadanya termasuk rencana pemanggilan namanya ke timnas Inggris yang akan ikut serta pada Euro 2016.

Saat itu, Rashford sebenarnya lebih dulu diharapkan bermain untuk tim U-21 demi jam terbang. Akan tetapi, Roy Hodgson sudah gatal untuk membawanya ke tim senior. Bahkan Nicky Butt melarang dan menganggap panggilan ke timnas senior terlalu cepat bagi dirinya. Akan tetapi, segalanya berubah ketika ia mencetak gol ke gawang Australia pada laga uji coba di Stadium of Light. Sebuah gol yang langsung membawa Rashford ke turnamen internasional pertamanya. Sejak saat itu, Marcus terus berkembang dan menjadi bintang United sampai sekarang.

Entah apa jadinya jika saat itu Anthony Martial tidak mengalami cedera dan bermain 90 menit melawan Midtjylland. Bisa saja kita tidak melihat Rashford melangkah ke tim utama. Hal itu sebenarnya bisa terjadi mengingat Van Gaal sebenarnya lebih memprioritaskan Will Keane pada awalnya sebagai striker pelapis Anthony Martial dan bukannya Rashford.