Dalam beberapa musim terakhir, Manchester United kerap mendapat hasil bagus tiap kali bertanding ke Stamford Bridge. Dalam enam laga terakhir, mereka tidak pernah kalah tiap kali bertanding di sana. Musim ini, mereka bahkan bisa membawa pulang satu poin meski kondisi tim saat itu sedang berantakan pasca pemecatan Ole Gunnar Solskjaer.
Namun sebelum mereka sering mendapat hasil positif, Stamford Bridge adalah kandang yang cukup sulit dikalahkan oleh mereka. Sejak 2002, mereka sulit menang di semua kompetisi. Butuh sembilan tahun bagi Sir Alex Ferguson saat itu untuk mematahkan tabu tersebut. Kejadiannya terjadi pada tanggal hari ini sembilan tahun yang lalu.
Keberhasilan mengalahkan Marseille membuat United sukses melangkah ke babak perempatfinal Liga Champions. Undian mempertemukan mereka dengan Chelsea yang juga lolos setelah mengalahkan Copenhagen. Leg pertama berlangsung di Stamford Bridge.
Banyak yang menjagokan Chelsea untuk menang pada pertemuan tersebut. Hal ini tidak lepas dari rekor buruk United ketika bermain di sana. Bahkan sebulan sebelumnya, United kalah 1-2 yang membuat catatan empat kemenangan beruntun mereka terhenti.
Sir Alex memainkan formasi 4-4-2 dengan menempatkan Wayne Rooney dengan Javier Hernandez di lini depan. Sisi sayap yang menjadi sumber kekuatan klub diisi oleh Antonio Valencia dan Park ji-Sung. Yang menarik, Ryan Giggs justru dimainkan sebagai gelandang tengah oleh Michael Carrick. Namun pada praktiknya, Giggs akan bertukar posisi dengan Park.
United tidak memulai laga dengan baik. Mereka kesulitan untuk menembus lini belakang Chelsea. Sebaliknya, tuan rumah mengancam melalui sepakan keras Didier Drogba yang masih bisa diblok oleh Edwin van der Sar.
Dengan penuh kesabaran dan ketelitian, United justru membuka keunggulan pada menit ke-24. Ryan Giggs yang bertukar posisi dengan Park, menerima bola panjang dari Michael Carrick. Sentuhan pemain Wales ini mengecoh Jose Bosingwa. Giggs memberi umpan cut back yang diteruskan dengan baik oleh Rooney.
Gol tersebut membuat Chelsea tersengat. Drogba melepaskan sebuah umpan kepada Torres yang mengecoh Van der Sar. Bola kiriman pemain Pantai Gading tersebut membentur tiang. Rebound dari Frank Lampard tidak sempurna sehingga bola bisa dihalau oleh Patrice Evra tepat di garis gawang.
Situasi tidak banyak berubah pada babak kedua. United lebih sering tertekan dan hanya sesekali melakukan serangan. Ferguson mencoba untuk mempertahankan keunggulan ini karena satu gol tandang menjadi modal yang cukup bagus. Lagipula, Fergie sudah mengatakan dalam konferensi pers sebelum laga kalau targetnya saat itu hanya mengincar gol tandang. Syukur-syukur jika bisa ditutup dengan kemenangan.
Beruntung, lini tengah dan lini belakang United tampil cukup baik. Salah satu yang menonjol adalah Edwin van der Sar. Penjaga gawang Belanda ini tampil cukup tangguh. Tidak ada satu pun dari sepuluh tendangan yang mengarah ke gawangnya berhasil menjadi gol. Salah satu penyelamatan terbaiknya adalah ketika ia menepis sundulan Torres sambil menjatuhkan diri.
Penggemar Chelsea dan Carlo Ancelotti berang ketika Ramires dijatuhkan oleh Patrice Evra pada menit-menit terakhir pertandingan. Melihat tayangan ulang, Evra dengan telak menjatuhkan penggawa asal Brasil ini. Akan tetapi, wasit Undiano Mallenco menolak memberikan penalti.
“Tidak mudah memberi penalti di menit terakhir. Kamu harus punya kepribadian, keberanian, dan karakter. Tidak semua wasit punya karakter seperti itu. Padahal, itu jelas penalti. Sangat jelas. Saya kecewa, tetapi ini hasilnya. Bukan hanya wasit, tetapi asisten yang tidak memberikan penalti. Para pemain merasa sedih,” kata Carlo Ancelotti.
Jika Carletto sedih, maka lain halnya dengan Sir Alex Ferguson. Ia begitu gembira karena berhasil menang, mendapat gol tandang, dan tidak kebobolan. Selain itu, ia juga berhasil memutus tabu Stamford Bridge yang sudah berlangsung sejak 2002.
Ia juga gembira karena Wayne Rooney kembali mencetak gol. Satu golnya di London adalah gol keempatnya dalam dua laga terakhir bersama United. Gol yang membuat hubungan keduanya mulai kembali akur mengingat Sir Alex dan Rooney sempat berseteru yang membuat si pemain tertarik untuk pindah.
“Dia sekarang lebih teratur mencetak gol. Pada fase terakhir musim ini, dia akan menjadi pemain penting. Gol yang penting dan kami senang dengan penampilan itu. Kami tetap harus berhati-hati dan memberikan performa yang terbaik pada leg kedua,” kata Fergie.
Sepekan kemudian, leg kedua dimainkan. United kembali menang 2-1 dengan gol yang dicetak oleh Javier Hernandez dan Park Ji-Sung. United melaju ke empat besar dan langkah mereka menuju final begitu mulus sebelum dihentikan oleh Barcelona.