foto: Mirror

Pertemuan antara Southampton dengan Manchester United memang tidak selalu menghadirkan banyak momen-momen menarik. Namun, satu kejadian tidak biasa pernah terjadi ketika keduanya bertemu. Momen yang akan selalu lekat di ingatan suporter Manchester United yang menjadi pelaku dari peristiwa tersebut.

Pada 13 April 1996, Setan Merah menyambangi The Dell, markas Southampton sebelum pindah ke St Mary’s Stadium. Ketika itu, United sedang dalam misi merebut kembali juara Premier League yang sebelumnya direbut oleh Blackburn Rovers.

Misi yang teramat mudah karena United dalam performa yang bagus. Mereka tidak terkalahkan dalam 12 pertandingan, meraih 32 dari kemungkinan 36 poin yang bisa didapat United, serta melawan Southampton yang saat itu sedang sibuk berjuang dari zona degradasi.

Sayangnya, United justru tampil berantakan. Lini belakang mereka kocar kacir menghadapi serangan tuan rumah. Mereka tertinggal 3-0 pada babak pertama melalui gol Ken Monkou, Neil Shipperley, dan Matt le Tissier. Ferguson tentu harus membuat perubahan jika ingin timnya bisa mengimbangi permainan Southampton.

Perubahan akhirnya dilakukan. Fergie memainkan Paul Scholes untuk menggantikan Nicky Butt. Akan tetapi, perubahan United juga tidak hanya sekadar mengganti pemain. Mereka juga mengganti kostum mereka. United yang datang ke pertandingan dengan memakai jersey abu-abu dengan celana putih pada babak pertama bertransformasi dengan menggunakan jersey biru setrip putih dengan celana biru pada babak kedua.

Dikisahkan, pergantian kostum tersebut atas permintaan langsung Ferguson. Hal ini dikisahkan oleh mantan pemainnya, Lee Sharpe, kepada Guardian pada 2006 lalu. Ketika itu, kalimat pertama yang diucapkan oleh sang gaffer adalah, “copot kostum itu, kita akan ganti seragam.” Ferguson beralasan kalau baju berwarna abu-abu ini membuat pemain kesulitan mencari rekan setimnya meski Sharpe sendiri merasa kalau kekalahan itu tidak ada hubungannya dengan baju yang mereka pakai.

“Kami bermain sangat buruk, tapi saya merasa tidak ada yang menyebut kalau kostum itu menjadi penyebab utamanya. Jujur, memang sulit untuk melihat pemain. Mungkin juga karena cuaca saat itu sangat cerah sehingga warna abu-abu kusam itu lebih sulit untuk kami lihat. Tapi sebenarnya kami tidak bisa menyalahkan apa pun kecuali diri kami sendiri,” tutur Sharpe.

Namun Ferguson punya pandangan berbeda dari Sharpe. Ia tetap menyalahkan kostum abu-abu tersebut sebagai biang keladi kekalahan timnya. Warna abu-abu merusak pandangan tim yang membuat timnya mudah tertinggal tiga gol terlebih dahulu. Yang menarik, pencetak gol ketiga Southampton yaitu Matt Le Tissier tidak sadar kalau United telah berganti baju. Menjadi bukti lain kalau kostum abu-abu tersebut memang sulit untuk dilihat pemain di atas lapangan.

“Pemain sendiri yang bilang kalau mereka tidak suka kostum itu. Mereka tidak bisa melihat satu sama lain ketika mengangkat kepala mereka. Dan ini bukan takhayul,” katanya.

Pergantian kostum yang dilakukan United sebenarnya membawa perubahan. Pada babak kedua, mereka sukses membuat Southampton tidak bisa mencetak gol. Sayangnya, United hanya bisa mencetak satu gol melalui Ryan Giggs. Keputusan kontroversial Ferguson tersebut juga membuat dia mendapat denda 10 ribu pounds yang menurutnya adalah 10 ribu terbaik yang pernah ia belanjakan.

jersey abu-abu merupakan kaus yang jarang dipakai United. Tercatat, mereka hanya menggunakannya empat kali saja sepanjang musim 1995/1996. Entah membawa sial atau tidak, namun United tidak pernah meraih kemenangan jika mengenakan kostum tersebut. Dari empat pertandingan, mereka hanya meraih satu hasil imbang dan tiga kali menderita kekalahan.

Laga melawan Southampton menjadi kali terakhir United menggunakan kostum berwarna abu-abu. Setelah itu, mereka tidak pernah lagi menjadikan abu-abu sebagai warna pada jersey mereka. Prinsip tersebut kemudian dilanggar pada musim 2017/2018 saat United menjadikan warna abu-abu sebagai kostum ketiga mereka.

Beruntung, kekalahan tersebut tidak memberi pengaruh bagi Setan Merah untuk meraih gelar juara. Pada akhir musim, mereka tetap menjadi juara dengan keunggulan empat poin dari Newcastle United. Seandainya hasilnya berbeda, bukan tidak mungkin Ferguson akan menghabiskan waktu lebih banyak untuk mengeluhkan jersey ikonik tersebut.

Meski dianggap sial, namun kaus tersebut menjadi buruan para kolektor jersey dikarenakan nilai sejarahnya yang sangat unik. Tidak jarang, harga yang dipatok sangat tinggi karena memang kaus tersebut dipakai tidak lebih dari 10 kali. Lantas, apakah kalian memiliki jersey yang bersejarah tersebut?