Sebelum bertanding melawan Chelsea pada pekan pertama Premier League, Manchester United harus menjalani satu lagi laga uji coba pra-musim. Kali ini, mereka akan menghadapi AC Milan pada Sabtu (3/8) di kota Cardiff. Laga ini masih dalam rangkaian pra-musim bertajuk International Champions Cup.

Bagi United, AC Milan bukanlah lawan yang asing bagi mereka. Keduanya sudah pernah bertemu sebanyak 10 kali di ajang resmi. Rossoneri sendiri termasuk lawan yang sulit dikalahkan oleh Setan Merah. United hanya bisa meraih lima kemenangan dan menderita lima kekalahan. Bahkan musim lalu, pertemuan keduanya di laga pra-musim harus ditentukan melalui babak adu penalti. Berikut adalah beberapa laga menarik antara Manchester United melawan AC Milan.

1st Leg Semifinal Piala Champions 1957/1958: Manchester United 2-1 AC Milan

Meninggalnya delapan pemain Manchester United akibat kecelakaan pesawat di kota Munich membuat performa tim seketika jatuh ke titik terendah. Dalam film United58 yang terkenal itu, diceritakan manajemen langsung mengontrak para pemain yang akademi bahkan ada beberapa pemain yang statusnya amatir.

Meski pincang, namun United sempat beberapa kali meraih kemenangan yang mengejutkan. Salah satunya ketika United berjumpa dengan Milan pada semifinal Piala Champions 1958. Bermain di kandang sendiri, mereka menang 2-1 melalui gol Ernie Taylor dan Dennis Viollet yang sebelumnya menjadi korban tragedi menyedihkan tersebut. Sayangnya, pada leg kedua Milan mengalahkan mereka 4-0.

2nd Leg Semifinal Piala Champions 1968/69: Manchester United 1-0 AC Milan

United bertekad untuk mempertahankan gelar Piala Champions yang diraih semusim sebelumnya. Langkah mereka nampaknya berjalan mulus ketika mereka berhadapan dengan AC Milan pada babak semifinal. Namun pada leg pertama, United kalah 2-0 melalui gol Miguel Sormani dan Kurt Hamrin. United bertekad untuk membalas kekalahan itu pada leg kedua. Bermain di Old Trafford dan menyerang secara konsisten, mereka justru tersingkir karena hanya sanggup menang tipis 1-0 melalui gol Bobby Charlton.

16 Besar Liga Champions 2004/05: Manchester United 0-1 AC Milan

Hanya sanggup menjadi runner-up grup D membuat Manchester United harus menerima risiko yaitu bertemu dengan klub kuat. Apesnya, mereka harus bertemu dengan Milan yang merupakan juara grup H. Meski begitu, United dijagokan untuk menang mengingat para pemain muda mereka seperti Wayne Rooney dan Cristiano Ronaldo sedang berada dalam performa terbaiknya.

United punya beberapa peluang untuk membuka keunggulan. Satu yang gagal menjadi gol adalah ketika sepakan Quinton Fortune justru melebar setelah berhadapan satu lawan satu dengan Dida. Sial bagi United, pada menit ke-78, Roy Carroll luput menangkap sepakan Clarence Seedorf yang diteruskan oleh Hernan Crespo. Striker Argentina ini menjadi momok United karena pada leg kedua ia kembali mencetak gol.

1st Leg Semifinal Liga Champions 2006/07: Manchester United 3-2 AC Milan

Meski United keluar sebagai seorang pemenang, namun laga ini akan selalu diingat sebagai pertunjukkan apik seorang Kaka. Dia menjadi pencetak dua gol Milan yang salah satunya dibuat dengan aksi individu yang ajaib. Memanfaatkan bola liar yang bergulir di sisi kanan, Kaka memenangi adu badan dengan Darren Fletcher. Ia kemudian mengecoh Heinze dan Evra yang membuat kedua pemain United itu bertabrakan. Komentator pertandingan saat itu, Clyve Tyldesley sampai menyebut gol tersebut sebagai gol yang “Absolutely magical”.

2nd Leg 16 Besar Liga Champions 2009/10: Manchester United 4-0 AC Milan

Menang 3-2 di San Siro membuat tugas United jauh lebih mudah ketika bermain di Old Trafford. Mereka menang 4-0 melalui gol yang masing-masing dicetak oleh Wayne Rooney, Nani, Darren Fletcher, dan Park Ji Sung. Nama terakhir menjadi pusat perhatian karena dianggap sebagai penyebab dari tidak berkembangnya permainan Milan dalam dua leg tersebut.

Park menjadi inspirasi kemenangan United karena berhasil mematikan Andrea Pirlo. Mobilitas pemain Korea ini sukses membuat lini depan Milan tidak berkutik. Pirlo sendiri bahkan menyebut Park sebagai salah satu lawan yang tidak bisa untuk dilewati. “Dia bagaikan nuklir karena kecepatan larinya di atas lapangan seperti kecepatan electron,” tutur Pirlo.