Dengan menggunakan kemeja berwarna putih, dasi merah, dan jas hitam yang elegan, Ryan Giggs melangkah ke Old Trafford diiringi dengan tepuk tangan dari seluruh penonton yang hadir. Bukan tepuk tangan yang biasa ia dapatkan sebagai pemain. Tepuk tangan ini jauh lebih meriah dari sebelumnya karena Giggs datang sebagai manajer.

Ada ketegangan pada wajah Giggs saat itu. Wajar, karena ini adalah peran baru dalam hidupnya. Namun penggemar United menggantungkan harapan kepadanya. Diwakili oleh seorang bocah yang membawa papan bertuliskan ‘In Giggsy We Trust.’

Foto: Sportige

“Saya gugup. Tapi ketika saya keluar dari terowongan, saya, staf, dan para pemain mendapat sambutan yang hebat. Minggu ini bukan minggu yang mudah, tapi saya sudah merasa seperti di awang-awang,” ujarnya.

“Ini adalah pekerjaan yang sangat gila dan saya belum punya waktu untuk memikirkan tugas berikutnya. Ini pengalaman gila. Saya bisa saja dapat hasil buruk, atau mungkin bukan orang yang tepat, atau bahkan saya belum siap,” kata Giggs dalam film dokumenternya berjudul Life of Ryan.

Status Giggs saat itu adalah player-manager. Ia belum terpikir untuk menjadi manajer di sebuah kesebelasan. Selain itu, asisten Moyes juga ikut serta dipecat dan ia hanya punya Phil Neville. Sulit untuk mencari asisten baru, maka ia menunjuk Paul Scholes dan Nicky Butt sebagai asistennya.

Giggs sebenarnya tidak diberikan target tinggi. Juara Premier League sudah pasti tidak bisa didapat, begitu juga dengan tiket Liga Champions. Namun penggemar United hanya ingin melihat para pemain bermain menghibur bersama Giggs setelah 10 bulan bermain berantakan bersama Moyes. Tugas itu dimulai pada tanggal 26 April 2014 melawan Norwich.

“Saya bangga bisa dipercaya untuk menangani United dalam empat laga yang tersisa. Ini momen terhebat dalam karier saya sepanjang dua setengah minggu musim ini. Saya hanya minta kepada pemain untuk keluar dan tunjukkan penampilan terbaik pada hari Sabtu dan beri penggemar sesuatu yang bisa dibanggakan,” kata Giggs.

Ucapan yang akhirnya bisa ditepati oleh pemain yang turun pada pertandingan tersebut. Setan Merah menang telak 4-0. Tidak hanya itu, mereka mendominasi pertandingan dengan membuat 25 tembakan dengan 11 mengarah ke gawang. Sedangkan Norwich hanya punya dua kesempatan membahayakan gawang United. Norwich memang bukan klub yang bagus, dan wajar jika United menang telak. Namun apa yang terjadi pada hari itu adalah sebuah hadiah bagi penggemar United yang menderita dalam beberapa minggu sebelumnya bersama Moyes.

Meski menang telak, namun United sempat kesulitan pada awal-awal laga. Tampak kekhawatiran kalau United tetap tidak ada perubahan meski sudah ganti manajer. Beruntung bagi mereka karena Wayne Rooney bisa membuka keunggulan melalui titik penalti pada menit ke-45.

Start yang bagus dilakukan United pada babak kedua. Tiga menit setelah jeda, mereka menggandakan keunggulan melalui sepakan jarak jauh Wayne Rooney. Tiga menit setelah masuk pada menit ke-60, Juan Mata mencetak gol ketiga. Sepuluh menit kemudian, penggawa asal Spanyol ini mencetak gol keempat United sekaligus gol kelima dari tiga laga terakhir yang ia mainkan sejak direkrut pada bulan Januari.

United sukses memberikan apa yang Giggs inginkan. Kemenangan telak, permainan yang bagus, banyak gol, dan menghibur. Laksana penggemar United yang sedang kehausan, Giggs datang memberikan pelepas dahaga berupa kemenangan tersebut.

“Kami suka menciptakan gol dan menciptakan peluang. Pada babak pertama, kami bermain agak lambat, jadi saya mengingatkan pemain bahwa kita perlu meningkatkan tempo permainan dan mereka melakukan apa yang saya minta,” ujar Giggs.

Tugas pertama berhasil dijalankan dengan baik. Masih ada tiga pertandingan lagi yang harus dimainkan. Modal 4-0 melawan Norwich membuat ia saat itu mulai merasa nyaman dengan peran barunya. Giggs tidak lagi gugup. Sebaliknya, ia mulai menjadi sosok manajer yang tegas. Terlihat ketika ia mengkritik timnya saat kalah dari Sunderland pekan berikutnya.

“Anda tidak boleh meremehkan lawan seperti mereka (Sunderland) yang berada dalam performa terbaiknya. Meski kami tampil jauh lebih baik namun mereka layak meraih kemenangan. Saya terpukul dan sedikit kecewa dengan beberapa pemain,” kata Giggs.

Dari empat laga yang dimainkan, Giggs menang dua kali, seri satu kali, dan kalah satu kali. Penampilan melawan Hull menjadi kali terakhir ia bermain untuk United. Setelah musim 2013/2014 berakhir, Giggs diangkat menjadi asisten Louis van Gaal. Pada 2018, Giggs menjadi manajer Wales dan sukses membawa mereka ke putaran final Euro 2020 sebelum akhirnya rehat beberapa bulan sebelum turnamen karena tersandung kasus kekerasan.