Mark Hughes mengangkat trofi Piala Winners. Foto: ManUtd.com

Perjuangan luar biasa dilakoni oleh Manchester United untuk menyatukan kembali kejayaan mereka di kompetisi Eropa. Langkah itu dimulai dengan meraih Piala Winners pada 15 Mei 1991.

Setelah Bobby Charlton mengangkat trofi Piala Champions 1968, sulit bagi Manchester United untuk mengulangi momen tersebut. Jangankan untuk mengangkat piala, berpartisipasi sebagai peserta saja mereka tidak bisa karena United sering gagal menjadi juara liga. Baru pada 1976/1977 United bisa kembali main di Eropa meski levelnya hanya Piala UEFA.

Akhir 70 hingga akhir 80-an, United mulai kembali bermain di level Eropa. Meski levelnya belum Piala Champions, namun pelan-pelan Setan Merah mulai sering berpartisipasi sebelum tragedi Heysel 1985 membuat klub-klub Inggris dilarang ikut kompetisi Eropa selama lima tahun.

1990/1991 menjadi kali pertama United (dan tim Inggris) kembali main di kompetisi Eropa. Dengan modal medali Piala FA 1990, United layak untuk bermain di Piala Winners 1990/1991. Turnamen yang kemudian diselesaikan oleh United dengan menjadi juara. 23 tahun setelah malam kejayaan di Wembley.

Dulu, Piala Winners levelnya setingkat di bawah Piala Champions. Inilah yang membuat turnamen tersebut tidak bisa dipandang remeh. United saat itu harus bersaing dengan Juventus, Barcelona, Kaiserslautern, dan PSV Eindhoven. Tim-tim kuat dari negara mereka masing-masing.

Beruntung, United terhindar dari lawan berat tersebut pada babak pertama. Mereka hanya bertemu wakil Hungaria, Pecsi Mecsek. Bermain di hadapan 28 ribu penonton Old Trafford pada leg pertama, United menang 2-0 berkat Clayton Blackmore dan Neil Webb pada babak pertama.

Leg kedua berlangsung lebih sulit dari pertemuan pertama. Jika United unggul cepat hanya dalam tempo 15 menit pada jumpa pertama, kali ini mereka harus menunggu hingga menit ke-77 untuk mencetak gol. Brian McClair sukses menyundul bola umpan Blackmore untuk membawa United ke fase selanjutnya.

Agregat 5-0 untuk United ketika mereka bertemu Wrexham pada second round. Brian McClair, serta duo bek tengah, Steve Bruce dan Gary Pallister, mencetak gol di Old Trafford. Bruce kemudian menjadi pencetak gol pada leg kedua bersanding dengan Mark Robins. Hasil yang membawa mereka beremu dengan Montpellier.

Beban berat diemban United saat itu. Mereka adalah satu-satunya wakil Inggris di semua kompetisi Eropa. Bahkan Inside United menceritakan kalau The Independent harus membuat headline dengan judul “Ini Ujian Sebenarnya” dalam surat kabar mereka. Ujian berat memang bagi United untuk bisa ke semifinal. Pasalnya, Montpellier sukses menahan imbang skuat Alex Ferguson tersebut dengan skor 1-1. Gol menit pertama Brian McClair dibalas melalui gol bunuh diri Lee Martin.

Montpellier saat itu memang tidak bisa dipandang remeh. Mereka mengalahkan PSV dengan agregat gol 5-0. Mereka juga menyingkirkan Steaua Bucharest, juara Piala Champions 1986. Namun, kehebatan mereka tidak muncul ketika menjamu United di Stade de la Mosson. Sebaliknya, Blackmore dan Bruce sukses mencetak masing-masing satu gol untuk membawa mereka bertemu Legia Warsaw.

Undian yang sebenarnya menguntungkan bagi United karena mereka tidak ketemu salah satu dari Barcelona atau Juventus. Meski begitu, Legia tetap tidak bisa dipandang remeh. Mereka yang menyingkirkan Sampdoria, juara bertahan kompetisi tahun sebelumnya. Namun, undian ini setidaknya jauh lebih baik ketimbang United harus bertemu Barcelona atau Juventus.

Leg pertama di Polandia tidak begitu sulit bagi United. Tertinggal melalui gol Jacek Cyzio, Setan Merah membalas dengan tiga gol melalui Brian McClair, Mark Hughes, dan Steve Bruce. Skor telak 3-1 membuat leg kedua menjadi tidak terlalu menarik. Kedua kesebelasan hanya bemain imbang 1-1. Meski begitu, skor ini cukup membawa United menuju ke final yang akan digelar di Rotterdam.

Diwarnai hujan deras yang mengguyur stadion De Kuip, United berhadapan dengan Barcelona. Kedua kesebelasan sama-sama menurunkan pemain terbaiknya seperti Bryan Robson, Mark Hughes, hingga Ronald Koeman serta Txiki Begiristain. Hasil imbang 0-0 pada babak pertama menunjukkan betapa kuatnya kedua kesebelasan.

Baru pada menit ke-68, United selangkah di depan setelah Steve Bruce menyundul bola tendangan bebas Bryan Robson mendahului Charles Busquets (ayah Sergio Busquets) sebelum bola dicocor oleh Hughes. Enam menit kemudian, Robson kembali menjadi kreator gol kedua yang lagi-lagi dibuat oleh Hughes.

Gol kedua bisa dibilang menegaskan kualitas sparky sebagai seorang pencetak gol ulung. Menerima bola dari Robson, Hughes berhasil melewati Charles. Namun, pergerakan Hughes membuat bola justru menjauh dan posisinya justru lebih condon ke sebelah kanan gawang. Meski begitu, sempitnya ruang tidak membuat Hughes kesulitan untuk mencetak gol dari sudut sulit tersebut.

Sebelas menit jelang laga usai, Ronald Koeman memperkecil kedudukan melalui tendangan keras mendatar yang tidak bisa dijangkau Sealey. Setelah kebobolan, United berada dalam gempuran Barcelona. Meski harus bermain dengan 10 pemain setelah Nando diusir, namun Barca terus menggempur lini belakang United. Beruntung, kuartet Blackmore, Pallister, Bruce, dan Irwin tampil luar biasa mempertahankan keunggulan hingga usai.

Sebelum laga, koran-koran Spanyol menuliskan kalau “United bertanding dengan pakaian putih seperti malaikat.” Namun malaikat tersebut ternyata menjadi setan yang menakutkan ketika berada di atas lapangan.

“Kalau melihat lagi ke belakang, raihan itu benar-benar layak untuk dirayakan karena kami memegang teguh keyakinan dan mentalitas akan menang. Itu membuat kami percaya kalau kami bisa menjuarai banyak hal dan raihan itu menjadi awal dari berbagai prestasi besar untuk Manchester United,” kata Brian McClair.

Trofi ini juga menjadi pencapaian pertama Alex Ferguson bersama United dan trofi Piala Winners kedua sepanjang karier kepelatihannya. Keduanya diraih dari tim elite Spanyol yaitu Real Madrid dan Barcelona. Spesial karena dua tim ini dilatih oleh idola sang gaffer yaitu Alfredo Di Stefano (Real Madrid) dan Johan Cruyff (Barcelona).

Menurut jurnalis Inside United, Steve Morgan, trofi ini menjadi batu pertama dari prestasi United di kancah Eropa. Beberapa bulan kemudian, United meraih trofi Piala Super setelah mengalahkan Red Star Belgrade. Butuh waktu delapan tahun bagi Alex Ferguson untuk kembali memberikan sejarah indah bagi perjalanan Manchester United di level Eropa melalui titel Liga Champions.