Foto: Pinterest

Bagi sebagian pesepakbola, bermain untuk klub besar di Eropa tentu saja menjadi impian yang harus dicapai. Dengan bermain untuk tim-tim elit karir seorang pesepakbola bisa dikatakan telah berada di puncak. Lantas bagaimana jika bermain untuk tim sekelas Manchester United justru menjadi mimpi buruk bagi si pemain?

Kejadian naas ini pernah terjadi kepada sosok William Prunier. Bek tengah yang karir United-nya hanya sekali lewat. Ketika itu, pada musim 1995/1996 bek berkepala plontos ini tampil apik bersama Zinedine Zidane di klub Ligue 1 Prancis, Bordeaux. Ia juga mampu membawa klub tersebut meraih juara Piala Intertoto di tahun yang sama.

Sementara itu di Manchester sana, Sir Alex Ferguson sedang pusing ketika trio bek tengah mereka David May, Steve Bruce, dan Gary Pallister, mengalami cedera jelang pergantian tahun. Di lini belakang mereka hanya memiliki pemain yang mayoritas berposisi sebagai bek sayap. Fergie yang sempat beberapa kali menyaksikan laga Prunier merasa bahwa pemain kelahiran Montreuil ini memiliki kelebihan soal passing yang berguna untuk United membangun serangan dari belakang.

Fergie kemudian langsung mengontak Prunier untuk bermain sebagai pemain pinjaman di United. Keputusan tersebut langsung disambut oleh si pemain dimana ia langsung memutus kontraknya bersama Bordeaux untuk terbang ke Manchester. Akan tetapi Prunier tidak menyangka bahwa ia yang sejatinya akan dites terlebih dahulu dengan bermain untuk tim cadangan, justru langsung dimasukkan dalam skuat United yang akan bermain melawan Queens Park Rangers di akhir Desember.

Prunier langsung dimainkan dalam pertandingan melawan QPR sejak menit pertama. Diduetkan dengan Gary Neville, yang dimainkan sebagai bek tengah, pemain yang genap berusia 50 tahun pada 14 Agustus ini langsung tampil apik di laga perdananya. Ia berkontribusi setelah sundulannya yang digagalkan Sommer dimanfaatkan dengan baik oleh Andy Cole. Ia bahkan hampir mencetak gol setelah tendangannya membentur mistar.

Berkat penampilan Prunier, United menang 2-1. Di akhir laga Fergie dengan optimistis mengatakan, “Kami akan memainkan William di laga selanjutnya (melawan Spurs) dan melihat permainan seperti tadi di laga tandang. Dia bermain bagus menghadapi Bradley Allen dan Daniele Dichio. Keduanya masih muda namun Teddy Sheringham (striker Spurs) lebih berpengalaman dan kami punya ide bagus untuk menghentikan dia.”

Entah merasa terbebani dengan ucapan Fergie, yang jelas Prunier tiba-tiba menunjukkan performa yang mengecewakan ketimbang di laga sebelumnya. Kembali diturunkan bersama Gary Neville tepat di tanggal 1 Januari, pemilik satu caps timnas Prancis ini justru menjadi biang keladi kekalahan 1-4 United atas Si Lili Putih.

Ia berkontribusi tiga dari empat gol yang bersarang ke gawang Peter Schmeichel yang di babak kedua digantikan Kevin Pilkington. Dalam gol pertama, ia membiarkan Teddy Sheringham leluasa menerima bola tepat di depan Peter Schmeichel. Kejadian serupa terjadi pada gol ketiga Spurs yang dicetak Chris Armstrong. Ia membiarkan Chris menyundul bola tanpa ada kawalan ketat darinya. Lucunya Prunier justru terpeleset pasca gol tersebut.

Mimpi buruk Prunier kemudian diakhiri dengan kesalahannya yang tidak menutup jalur umpan Sheringham kepada Armstrong yang mencetak gol keduanya di laga tersebut. Selepas laga, para fans United menjadikannya sebagai biang keladi kekalahan Iblis Merah.

Dua hari berselang, kabar mengejutkan datang dari Prunier. Ia memutuskan untuk tidak melanjutkan masa peminjamannya bersama United. Keputusannya ini sebenarnya ditentang keras oleh Fergie yang kembali memberikan kesempatan untuk bermain bersama United hingga musim 1995/1996 berakhir. Namun karena tidak kuat menghadapi tekanan, Prunier memutuskan untuk kembali ke Prancis.

Karir Prunier kemudian membaik ketika memperkuat beberapa kesebelasan macam Copenhagen, Montpellier serta Toulouse. Akan tetapi, meski karirnya sempat membaik, reputasi seorang William Prunier sudah tercoreng akibat penampilannya di White Hart Lane tersebut dan menjadikan dirinya sebagai salah satu dari transfer terburuk yang pernah dilakukan Manchester United.