Tommy Docherty (jas hitam) melihat Peter Rodriuez mengangkat Piala FA. Foto: DailyEcho.co.uk

Tidak butuh waktu lama bagi Manchester United untuk lepas dari Divisi Dua. Semusim setelah meninggalkan First Division akibat degradasi yang mereka rasakan pada 1973/1974, Setan Merah langsung promosi dan kembali ke habitat asalnya yaitu berkompetisi pada level tertinggi.

Sekembalinya mereka ke First Division, anak asuh Tommy Docherty ini langsung menggebrak seolah membuktikan kalau mereka memang tidak layak berkompetisi di divisi kedua. Sempat menjadi pemimpin klasemen hingga September, United harus mengakhiri liga pada posisi tiga. Meski tidak juara, namun ini merupakan pencapaian tertinggi klub setelah 1968.

United punya kesempatan menutup musim 1975/1976 dengan raihan trofi. Sesuatu yang akan terasa manis karena mereka baru saja merangkak dari divisi bawah. Mereka berhasil melaju ke final Piala FA. Berturut-turut Oxford United, Peterborough United, Leicester City, Wolverhampton Wanderers, dan Derby County menjadi korban. Sebuah kesempatan besar untuk meraih trofi yang terakhir diraih pada 1963 ini.

Di Wembley, United akan berhadapan dengan Southampton. The Saints saat itu adalah tim yang bermain setingkat di bawah United. Ketika masih bermain di Divisi Dua, Setan Merah dua kali sukses mengalahkan Soton baik itu home and away dengan skor sama yaitu 1-0. Kedua gol United masing-masing dicetak oleh Stuart Pearson dan Lou Macari.

Melihat lawan yang kualitasnya masih sedikit di bawah United tentu membuat kepercayaan diri mereka begitu tinggi jelang pertandingan. Skuat terbaik diturunkan oleh Docherty seperti Steve Coppell, Martin Buchan, dan duet maut di lini depan Pearson serta Macari.

Unggul kualitas pemain memberi kemudahan bagi United untuk menguasai pertandingan. Steve Coppell mempunyai peluang untuk mencetak gol setelah melakukan cut-inside dari sisi kanan. Akan tetapi, tendangannya masih bisa ditepis oleh penjaga gawang Ian Turner.

Nama Ian Turner benar-benar menjadi momok bagi United saat itu. Beberapa kali peluang United berhasil dipatahkan oleh Ian, termasuk dua peluang emas dari Gerry Daly dan Gordon Hill yang sudah berhadapan satu lawan satu dengannya. Keadaan pada babak kedua tidak berubah. United terus menekan Soton dan nyaris mencetak gol apabila sundulan Sammy Mcllroy tidak membentur mistar.

Soton sendiri tidak terlalu sering mengancam gawang Alex Stepney. Meski beberapa peluangnya ada yang berbahaya, namun intensitasnya tidak sebanyak United. Ketika United terus menekan Soton, lini belakang United mulai meninggalkan celah. Inilah yang kemudian dimanfaatkan Soton.

Pada menit ke-83, Martin Buchan lengah dalam mengawal Bobby Stokes. Menerima bola dari mantan pemain United, Jim McCalliog, Stokes langsung menendang bola dari luar kotak penalti. Tendangannya tidak terlalu keras, malah cenderung pelan, namun sepakan lemah itu sudah cukup membuat Stepney tidak bisa menjangkau bola. Seketika pendukung Soton yang bergemuruh.

Apes bagi United karena gol Stokes ini tidak bisa mereka balas sampai pertandingan berakhir. United kalah 1-0 dan final ini menjadi salah satu kejutan besar yang pernah terjadi pada final Piala FA ketika tim dari Divisi Dua berhasil mengalahkan tim papan atas Divisi Satu.

“Jika Bobby Stokes menendangnya sesuai dengan arah yang saya pikirkan, maka bola mungkin bisa saya tahan. Tapi saya salah, terkadang Anda bisa dikalahkan, dan gol itu salah satu yang mengalahkan saya,” kata Stepney, generasi pemain 1968 yang masih tersisa.

Kekalahan tersebut tampak disesali oleh Docherty. Apalagi ketika orang yang membuat gol tersebut terjadi adalah pemain yang ia lepas sebelumnya. The Doc mencoba untuk menghibur para penggemar United yang ia temui beberapa hari setelah final, namun tetap saja kekalahan tersebut benar-benar menghantui dirinya.

“Kami tidak terlalu percaya diri. Meski begitu, kami sangat yakin kalau kami yang akan menang,” kata Docherty. “Pada hari itu, kami hanya bermain baik saja, tapi tidak terlalu bagus. Saya membiarkan Jim McCalliog, pergi dari United dan tiba-tiba menghantui Anda.”

“Ketika kami kembali ke balai kota Manchester, saya memberi tahu para pendukung kami kalau kami akan kembali tahun depan untuk memenangkan piala, tetapi tetap saja itu hanya sebuah angan-angan,” tutur Docherty.

Bagi Southampton, gelar Piala FA 1976 menjadi gelar prestisius pertama dan satu-satunya yang mereka raih sepanjang sejarah klub. Sebelumnya, mereka dua kali kalah di final Piala FA pada 1899/1900 dan 1901/1902.

Setahun setelah kekalahan melawan Soton, United kembali melangkah ke final Piala FA. Kali ini, Docherty sukses menepati janji kepada penggemar United karena piala FA berhasil mereka raih. Lebih spesial karena lawan yang mereka kalahkan saat itu adalah rival abadinya, Liverpool, sekaligus menggagalkan ambisi mereka menjadi tim Inggris pertama yang meraih treble winners.