Ketika babak kedua laga Inggris melawan Slovenia berlangsung, sebuah pesawat kertas terbang dengan kecepatan yang sangat perlahan. Pesawat tersebut kemudian mendarat di dalam gawang Joe Hart yang disambut dengan teriakan pendukung Inggris yang terlihat bosan. Termasuk Bobby Charlton yang hadir menyaksikan laga di Wembley yang tidak terlalu penuh itu.

11 Oktober 2017 akan menjadi hari yang sangat spesial bagi Sir Bobby Charlton. Di tanggal yang jatuh pada hari Rabu tersebut, Sir Bobby akan genap berusia 80 tahun. Di usianya yang semakin senja ini, Sir Bobby memang sudah meraih segalanya. Dari gelar Premier League hingga Piala FA sudah pernah digenggamnya. Ia juga sudah pernah berpose dengan trofi Piala Champions pada 1968.

Jika berkaca prestasi di timnas, Bobby memang tidak pernah merasakan gelar Piala Eropa. Akan tetapi, ia patut berbangga karena bersama rekan-rekan seangkatannya, trofi Piala Dunia berhasil ia persembahkan untuk negeri ratu Elizabeth tersebut.

Hal ini belum ditambah dengan keberhasilannya soal penghargaan individual. 17 gelar pribadi berhasil dikumpulkan dengan penghargaan yang paling prestisius adalah ketika meraih Ballon d’Or pada 1966. Namanya juga sempat memegang status sebagai top skor sepanjang masa baik untuk timnas Inggris dan United sebelum dipatahkan Wayne Rooney.

Nama Bobby Charlton semakin abadi setelah Manchester United mengabadikan dirinya sebagai nama tribun, dibuatkan patung bersama dua rekannya, serta yang terbaru, stasiun televisi BBC membuatkan film dokumenter yang tayang pada delapan Oktober kemarin.

Akan tetapi, selayaknya manusia biasa, ada rasa tidak puas yang juga mengiringi perjalanan hidup Bapak dua anak ini. Di saat negara lain seperti Brasil, Jerman, serta Italia, sudah beberapa kali menjuarai Piala Dunia, negaranya seperti tidak sanggup untuk meraih prestasi serupa macam senior-seniornya tersebut. Inggris bahkan pernah gagal lolos dalam dua piala dunia (1974 dan 1978) setelah era Sir Bobby dkk., berakhir.

Jangankan Piala Dunia, memenangi Piala Eropa saja Inggris masih kalah dengan Yunani dan Portugal. Di edisi terakhir, Piala Eropa 2016 lalu Tiga Singa malah dikalahkan Islandia. Negara yang jumlah penduduknya hanya 1% dari jumlah penduduk Inggris.

Inggris bukannya miskin regenerasi. Mereka bisa dikatakan rajin menelurkan pemain-pemain terbaik untuk negaranya. Akan tetapi semuanya berakhir sama yaitu kegagalan. Nama-nama seperti Chris Waddle, Gary Lineker, serta Peter Beardsley, pernah diharapkan meraih sukses pada Piala Dunia 1990. Sayangnya adu penalti menggagalkan kesempatan Inggris untuk masuk final lagi setelah Wembley 1966.

Generasi berikutnya bahkan berakhir lebih buruk lagi. Di saat Three Lions diisi nama-nama macam David Beckham, John Terry, Steven Gerrard, Frank Lampard, hingga Wayne Rooney, Inggris hanya sekali masuk perempat final dalam tiga piala dunia terakhir.

Puncaknya terjadi pada Piala Dunia di Brazil tiga tahun lalu. Inggris bahkan tidak bisa mengalahkan Kosta Rika dan gagal lolos dari fase grup dengan tanpa kemenangan yang menjadikan Piala Dunia 2014 menjadi yang terburuk sejak 1958.

Pada 2018 ini para penggemar Inggris termasuk Bobby kembali berharap generasi emas berikutnya bisa meraih prestasi di Russia 2018 mendatang. Beberapa nama diharapkan bisa terus tampil moncer selayaknya ketika mereka bertanding membawa nama klub di Premier League.

Harry Kane diharapkan bisa setajam Alan Shearer atau Gary Lineker di turnamen Internasional. Kecepatan Marcus Rashford bisa diandalkan seperti ketika mereka mengandalkan Michael Owen. Beberapa pemain belakang seperti Phil Jones, John Stones hingga Michael Keane sudah tumbuh sebagai pemain yang matang. Bobby tentu berharap mereka bisa memberikan prestasi bagi tim nasional.

Bobby sendiri menyisipkan pesan kepada para juniornya. Pesan yang sebenarnya singkat namun terisi sebuah harapan agar Inggris bisa berprestasi kembali seperti di masanya.

“Ketika saya berlatih di Manchester United. Saya memanfaatkan tembok besar di sisi lapangan dan melatih kedua kaki dan dada saya. Berkat itu saya bisa menjadi pemain yang sukses. Tapi saya senang dengan fasilitas (di tempat latihan Inggris) untuk pemain sekarang ini. Saya harap mereka bisa menghargainya karena di era kami masih bermain, kami tidak punya fasilitas seperti ini.”

Akan tetapi, untuk saat ini Bobby tidak perlu memikirkan negaranya di Piala Dunia nanti. Lebih baik dia berkumpul bersama rekan-rekannya sesama alumni 1966 di sebuah kafe sembari mengenang masa-masa ketika mereka mempermalukan Jerman sambil sedikit menyindir Geoff Hurst terkait gol kontroversialnya.