Premier League musim 2004/2005 mungkin menjadi kompetisi Premier League yang paling dramatis setelah musim 2011/2012. Jika pada 2012 pekan terakhir begitu menegangkan untuk mencari juara liga maka pada 2005 pekan terakhir diperuntukkan untuk mencari tiga tim yang terdegradasi. Dan Southampton terlibat dalam momen tersebut.
Hingga pekan terakhir musim 2004/2005 belum ada satu tim pun yang sudah dipastikan terdegradasi. Soton yang berada di posisi 18 memiliki poin sama dengan Crystal Palace (32) sedangkan Norwich berada di batas aman dengan 33 poin. Posisi buncit ditempati WBA dengan 31 poin. Mereka punya kewajiban yang sama yaitu harus menang di laga terakhir sambil berharap yang lainnya gagal.
Naasnya The Saints yang kala itu masih diasuh Harry Redknapp harus bertemu dengan Manchester United di pekan terakhir. Iblis Merah memang sudah dipastikan finis di posisi ketiga, namun mereka menjadikan laga ini sebagai pemanasan terakhir jelang final Piala FA menghadapi Arsenal seminggu setelahnya. Namun, layaknya tim-tim papan bawah pada umumnya, Soton mencoba tampil habis-habisan demi bertahan sekali lagi di Premier League.
Meski tidak bisa diperkuat Peter Crouch karena akumulasi kartu, Soton masih bisa memainkan pemain-pemain terbaiknya seperti Graeme Le Saux, Antti Niemi hingga eks United Danny Higginbotham. Di sisi lain, meski mengistirahatkan Roy Keane, Paul Scholes dan Cristiano Ronaldo, Fergie tetap menurunkan Wayne Rooney dan Ruud van Nistelrooy sebagai duet di lini depan.
Langkah cepat langsung dibuat Le Saux cs, Pertandingan baru berjalan 10 menit sepak pojok mantan pemain Chelsea tersebut langsung diteruskan kepala Higginbotham yang mengenai kaki John O’Shea sebelum masuk ke gawang. Harapan mereka untuk bertahan semusim lagi mendekati kenyataan.
Akan tetapi kebahagiaan mereka hanya bertahan sembilan menit. Memanfaatkan umpan dari O’Shea, Darren Fletcher menyundul bola yang membuat seorang Antti Niemi terdiam. Gol tersebut adalah yang ketiga untuk pemain Skotlandia tersebut dalam musim penuh keduanya bersama United. Skor 1-1 bertahan hingga turun minum.
Babak kedua berlangsung lebih ketat. Southampton terus menyerang pertahanan United yang dijaga Wes Brown dan Rio Ferdinand. Akan tetapi muka muram wajah pendukung The Saints lebih banyak tersorot kamera. Di tempat lain Crystal Palace unggul sementara 2-1, sementara Norwich menjadi pihak yang sudah pasrah mengingat mereka sudah tertinggal tiga gol hingga menit ke-60.
Mengetahui timnya berada dalam posisi yang sulit, mereka justru kebobolan. Memanfaatkan asis Darren Fletcher, sundulan kepala Ruud Van Nistelrooy mengubah papan skor menjadi 2-1. Itu adalah gol RVN keenam dalam musim yang sangat sulit bagi striker Belanda tersebut.
Tertinggal 2-1, Redknapp melakukan segala cara untuk menyerang pertahanan United. Salah satunya adalah dengan memasukkan Kevin Phillips dan Rory Delap yang merupakan pemain bernaluri menyerang. Akan tetapi hingga wasit Steve Bennet meniup peluit akhir, skor 2-1 tetap bertahan.
Soton kalah dan harus rela mengakhiri kompetisi di posisi buncit dengan 32 poin. Mereka ditemani Norwich City (kalah 6-0 dari Fulham) dan Crystal Palace (imbang 2-2 melawan Charlton) yang sama-sama mengumpulkan 33 poin.
Sementara West Bromwich Albion menjadi pihak yang tertawa paling akhir. Mereka menang 2-0 melawan Portsmouth dan lolos dari degradasi secara dramatis. The Baggies menjadi tim pertama yang berhasil lolos dari degradasi meski menempati peringkat terakhir sampai Desember dan hanya memiliki delapan poin saat itu.
Pada Mei 2001, para pendukung Soton berhamburan ke dalam lapangan The Dell dengan wajah riang untuk merayakan berakhirnya masa bakti Matthew Le Tissier dan Stadion tersebut. Namun empat tahun berselang, para suporter mereka juga berhamburan di rumput St Mary namun kali dengan wajah lesu. Mereka tidak percaya dengan apa yang terjadi pada klub kesayangannya tersebut.
Musim 2004/2005 menjadi musim terakhir bagi Soton yang sudah bertahan di kompetisi level tertinggi selama 27 tahun. Terakhir kali mereka bermain di divisi rendah adalah pada musim 1977/1978. Butuh tujuh musim dan sekali bermain di League One (divisi tiga) untuk mereka bisa kembali ke Premier League.