Puasa gelar itu akhirnya berakhir. Setelah menunggu sekitar enam tahun, para Red Army di seluruh dunia bisa melihat kembali tim kebanggaannya mengangkat piala. Pada Minggu malam (26/2), Manchester United berhasil menjadi juara Carabao Cup atau Piala Liga setelah mengalahkan Newcastle United 2-0. Dua gol mereka masing-masing dicetak oleh Casemiro dan bunuh diri Sven Botman.

Secara keseluruhan penampilan United memang sangat baik. Meski tidak terlalu dominan, tapi United tampil begitu efektif. Mereka bermain solid dan tahu bagaimana cara memanfaatkan peluang yang mereka dapat. Selain itu, beberapa substitusi pun bisa dikatakan tepat sasaran.

Erik ten Hag tetap tidak mau jemawa. Trofi ini sangat membanggakan bagi dirinya, tapi dia juga sadar kalau ini baru awal. Dalam konferensi pers-nya ia tetap berkata kalau misi dia adalah mengembalikan United ke tempat sesungguhnya.

Level United memang bukan mendapatkan Piala Liga. Namun, saya sudah beberapa kali menjelaskan kalau trofi ini kerap dijadikan alternatif untuk mencapai target mendapat gelar. Itulah yang berhasil dilakukan oleh mereka.

Selain gelar pertama sejak enam tahun, gelar Piala Liga ini juga bisa dibilang memiliki arti dan tempat tersendiri bagi beberapa pemain. Bagi David de Gea, gelar ini terasa istimewa. Dengan situasi yang dia alami selama di United, dia cukup layak untuk mendapatkan trofi ini.

De Gea bisa saja pindah ke klub yang lebih menjamin banyaknya gelar. Namun dia memilih bertahan. Dengan tabah dia melewati masa horor klub selama beberapa musim termasuk ketika ia menjadi penyebab kegagalan tim pada final Europa League dua tahun lalu. Sekarang, ia tidak hanya kembali gembira bisa mengangkat piala, tapi juga mencatatkan rekor sebagai kiper dengan nirbobol terbanyak sepanjang masa United.

Apa yang dirasakan De Gea juga dirasakan oleh Bruno Fernandes. Datang pada 2020, ia menjadi angin perubahan dari permainan tim yang sebelumnya tanpa arah. Ia menjadi poros yang mengangkat tim bisa mencapai performa seperti sekarang dan gelar ini layak untuk ganjaran segala proses yang dia jalani.

Ketika sesi pengangkatan piala, Bruno ditemani oleh Harry Maguire selaku kapten utama. Bagi Harry, gelar ini jelas spesial karena menjadi gelar mayor pertama dia sebagai seorang pemain sepakbola.

Harry memang tidak pernah beruntung soal raihan trofi. Bersama timnas Inggris ia gagal di final Euro 2020. Setelah ia pergi meninggalkan Leicester, The Foxes justru sempat merasakan nikmatnya gelar Piala FA dan Community Shield. Di sisi lain, Harry hidup dalam pusaran kebencian dan hujatan dari penggemar Setan Merah.

Trofi ini memang tidak akan mengurangi kredibilitas dia di mata penggemar, namun dari perspektif pribadi gelar ini cukup untuk mewarnai CV-nya. Setidaknya, dia bisa memajang foto dirinya pernah menjadi kapten dan mengangkat piala bersama kesebelasan yang pernah ia bela.

Gelar ini juga punya nilai berarti bagi seorang Christian Eriksen. Tujuh musim di Inggris bersama Spurs ia tidak pernah satu kali pun mendapat gelar. Baru bersama Manchester United dia akhirnya bisa merasakan nikmatnya meraih trofi di Inggris. Jangan lupakan juga passion dari seorang Casemiro dan Raphael Varane. Meski mereka punya trofi segudang bersama klub sebelumnya, tapi mereka tetap bermain profesional dan luar biasa membawa United bisa kembali naik podium.