Foto: OTB Sports

Bayangkan diri Anda divonis hanya memiliki hidup selama enam bulan lagi. Setiap harinya, Anda hanya berpacu dengan waktu. Satu hari berkurang, maka ajal Anda semakin dekat. Itulah yang saat ini sedang dirasakan Andy Goram.

Andy saat ini sedang berjuang untuk melawan kanker esofagus yang menyerang kerongkongannya sejak April lalu. Tragisnya, kanker itu sudah memasuki stadium akhir dan ia divonis hanya memiliki sisa hidup selama enam bulan saja.

“Saya akan bertarung melawannya seperti saya belum pernah bertarung sebelumnya,” tutur Goram kepada Daily Record.

Pada awalnya Goram hanya merasakan dirinya seperti terkena sakit maag. Maka dari itu, ia tidak langsung memeriksakan dirinya ke dokter. Ketika rasa sakitnya begitu tidak tertahankan dan berat badannya mulai menyusut, dia baru datang ke rumah sakit dan pada momen inilah segalanya mulai menjadi buruk.

Goram didiagnosis menderita kanker esofagus stadium 4 dan penyakitnya telah menyebar ke organ vitalnya seperti hati, paru-paru, dan beberapa tulang di bagian belakang serta rusuk.

“Saya hanya merasa kalau saya mengalami gangguan pencernaan parah. Semua makan dan minuman yang saya makan selalu saya muntahkan. Saya menjalani CT Scan dan saat itu bel mulai berdering dimana saya menderita kanker,” kata Goram.

“Dokter bedah menjelaskan di mana semua kanker saya berada dan itu tidak bisa dioperasi. Danny (anak Goram) menangis. Vonis dokter kalau saya tidak bisa lagi dioperasi benar-benar memukul saya.”

Dokter sebenarnya sudah menyarankan untuk Goram melakukan kemoterapi meski usia hidupnya hanya bertambah tiga bulan. Akan tetapi, mantan kiper yang sekarang berusia 58 tahun ini menolak pilihan tersebut karena teringat mantan istrinya, Miriam, yang berjuang melawan kanker tahun lalu.

“Melakukan kemo? Tidak, terima kasih. Kemo tidak ada dalam kamus saya. Miriam menjalani enam kali kemo dan tiga sesi radiografi dan saya melihat dia seperti tersiksa di neraka.”

Yang bisa dilakukan legenda Rangers saat ini adalah minum obat penghilang rasa sakit ketika sewaktu-waktu kankernya kambuh. Ia kini hanya berusaha untuk mengikuti saran dokter untuk menikmati sisa hidupnya dan bersikap normal meski ia sendiri sadar kalau di belakangnya ada bom waktu yang terus berdetak.

Sontak, kabar ini menjadi kabar yang menyedihkan bagi seluruh keluarga termasuk kesebelasan yang pernah dibela Goram, salah satunya Manchester United. Doa dan dukungan diberikan kepada pemain yang mengumpulkan dua caps bersama Setan Merah ini.

Goram memang bukan pemain besar bagi United. Kedatangannya pada 2001 hanya sebagai pinjaman karena Ferguson kerap kehilangan Barthez dan Van der Gouw karena terus mengalami cedera dan penampilan yang tidak konsisten. Karena itu, Fergie akhirnya mencari kiper senior yang bisa dijadikan serep dan Goram adalah pilihannya.

Sayangnya, keputusan Fergie saat itu tergolong tidak tepat. Cedera Barthez dan Van der Gouw tidak terlalu parah dan kemudian sembuh tepat waktu. Inilah yang kemudian membuat Goram hanya jadi penghias bangku cadangan.

Debut Goram baru terjadi pada April 2001 ketika United menang 4-2 melawan Coventry City. Apes bagi dirinya, karena dalam laga tersebut ia membuat kesalahan. Laga keduanya juga dihiasi dengan blunder saat United kalah 1-2 dari Southampton di The Dell.