Selain Premier League, Champions League, dan Europa League, Louis van Gaal juga tidak berjodoh dengan ajang League Cup atau Piala Liga. Dua kali mengikuti ajang tersebut, dua kali pula United tersingkir. Apesnya, dua kekalahan itu sama-sama diraih dari tim yang berada di luar Premier League. Salah satunya adalah Middlesbrough.
Piala Liga 2014/15 adalah mimpi buruk bagi Louis van Gaal dan juga United. Menghadapi klub League One, MK Dons, mereka dibantai 4-0 dan menjadi salah satu kekalahan paling memalukan di era setelah Fergie.
Banyak yang memaklumi kekalahan tersebut. Pasalnya, LVG memainkan pemain yang mayoritas bukan pemain utama. Sebut saja Reece James, Michael Keane, Marnick Vermijl, Saidy Janko, hingga Nick Powell.
Saat itu LVG memang seperti sedang mengadakan audisi siapa saja pemain yang akan masuk dalam skemanya. Tapi, tentu saja tidak ada yang menduga kalau LVG akan sebar-bar itu dalam menurunkan pemain sampai pemain antah berantah pun diberi kesempatan.
Belajar dari pengalaman, sang meneer mulai berani memainkan para pemain terbaiknya. Dia sadar kalau yang dibutuhkan suporter saat itu adalah trofi dan Piala Liga tentu piala yang cukup realistis untuk diraih. Untuk itu, dibutuhkan pemain terbaik di setiap pertandingan yang mereka mainkan.
Awalnya, semuanya berjalan dengan baik. Pada babak ketiga, mereka menang 3-0 atas Ipswich dengan memainkan rekrutan baru seperti Schweinsteiger dan Martial. Hanya Andreas Pereira, pemain jebolan akademi yang bermain saat itu.
Pada babak keempat, United mendapat lawan yang sebenarnya mudah mereka kalahkan yaitu Middlesbrough. Saat itu, Boro adalah penghuni Championship Division. Dengan kualitas pemain macam Rooney, Memphis, Blind, hingga Fellaini, Boro seharusnya bukan menjadi batu sandungan.
Akan tetapi, ekspektasi tidak sesuai dengan realita. Di atas lapangan, United mandul total. Tidak ada gol yang tercipta. Parahnya lagi, United hanya membuat 6 shots on target. Jumlah ini memang banyak, namun United butuh 13 percobaan. Bandingkan dengan Boro yang bisa membuat jumlah shots on target yang sama tapi hanya dari tujuh. Singkatnya, United katrok di lini depan.
Mereka bahkan nyaris kalah akibat kesalahan konyol Daley Blind. Pemain Belanda ini justru menyapu bola ke gawang sendiri saat tendangan pemain Boro membentur tiang. Beruntung, wasit lalu mengangkat bendera karena si penendang sudah berada pada posisi offside.
This is potentially the worst sequence of events I've ever seen in a professional football match pic.twitter.com/6YVpCV5Mhh
— ∞ (@TheFalseNein) October 29, 2015
Pertandingan mau tidak mau harus diteruskan hingga adu penalti. Disini, kesialan terus berlanjut. Tiga dari penendang mereka yaitu Wayne Rooney, Michael Carrick, dan Ashley Young gagal. Aneh, mengingat tiga nama ini memiliki mental yang bagus. Rooney bahkan eksekutor penalti utama. Satu-satunya penendang United yang sukses adalah Andreas Pereira.
Di sisi lain, Boro sukses mencetak tiga gol melalui Grant Leadbitter, Stewart Downing, dan Ben Gibson. Yang gagal, hanya David Nugent. Old Trafford terdiam. Untuk kedua kali dalam tiga musim terakhir, adu penalti menjadi penggagal ambisi United meraih trofi pada ajang Piala Liga.
“Ini seperti keping kasino, merah atau hitam. Boro beruntung. Kami berlatih adu penalti kemarin, tapi kami justru kalah. Saya merasa kalau kami lebih dekat dengan kemenangan karena kami membuat peluang yang banyak. Kami harus mencetak gol karena peluang kami banyak yang didapat dari jarak dekat,” kata Louis van Gaal.
Beberapa rekor memalukan kemudian tercipta. United sudah tiga kali tersingkir dari empat Piala Liga terakhir oleh klub di luar Premier League. Sementara itu, Boro untuk pertama kalinya sejak enam Piala Liga terakhir menyingkirkan wakil Premier League di Piala Liga.
Produktivitas memang menjadi masalah United sepanjang musim 2015/16. Di Premier League saja, United hanya membuat 49 gol. Jumlah ini hanya lebih baik satu gol dari Sunderland di posisi 17. Bahkan Chelsea dan Everton saja masih bisa cetak gol lebih banyak dari United.
Saat itu, United memang krisis striker sepeninggal Hernandez dan Robin van Persie. Meski membeli Martial, namun penampilannya saat itu masih dalam tahap adaptasi. Di sisi lain, naluri gol Wayne Rooney mulai menghilang. Beberapa kali United menang dibantu lini kedua lewat Juan Mata atau Jesse Lingard. Baru pada pertengahan Februari, United mendapatkan satu pencetak gol lagi dari akademi yaitu Marcus Rashford.