Foto: FourFourTwo

Seperti yang pernah saya katakan, Manchester United era Sir Alex Ferguson adalah kesebelasan yang sangat unik. Meski tidak dibekali banyak pemain-pemain bintang, namun mereka memiliki banyak pemain yang bisa diandalkan di setiap pertandingan, meskipun pemain tersebut lebih banyak berkarier sebagai pemain cadangan.

Satu nama yang paling ikonik sebagai pemain cadangan terbaik United adalah Raimond Van der Gouw. Meski lebih banyak sebagai bawahan dari Peter Schmeichel, namun Gouw selalu tampil apik ketika ia diberi kesempatan bermain. Hal ini yang membuat namanya masih terus mendapat sambutan meriah setiap kali ia datang ke Old Trafford.

Seperti dilansir dari situs resmi United, penjaga gawang yang kini berusia 56 tahun tersebut bercerita tentang masa-masa indahnya di Manchester dari laga terbaik, musim terbaik, hingga teman terbaik yang pernah ia miliki di klub.

Perkenalan dengan sepakbola

“Saya main di klub amatir di lingkungan tinggal saya di Belanda. Saya belum menjadi kiper dan hanya ingat kalau kami main 11 lawan 11 di setengah lapangan dan semua orang mengejar bola. Ketika usia bertambah, permainan mulai mengarah ke sepakbola sesungguhnya.”

“Di sebuah turnamen, salah satu penjaga gawang sedang sakit sehingga tidak bisa bermain, dan ayah saya berkata kepada pelatih: “Anda bisa memainkan Raimoin di sana,” dan saya ternyata melakukannya dengan baik. Anda tahu, ketika saya masih muda, orang tua saya membawa kami berkemah di hutan dan di sana ada lapangan kecil yang bisa digunakan bermain sepakbola dan saya selalu menjadi penjaga gawang. Jadi, di satu sisi saya bisa mengemban dua peran sekaligus.”

Menjadi pemain

“Di daerah kami ada klub bernama FC Twente dan mereka mencari pemain terbaik berusia 14-18 tahun. Saya diundang untuk bermain dalam sesi latihan dengan para pemain itu. Ketika Anda berusia 18 tahun, maka Anda punya kesempatan bermain untuk tim cadangan mereka. Saya bermain bersama tim seleksi tersebut selama bertahun-tahun dan itu adalah pengalaman hebat.karena saya juga sudah menjadi pemain inti di tim amatir pada usia 16.

“Ketika berusia 18, saya harus memilih apakah harus bermain untuk Twente atau tidak karena saya juga harus kuliah. Saya akhirnya memilih pendidikan sembari berpikir kalau saya memang layak menjadi pemain sepakbola, maka ada klub yang akan datang ke saya dan saya pasti akan membuat keputusan. Hal itu yang terjadi ketika Go Ahead Eagles mengundang saya untuk bermain bersama mereka. Ketika saya lulus kuliah, saya menjadi pemain pro, bermain dua musim bersama tim cadangan dan tiga musim di tim utama, serta dua kali menjadi pemain terbaik klub.”

Datang ke United

“Saya bermain lima tahun untuk Go Ahead Eagles lalu delapan tahun bersama Vitese Arnhem. Saya berharap bisa bermain di Inggris. Saat itu, saya sudah memperpanjang kontrak lima tahun lagi saat manajer saya menelepon kalau ada klub Inggris yang mau memakai saya. Dia tidak memberi tahu saya, tetapi ketika saya sudah di pesawat dia menyebut klub itu adalah Manchester United. Sir Alex Ferguson menyambut saya di bandara. Hari itu seperti mimpi.”

Debut saya

“Melawan Aston Villa di lapangan fantastis yaitu Villa Park. Pertandingan ketat berakhir 0-0. Awal yang bagus untuk meraih clean sheet. Ada momen ketika saya menerjang di luar kotak penalti untuk mendapatkan bola. Hal itu membuat Roy Keane memperingati saya untuk berhati-hati. Saya senang dengan laga pertama saya.”

Musim favorit

“Sudah pasti musim treble. Musim yang sangat istimewa. Di sisi lain, saya memiliki musim di mana saya bermain pada banya pertandingan. Saya bermain pada perempat final Liga Champions dan semi final yang begitu istimewa. Tapi musim treble adalah musim yang unik. Saya merasa senang karena musim panas kemarin saya diberi kesempatan main pada laga reuni.”

Pertandingan Terbaik

“Liga Champions melawan Valencia ketika kami menang 3-0. Saya juga menikmati laga tandang melawan Dortmund pada 1997, tetapi saat itu kami tidak menang. Kami punya peluang di luar kandang, lalu kebobolan karena gol dari defleksi. Di kandang kami juga kalah 1-0 dan sekali lagi kami membuat banyak peluang saat itu. Sungguh menakjubkan ketika bola tidak mau masuk ke gawang mereka. Hasil yang membuat saya frustrasi.”

Teman terbaik

“Ronny Johnsen dan Jesper Blomqvist. Saya akrab dengan mereka. Teman sekamar saya dulu adalah Jordi Cruyff. Saya tinggal di lingkungan yang dekat dengan pemain lain. Solskjaer dan Schmeichel di wilayah yang sama, lalu ada Henning Berg dan Silvestre juga. Saya akrab dengan orang-orang itu.”

Momen membanggakan

“Kombinasi dari minggu ketika kami memenangkan Premier League, Piala FA, dan Liga Champions. Saya bangga dengan momen itu, pemain, dan para staf. Benar-benar istimewa. Momen paling spesial di Manchester United. Kami mendominasi untuk waktu yang lama di puncak Premier League dan sepakbola Eropa.”

Lawan terberat

“Arsenal. Ada persaingan antara kami dengan mereka. Pada 1997/98, mereka meraih double setelah memenangi laga berturut-turut yang membuat kami tidak mengira kalau hal itu bisa terjadi. Mereka punya pemain yang bagus seperti Seaman, Vieira, Bergkamp, Overmars, Petit, Dixon, dan banyak lagi. Tim yang bagus.”

Atribut terbaik

“Saya penjaga gawang yang baik yang punya refleks bagus, waspada, dan bisa mengatur pemain belakang di depan saya. Saya juga jago soal umpan silang, saya bisa membaca permainan dengan baik dan yang paling penting adalah mental karena Anda bisa saja tidak dimainkan dalam jangka waktu yang lama. Itu yang paling sulit. Beruntung, mentalitas saya cukup baik menyikapi hal tersebut.”

Pergi dari United

“Menyakitkan ketika harus pergi. Tapi mau bagaimana lagi karena usia saya sudah tua. Saya nyaris bergabung ke Coventry City dan disaat bersamaan West Ham juga menginginkan saya. Saya harus memilih memperkuat Coventry dua musim atau West Ham selama semusim. Coventry bermain di Championship, sedangkan West Ham di Premier league. Saya akhirnya memilih West Ham dan bermain bersama kiper yang saya kagumi yaitu David James.”

United saat ini

“Hubungan saya masih baik karena saya mencintai klub ini. Kembali untuk bermain pada acara treble reunion adalah perasaan yang hebat karena semua orang yang hadir tersenyum lebar. Anda bisa melihat kalau semua orang yang mendukung klub ini menghargai kita semua sebagai seorang pemain.”